Batas Dimensi

8 4 0
                                    

Diriku mencoba memberanikan diri. Menerobos gelapnya ruangan. Dinginnya ruangan membuat tubuhku seakan tersayat.   Sempit seakan tak bisa bernapas. Ya, semua itu ku rasakan semenjak lima menit lalu bemasukki gedung tua ini. Mataku berkeliling meneliti seluruh isi yang ada di dalamnya. Sarang-sarang laba-laba memenuhi dinding-dingin tembok tua. Tembok tua berlumut. Seperti gedung peninggalan belanda.

Ku merasa ada tangan yang memegang pergelangan tanganku. Ku menoleh ke belakang. Kaget, dan takut meyelimuti diriku. Tepat dihadapanku tampak sesosok pemuda pucat berlumuran darah di sekujur tubuhnya. Tubuhku gemetar. Sesekali ku meneguk ludah. Mencoba memberanikan diri.

"Siapa ka-kam-u?" tanyaku terbata-bata. Rasanya ingin pulang saat ini juga.  Seakan petualangan ini berubah menjadi kutukan bagiku.

"Aku Zhen. Pemuda seratus tahun silam yang  terbunuh karena pembantaian," ujarnya sambil menatapku serius.

Tubuhku bergidik ngeri.

"Seratus tahun silam"

"Aku mencintaimu Zhea."

Sableng!

Bibirku kelu. Banyak pertanyaan yang terlitas di benak ku.

Bagaimana dia bisa tahu namaku?

Entahlah pertanyaan itu sama sekali tidak penting untuk saat ini.

Ku berlari sekuat tenaga. Tak perduli meskipun napasku terengah- enggah. Untuk saat ini yang terpenting hanyalah bagaimana caranya dia bisa keluar dari gedung ini dan pergi menjauh dari Zhen.

Baru pertama kali ini diriku bertemu dengan hantu yang super sableng. Hantu yang tiba-tiba menyatakan perasaannya. Padahal baru bertemu lima menit yang lalu.

Kakiku bergetar. Sekakan tak mampu lagi tuk berlari. Diriku menoleh. Meneliti apakah Zhe mengikutiku dari belakang.

"Syukur deh." Ku elus dadaku. Ya, Zhen sudah tak mengikutiku lagi. Lega itu yang ku rasakan.

"Zhea, Jangan lari kau!"

Tubuhku berbalik kedepan. Sungguh ini begitu aneh. Secara tiba-tiba Zhen muncul tanpa di undang. Edannya aku baru ku sadari bahwa Zhen adalah Vampir. Makhluk astral yang bebas berkeliaran kemanapun dengan lari super cepat.

"Sial!" Umpatku.

Jantungku berdetak sangatlah kencang. Setiap ku lihat Zhen diriku seakan hanyut di peluknya. Apakah ini yang dinamakan cinta?

"Aku juga mencintaimu Zhe." Diriku refleks.

Zhen memelukku erat. Hangat.

"Tapi maaf Zhen kita beda batas. Kau di dimensi yany berbeda denganku. Kau vampir sedangkan aku manusia. Kita tak akan pernah bisa bersatu."

"Tapi Zhea aku mencintaimu."

"Mungkin tuhan hanya mempertemukan kita. Namun tidak untuk menyatukan kita Zhe."

Diriku menangis sesengukan seakan tak mampu pergi meninggalkan Zhen, Tapi ini adalah cara terbaik. Batas dimensi tlah mampu memisahkan kita. Diriku mencoba mengikhlaskannya. Selamat tinggal Zhe.

END

SEPTEMBER HOROR : Let's Sing a SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang