[SELESAI]
Berawal dari Ana yang sangat bosan di masa karantinanya karena corona, ia pun mendownload aplikasi taaruf.
Ada tiga lelaki yang mengajukan cv kepadanya. Pertama, Taeyong, seorang lelaki mapan berusia 25 tahun; beristri dua dan berniat unt...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perhatian: bukan maksud mencemarkan nama baik. Sebenernya selain fanfiksi dan komedi roman, taaruf juga adalah fiksi religi. Jadi kalau bias kalian ku jadiin orang yang begitu. Terus kalian nggak terima, aku minta maaf, karena ini cuma fiksi...
#selfreminder
**
Menyesap rokoknya dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Taeyong melakukan hal itu berulang kali sambil menonton ibu-ibu yang lagi senam. Nasibnya memang nahas. Salah mengambil keputusan, termakan dengan ego sesaat. Jadinya ia tersesat. Sampai-sampai mempertaruhkan kebahagian anak-anaknya untuk kesenangannya beberapa bulan lalu—mengejar Ana.
Taeyong terkekeh geli, lalu menyesap rokoknya lagi. "Hidup sendiri. Biar nggak ada yang tersakiti lagi, lebih baik." gumamnya.
Memang nggak bisa disangkal, kalau Taeyong kesepian. Ia jadi ingat, waktu itu meminta rujuk ke tiga istrinya. Nggak ada satu pun yang menerimanya lagi.
Dari perjalan hidupnya Taeyong belajar, jangan pernah menghancurkan kepercayaan orang.
Hidup memang misteri, Tuhan yang ngatur kita yang menjalani. Taeyong mengerti, kenapa menulis dengan pensil sering dikaitkan dengan masa kanak-kanak, sementara orang dewasa dikaitkan dengan menulis pakai pulpen, karena kalau masih kecil, ngelakuin kesalahan bisa dihapus, diperbaiki, bekasnya nggak terlalu terlihat. Sementara udah dewasa, ngelakuin kesalahan memang gampang dihapus, tapi bekasnya jelas terlihat, sulit kembali seperti semula.
Taeyong, tipe orang di muka bumi; impulsif dalam mengambil keputusan. Tanpa memikirkan dampaknya. Saat dia tau keputusannya salah, dia pun menjalani hidup yang penuh penyesalan.
Ingin mengulang masa lalu, nggak bisa.
Waktu be like: makannya jangan main-main sama gue. Sekarang lo nyesel kaan?
*
Mengerjakan berkas dari atasannya dengan fokus yang penuh. Bahkan suara adzan ashar pun nggak kedengaran sama telinganya. Sudah berapa kali, ya, Sehun ketinggalan shalat ashar? Dia lupa.
Padahal pas masih ta'aruf sama Ana, dia rajin banget shalat, mau itu yang lima waktu, begitu pun yang sunnah.
Tapi, setelah lamarannya ditolak secara nggak langsung sama keluarga Ana, Sehun jadi malas ibadah tepat waktu lagi. Nggak tau kenapa, rasanya nggak ada motivasi.
Padahal sekarang dia naik pangkat jadi Jenderal. Tapi, kenapa rasanya hampa?
Yaaa begitulah dunia, semakin kamu ingin mencapai ketinggian baik itu status sosial, ekonomi, orang yang didambakan—kamu akan merasa hampa setelah mendapatkannya.
Beda dengan masalah akhirat, semakin tinggi kualitas amalmu, kamu akan merasa damai, hatimu akan tenang, karena kamu dekat dengan sang Pencipta. Allah Ta'ala.