✨ ; blue eyes

1.8K 304 21
                                    






Haechan berusaha menyamankan posisi duduknya dan mencoba tidak awkward di sebelah Mark yang tengah melihatnya lekat.








Mark seperti menginginkan sesuatu darinya. Tapi Haechan masih berusaha acuh dengan terus menatap pepohonan rindang di depannya.













"Pohon lebih indah kalau musim hujan."














Haechan menoleh melihat Mark yang tersenyum canggung melihatnya.








"Kenapa bisa?" Tanya Haechan heran.













Haechan itu crewet. Tapi kalau mau crewet sama Mark mungkin perlu dipikirkan berulang kali.













"Ya indah, hujan itu suasana paling indah yang gak akan pernah aku lewatkan."








Mendengar itu Haechan mencebikkan bibirnya maju. Agak tidak suka waktu Mark menyinggung hujan.




"Hujan itu repot tauk!" Haechan berucap dengan menggebu-gebu.





Mark menganggat kedua alisnya heran. Haechan tambah memberengut.


"Iya repot, bunda bilang kalau hujan Haechan harus tetep sekolah. Mana dingin, kan hujan waktu tenang buat tidur. Terus gelap ada suara petir. Haechan harus nerobos hujan, sampai rumah Haechan dimarahi semua karna abis itu demam."




Mark melongo mendengar penuturan Haechan yang panjang lebar. Dia tersenyum lembut membuat Haechan mengrenyit dan langsung tersadar apa yang barusan dia ucapkan.







"Eh—em.. ma-maaf—"






"It's okey, artinya Haechan udah lebih akrab sama Mark."








Haechan barusan merutuki dirinya sendiri. Kenapa bibirnya susah sekali dikontrol.







Suasana kembali canggung Mark masih dengan posisi menatap pepohonan yang basah dan Haechan dengan posisi menunduk.








Salahkan saja keluarganya yang malah menitipkan Haechan pada Mark. Dengan ragu Haechan mendongak mau meminta Mark untuk kembali ke ruang rawat karena udara yang semakin dingin.















Tapi belum sempat bibir Haechan berucap. Atensinya tertuju pada seorang gadis yang diseret paksa dengan seorang dokter.















"Itu kan—HEEJIN!"









"Eh, mau ke mana?" Mark memegang lengan Haechan erat.









"Itu temen Haechan, Mark! Dia dipaksa sama dokter pake kasar, aku harus—"











"Tetap di sini!"






































Perasaan Haechan saja atau efek Haechan yang masih sakit.











Mark terlihat menyeramkan dengan bola mata biru laut yang menyala.

















Tapi kenapa bisa berganti dengan secepat ini.
























Seperti tersihir Haechan yang tidak bisa berkutik sedikitpun hanya mengangguk dan kembali duduk dengan rasa ketakutan.


























































































Mark seperti sosok di dalam mimpinya.

inside ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang