15

4.2K 890 104
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Doyoung menatap kosong ke arah dua insan yang tengah bertatapan sembari bertukar senyuman. Dia mengucek matanya-aku nggak salah lihat?

Kenapa Ana tersenyum sebegitu manisnya pada lelaki itu?

Oke, Doyoung mengaku kalau lelaki itu sedikit lebih tampan darinya. Tapi ayolah jangan katakan kalau lelaki itu adalah kekasih Ana.

Doyoung jadi minder. Sudah kalah tampan dia juga kalah tinggi. Haish! Menyebalkan.

Dengan kepercayaan diri penuh, ia mendatangi Ana dan lelaki itu. Dia harus memastikan apa hubungan mereka.

"Assalamualaikum Ann," Doyoung tersenyum manis pada Ana.

Perempuan itu segera membalasnya. "Waalaikum sallam, Doyoung. Mau ke mana?"

Doyoung tersentak, ia terperangkap. Sulit bicara yang sebenarnya. Aku tadi berniat ke rumah kamu, Ann.

"Kebetulan tadi lagi beli crepes. Liat kamu di sini, sekalian nyapa, sambil pengin tau kabar Mama Papa kamu." Dengan lancar Doyoung bisa membela dirinya.

Sehun mengernyit heran. "Teman kamu, Na?"

"Iya, kak."

"Oh, kakaknya Ana, ya?" Doyoung tersenyum lega, lantas ia segera menyalami tangan Sehun. Walau bingung Sehun menerimanya.

"Kita ini apa, ya, Na?" Sehun tersenyum penuh arti pada Ana.

"Apa ya, Ana juga nggak tau." Ana balas tersenyum.

Doyoung terbakar emosi, baru kali ini ia melihat Ana tersenyum penuh arti seperti itu. Lihat, bahkan binar matanya seperti mengatakan kalau Sehun adalah lelaki tertampan di dunia.

Atmosfer aneh mengelilingi tubuhnya. Ia merasa sendiri. Melihat keakraban Ana dengan Sehun, bagaimana mereka berbagi canda, bahkan bertatapan penuh rasa suka. Doyoung memang pemula dalam masalah ini, tapi ia tahu mana tatapan suka dan tatapan untuk teman biasa.

Doyoung bukan tipikal lelaki mudah menyerah, sebelum jalur kuning melengkungkan nama Ana dan lelaki lain, ia akan terus berusaha.

Cinta itu karena terbiasa. Doyoung yakin.

"Doyoung, mau ikut?" Ana menyadarkan Doyoung dari pemikirannya.

"Kemana, Ann?"

"Ke kantornya kak Sehun. Mau ambil mobil dia dulu, abis itu ke rumah aku."

Sehun menatap Ana tak percaya. Perempuan manis ini terlalu mementingkan perasaan orang. Padahal Sehun berniat jalan berdua dengan Ana saja. Sambil bernostalgia, menyusuri jalanan menuju rumah calon mertua.

"Oh iya deh, aku ikut." Dalam hati Doyoung bersorak kegirangan.

Sementara Sehun tersenyum canggung.

***

Di dalam mobil, Sehun terlihat gelisah, dia tak nyaman duduk di samping Doyoung. Ana, calon istrinya itu duduk di belakang.

Lelaki ini memang menyebalkan, pikir Sehun sembari melirik Doyoung dari sudut matanya.

Karena tak enak dengan atmosfer yang ada, Sehun menyalakan radionya. Terdengar suara penyiar yang ceria, diselingi dengan lagu-lagu dangdut. Segera Sehun mematikan radio itu. Tidak ada bahan pembicaraan, Ana juga terlihat mengantuk, berkali-kali gadis itu hampir menabrakkan kepalanya ke bagian belakang kursinya.

Sehun menepikan mobilnya dulu lalu ia membuka pintu mobilnya, menuju pintu mobil di tempat duduk Ana. Dengan telaten ia membenarkan posisi Ana supaya gadis itu merasa nyaman. Ia membawa bantal khusus untuk Ana dari kursi belakang.

"Na, kalau mau tidur pake bantal ini aja ya?"

"Hmmm, iya -kak." Suara Ana terdengar serak. Kelopak mata gadis itu terbuka sedikit seolah enggan membuka sepenuhnya. Mengantuk.

"Kamu, maaf ambilin air di sana."

Doyoung menatap Sehun heran. "Ini, kak?"

"Iya."

"Na, minum dulu. Abis itu tidur lagi. Bentar lagi juga nyampe ke rumah. Nanti kakak bangunin."

Ana menuruti perkataan Sehun. Ia meminum air mineral itu pelan-pelan.

Semua itu tak luput dari perhatian Doyoung. Lelaki itu merasa aneh, apa benar Sehun mencintai Ana? Soalnya dari pandangan Doyoung, lelaki itu terlihat seperti seorang kakak yang perhatian pada adiknya.

Doyoung yakin, ia masih punya kesempatan buat merebut hati Ana.

Hubungan dua orang ini masih kaku. Seperti saling mengagumi dan suka saja. Belum tahap saling mencintai.

***

Jaehyun masih terus menunggu, ia malu untuk mengetuk pintu, tadi dia diberi tahu oleh seorang remaja lelaki, katanya Ana belum pulang. Sebenarnya sekarang perasaannya sangat kacau. Ia sangat malu menghadapi Ana. Di sisi lain ia bersikeras harus meminta maaf pada Ana.

Dan mengatakan, kalau mimpinya waktu itu bukan kebohongan belaka. Sebelumnya ia sangat penasaran, siapa yang akan menjadi pendamping hidupnya. Dan ia memimpikan Ana.

Sebenarnya, bukan sepenuhnya prank. Ia memang tertarik pada Ana. Tapi ia sadar, kalau Ana berasal dari keluarga berada. Sementara ia hanya lelaki biasa yang memimpikan pekerjaan dengan gaji yang bisa mencukupi kebutuhannya dengan sang Mama.

Suara deru mesin mobil menyadarkan Jaehyun. Ia tersenyum lega, mungkin itu Ana. Ia segera bangkit dari duduknya menatap orang-orang di dalam mobil itu penasaran.

"Jaehyun? Loh, kenapa di sini?" Ana menatapnya heran. Di belakang perempuan itu ada dua orang lelaki.

"Iya Ana-"

BUGHHH!

Belum menyelesaikan perkataannya, Jaehyun sudah menerima pukulan di pipinya secara beruntun.


**to be continued**

udah lama gak nulis rasanya jadi kaku😅

kira-kira siapa yang mukul Jaehyun? Ayo jawab di sini ->>

See you on next chapter :
mungkin aku up seminggu sekali, itu juga kalau udah nugas📍

Ta'aruf  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang