35. Awal Dari Sebuah Rencana

1.1K 61 8
                                    

Selamat membaca 🤗

Warning
Typo bertebaran!

°•°

Setelah Albar pulang dari rumahnya, Nadia memutuskan untuk datang ke rumah Belva, ia ingin menemui gadis itu. Nadia melangkahkan kakinya, memperhatikan rumah Belva yang terlihat sepi. Nadia menghembuskan nafasnya sesaat, tangannya terulur mengetuk pintu rumah Belva.

Tak bisa dipungkiri ada rasa rindu dihatinya kala mengingat bagaimana dulu persahabatan yang terjalin di antara dirinya dan Belva, bagaimana mereka selalu tertawa dan bermain bersama. Dari SD mereka sudah berteman dengan baik, saat itulah Nadia sudah menganggap bahwa Belva seperti saudaranya sendiri. Namun kini semuanya telah berubah, dirinya dan Belva tidak bisa seperti dulu.

Lamunan Nadia buyar saat mendegar suara pintu yang terbuka, Nadia mendongakkan kepalanya menatap Belva yang tengah menatapnya dengan raut wajah terkejut.

"Nadia" belva tersenyum saat melihat kehadiran Nadia dirumahnya.

"iya ini gue"

"ayo masuk dulu" ucap Belva sambil tersenyum ke arah Nadia, mempersilahkan gadis itu untuk masuk ke dalam rumahnya.

"gak usah, gue kesini cuma mau ngomong sama lo" ucap Nadia yang menatap lurus ke arah Belva.

"yakin gak mau masuk, ngobrol di luar gini mana enak sih na" tangan Belva bergerak mencoba memegang tangan Nadia untuk masuk ke dalam rumah.

"gak usah bel, gue cuma mau bilang stop ganggu Albar ataupun Lisa, mereka udah bahagia" Nadia dapat melihat raut wajah Belva yang berubah datar.

Belva menjauhkan tangannya yang sempat memegang tangan nadia.
"gue gak bisa, cewek itu udah rebut Albar dari gue"

"bel mereka udah bahagia, tolong jangan ganggu mereka lagi, biarin mereka bahagia"

"gue kira lo udah maafin gue, tapi gue salah lo kesini hanya untuk ngomongin Albar sama Lisa" Belva menatap Nadia dengan senyum miris.

"bel gue tau lo itu orang baik, gue mohon jangan berubah jadi orang jahat hanya karna obsesi lo ke Albar" Nadia berucap dengan lembut, ia hanya ingin memberi pengertian kepada Belva.

"na gue akan rebut Albar dari Lisa apapun caranya, dan gue enggak peduli kalaupun gue harus singkirkan Lisa, lo tau gue gak pernah main-main sama omongan gue" ucap Belva

Nadia memejamkan matanya sejenak, mencoba menahan emosi, ia tak ingin berdebat dengan Belva.

"bel sesuatu yang dipaksakan itu gak akan baik, Albar udah bahagia sama Lisa, cukup dulu lo buat Albar menderita karna kepergian lo yang tiba-tiba ningalin dia, cukup waktu lama buat Albar luapan lo, Jangan buat Albar sedih lagi"  ucap Nadia. Nadia tau bagaimana sedihnya Albar saat Belva meninggalkannya dulu, dan sekarang Albar telah menemukan kebahagiaannya kembali.

Dulu ia juga merasa sangat kehilangan sosok sahabat yang selalu ada untuknya. Bahkan dirinya tak mengerti alasan mengapa Belva pergi tanpa ada kabar dan alasan. Saat itu dia merasa sedih, namun Albar jauh lebih terluka saat melihat orang yang dicintainya pergi begitu saja tanpa adanya alasan. Melihat sepupunya yang berubah menjadi sosok yang dingin dan pendiam, membuat Nadia juga merasa kecewa kepada Belva.

"lo tau bel Albar sedih banget waktu tau lo ninggalin dia, dia berubah jadi orang yang dingin dan pendiam. Padahal dulu lo tau kalo Albar sayang banget sama lo, gue juga ngerasain hal yang sama gue ngerasa kehilangan lo, gue kehilangan sosok sahabat yang dulunya selalu ada buat gue, bahkan gue udah anggap lo kayak saudara gue sendiri"

The Most Wanted BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang