14

4.7K 980 199
                                    

Percikan air terasa hambar menyentuh kulit Jaehyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Percikan air terasa hambar menyentuh kulit Jaehyun. Ia biarkan tubuhnya terguyur di bawah shower. Pikirannya penat, disertai hati yang tak tenang.

Dini hari dia mandi, lekas bergegas untuk shalat sepertiga malam di Masjid. Dilirik jam dinding yang menguarkan bunyi halus terasa menjadi teman dalam rumahnya yang hening.

Perihal mimpi yang dikatannya pada Ana bukanlah bohong. Ia memang memimpikan gadis itu, terasa nyata, bahkan ia ragu menyebutnya sebagai bunga tidur.

Namun sekarang ia sudah lama tidak bermimpi lagi. Barangkali pikirannya ada rasa bersalah yang bertumpukan. Atau keinginan yang belum sempat disuarakan.

Rencananya ia akan pergi ke Bandung untuk menemui Ana. Meminta maaf. Tapi belum ke sana pun rasanya Jaehyun sudah terkuliti duluan. Terkuliti oleh penyesalan.

Andai saja waktu itu ia tak meng-uploadnya. Andai saja ia tak membuat konten prank yang merugikan sebelah pihak.

Berandai-andai. Rasa penyesalannya seolah bertemu. Bekerja sama membuatnya merasa malu berkepanjangan.

Arghhhh. Jemarinya menarik rambut tanpa ampun, berharap rasa penyesalannya hilang. Tapi tak berhasil, ia hanya mendapat sengatan luar biasa di kulit kepalanya.

"Jaehyun,"

Jaehyun menoleh ke samping kirinya, tak ada siapa-siapa. Gawat, ia mulai berhalusinasi, suara itu terasa nyata, akhir-akhir ini ia memang sering berhalusinasi suara perempuan yang tak dikenalinya.

Sebelum pergi ke Masjid, ia merebahkan tubuh sejenak di kasur yang sudah mengeras, sudah lama ia tak mengganti kasur, mungkin terakhir-saat ia SMP? Saat sang Ayah masih bersamanya. Kira-kira Ayahnya sedang apa di atas sana?

Jaehyun tak boleh terlarut-larut dalam angan yang tak pasti. Sekarang bukan saatnya mengeluh tentang kehidupannya, tapi seharusnya ia segera memperbaiki kehidupan seseorang yang telah diusiknya.

Gadis itu, Ana. Ia berharap saat esok mulai tiba, ia tiba di rumah Ana, ia akan dimaafkan oleh gadis itu. Jaehyun tak berharap banyak. Ia hanya ingin dimaafkan, lalu ia akan pergi dari kehidupan gadis itu, supaya ia tak meninggalkan kesalahan yang mengganjal lagi.

Jika bisa.

Kalau hatinya ternyata memilih singgah pada Ana yang memiliki pancaran bola mata yang meneduhkan hati?

Jaehyun bisa apa?

Lihatlah dirinya sekarang! Tadi murung, tak lama kemudian saat tatapan mata Ana terlintas dalam benaknya, dengan mudah bibirnya tersenyum.

Ya Tuhan, sepertinya Jaehyun jatuh cinta.

Esok adalah penentuannya, ia harus bergegas ke Masjid, berdoa supaya diberi ketenangan hati dalam menghadapi seorang pencuri. Jaehyun berdebar, sudah lama ia tak merasakan sensasi ini.

Ta'aruf  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang