6

5.4K 1.1K 262
                                    

Sehabis shalat sunat Idul Adha, aku makan bareng keluarga. Adik aku baru pulang dari pesantren. Dia makan lahap banget.

Sekarang dia lagi ngambil nasi dari bakul, untuk porsi kedua.

"Sok, yang lahap, ya, Utonya teteh." ucapku sok-keibuan sembari tersenyum.

Haruto mengacungkan jempolnya. "Siap, teh! Makanan di pondok nggak seenak makanan buatan Teteh sama Mama."

Padahal hidangannya sederhana, gak semewah restoran bintang lima. Tapi binar mata Haruto seakan bicara kalau masakanku sama Mama enak banget. Mau seenak apapun makanannya kalau jauh dari keluarga memang terasa hambar.

Soalnya aku pernah ada di posisi Haruto, aku pesantren 3 tahun waktu SMP. Tapi setelahnya aku lanjut ke SMA Negeri.

Kalau Haruto dari SMP sampai sekarang kelas 1 SMA masih pesantren. Adikku hebat banget.

Alhamdulillah, sekarang hafalannya udah 20 juz. Aku mau nangis saking bahagianya.

Dari kecil, Haruto-adikku satu-satunya itu memang berbeda dari kebanyakan orang.

Kalau anak kecil lain termasuk aku ditanya cita-cita;

"Mau jadi presiden!"

"Mau jadi tentara!"

"Mau jadi polisi!"

"Mau jadi dokter!" itu cita-citaku.

Tapi Haruto, "Aku mau jadi hafidz qur'an, biar bisa bareng masuk surga terus ngasih mahkota ke Mama, Papa, sama Teteh."

Anak 8 tahun bicara seperti itu. Dulu, aku masih 10 tahun, dan aku langsung meluk Haruto, cita-citanya mulia banget.

Aku jadi tertampar.

Sekarang pun, aku udah 18 tahun, tapi hafalanku masih juz 30 aja. Alias satu juz, itu juga jarang muroja'ah.

Aku ngerasa bersalah, aku terlalu larut sama kesenangan dunia.

:'(

Terkadang, aku tuh suka berpikir, apa aku yang malas baca al-qur'an, atau al-qur'an yang malas dibaca sama aku?

Jujur, ini bukan candaan. Tapi aku pernah ikut kajian, kalau kita udah terlalu lama gak tadarus al-qur'an, hal itu perlu dipertanyakan.

Apakah kita belum diberi hidayah untuk berbuat amal shaleh?

Nggak, hal itu salah. Karena Allah senantiasa ngasih hidayah setiap waktu untuk kita.

Contoh sederhananya, kalau kita ngerasa hampa, ngerasa diri kita gak berguna, capek hidup, hal itu tanda hidayah dari Allah SWT buat hamba-Nya supaya kita rajin melakukan amal shaleh.

Hidayah yang lembut ngetuk pintu hati, supaya kita melakukan komunikasi yang paling mulia.

Antara kita dan Allah SWT.

Aku mau nangis, padahal lagi makan bersama keluarga.

Selama ini aku jenuh, bosan, sampai download aplikasi yang memang berkedok ta'aruf. Hal islami. Padahal itu nggak sesuai dengan syariat islam.

Kebanyakan orang sering salah persepsi, padahal taaruf itu harus dilakukan bersama kedua wali dari kedua belah pihak.

Tidak berkhalwat, atau berduaan dengan yang bukan mahram kita.

Dan juga, chat berlebih sama lawan jenis itu sebenarnya nggak boleh.

Kemarin aku sampai saling merayu-bahkan ada niatan punya perasaan-padahal mereka bukan mahram aku.

Memang normal, tapi harusnya aku nggak terlarut terlalu lama dalam kemaksiatan yang gak disadari itu.

Aku cepat-cepat beresin makan, terus ke wastafel buat cuci piring dan alat makan lainnya.

Kayaknya Haruto sadar kalau ada sesuatu sama aku.

Dia nyamperin aku, terus nanya. "Teteh kenapa? Coba cerita."

Aku terlalu malu. Belum bisa cerita sama Haruto. Akhirnya aku ngajak Haruto buat liat penyembelihan sapi sama kambing.

Dia ikut, sebelumnya kita berdua jajan makanan ringan sama jus dulu, tapi kita gak jadi liat penyembelihan itu. Karena Haruto gak tega.

Aku pun duduk di lantai mushala sama Haruto bareng anak DKM lainnya buat siap-siap bagiin daging kurban.

Saat nunggu, aku liat seorang lelaki turun dari mobilnya, setelahnya ada Ibunya, mungkin? Soalnya wanita paruh baya itu digandeng sama dia.

Aku agak menyipitkan mata, minusku memang cukup tebal, jadi wajah itu agak blur, tapi sepertinya aku kenal.

"Ana?"

"Maaf-kak, kok kenal sama teteh aku?" Haruto bertanya-tanya.

"Kenalin, nama Kakak Taeyong."

ASTAGFIRULLAH 33×

GAK PAKE NUNGGU LAMA, AKU LANGSUNG LARI TERUS NEROBOS LELAKI YANG NGENALIN DIRI SEBAGAI KAK TAEYONG ITU!

Duh, aku lari gak pake sendal.

Pasti sekarang lagi diliatin sama anak-anak DKM lain.

-tbc

Apa sih yang ngebuat kalian bertahan baca ta'aruf sampai bab ini? 😂 -semoga pesan moralnya dapet, walau ini hanya cerita peneman gabut.

Sampai sini, aku mau absen dulu.

Kalian ada di tim mana?

Ta'aruf  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang