"Kalian pernah mendengar kisah Scarlett Cliters?"
Semua orang menggeleng.
"Biar aku ceritakan." Tiba-tiba lampu berkedip-kedip. Bukan, bukan karena hantu. Melainkan karena salah seorang temanku yang melakukannya."Scarlett Cliters, seorang gadis muda yang lahir pada tanggal 30 Oktober 1982. Scarlett adalah gadis keturunan Belanda. Wajahnya cantik, elok budi bahasanya. Semua orang terkesima melihat wajahnya nan lugu. Namun ...," ucapan Angel sengaja digantung. Semua orang tampak mendengarkan dengan serius. Ada yang mulai ketakutan, ada yang berlagak seperti biasa saja.
"Namun, satu hari sebelum ulang tahunnya, rumah kediaman keluarga Scarlett terbakar. Semua barang-barang hangus tak tersisa. Scarlett dan keluarganya tewas. Keesokan harinya, tepat di hari ulang tahun Scarlett, seorang pemadam kebakaran yang sedang mencari jasad Scarlett merasa keheranan. Dia menemukan sebuah keanehan. Lantunan lagu Happy birthday mengalun sangat lembut. Di depannya, sang Pemadam melihat sebuah kue ulang tahun berlapis coklat yang diatasnya terdapat lilin menyala. Dalam hitungan detik, pyuh ... Lilin tersebut padam. Pemadam kebakaran itu ketakutan. Beberapa hari setelahnya, terdengar kabar berita bahwa seorang pemadam kebakaran mati mengenaskan tepat di belakang puing-puing bangunan rumah Scarlett." Semua orang ketakutan mendengarkan cerita dari Angel. Ada sebagian orang yang berteriak, ada pula yang lari pulang kerumahnya masing-masing.
"Konon katanya, setiap tanggal 30 Oktober, hantu Scarlett mencari tamu untuk pestanya. Dan tamunya itu, tidak akan pernah kembali." Angel menakut-nakuti teman-temanku yang masih berani.
Aku tidak takut! Aku bukanlah manusia yang percaya hantu. Itu semua hanyalah cerita fiksi. Aku masih tidak percaya dengan kebenaran cerita Angel.
"Sudahlah, ceritamu itu tidak masuk akal. Lebih baik aku pulang, mandi, dan istirahat. Aku tidak mau mendengarkan cerita fiksi kalian lagi!" Aku berteriak lalu pergi meninggalkan teman-temanku.
"Dasar penakut!" Aku mendengar teriakan mereka. Sudahlah, hari juga sudah senja.
***
Sesampainya di rumah, aku langsung mandi, mengganti pakaian, dan langsung makan malam bersama Mama dan kedua kakakku. Kalau kalian bertanya dimana papaku sekarang? Jawabannya adalah diluar kota. Papa adalah pebisnis yang sering melakukan perjalanan bisnis. Hampir seluruh kota di Indonesia pernah di datanginya. Sudahlah, ini tidak penting lagi.
Setelah makan bersama, aku merasa lelah dan mengantuk. Aku berpamitan kepada Mama dan kedua kakakku. "Aku tidur duluan, ya!" Mereka hanya mengangguk dan melanjutkan aktifitas mereka yang sempat tertunda karena aku.
Aku masuk ke kamar, dan mematikan lampu kamar. Tunggu, apa aku salah lihat? Besok tanggal 30 Oktober! Tidak, tidak, semua ini tidak benar. Cerita Angel hanya derita fiksi, itu tidak nyata! Aku tidak boleh seperti ini. Aku bukanlah seorang penakut! Hantu itu tidak nyata!
Aku memejamkan mataku. Walau agak sulit, tetapi aku harus bisa. Perlahan-lahan, aku mulai terlelap dan semuanya telah usai.
***
Sore ini, semua tampak sepi. Tidak ada orang yang berlalu-lalang. Jalanan kota tampak seperti tak berpenghuni. Aku merasa ketakutan, aku merasakan seperti ada orang yang mengikutiku. Jika aku berjalan di jalan lurus ini, sepertinya aku akan celaka.
Di perempatan dekat lampu merah, aku memilih untuk memasuki jalanan yang berbelok ke kiri. Entah kenapa, firasatku mengatakan ada sesuatu yang tidak beres. Aku sedikit ragu, tetapi aku tidak boleh takut.
Aku tetap berjalan menelusuri jalanan kota yang sepi. Tetapi, jalanan ini tampak sedikit asing dimataku. Aku tidak pernah melewati jalan ini. Kenapa tadi aku memilih belok kiri?
Tidak, aku tidak boleh putar balik. Aku telah jauh menelusuri jalanan ini. Aku akan tetap berjalan. Aku yakin, jalanan ini akan membawaku ke rumah dengan cepat.
Sambil berjalan, aku mengamati lingkungan sekitar. Beberapa rumah tampak usang. Sepertinya rumah-rumah disini telah dibangun dalam waktu yang cukup lama. Bangunan-bangunannya tampak seperti buatan tahun 80-an. Tunggu, bangunan itu tampak tak asing. Aku melihat sebuah bangunan tua yang tampak bekas terbakar.
Bekas terbakar? Kebakaran? Rumah tahun 80-an? Scarlett Cliters?
Tidak! Ini tidak mungkin. Aku harus segera pergi dari jalanan ini. Tetapi, kenapa hatiku merasa penasaran? Langkah kakiku berjalan mendekati bangunan usang bekas terbakar itu.
Aku mendekat, mendekat, semakin mendekat.
Happy Birthday ... Scarlett
Happy Birthday ... Scarlett
Happy Birthday
Happy Birthday
Happy Birthday ... ScarlettLantunan lagu Happy birthday versi lamban mengalun lembut di gendan telingaku.
Tidak, aku tidak ingin mendengarkan lagu ini. Aku harus pergi! Tetapi, dimana? Dimana jalan keluarnya? Aku harus segera menemukan jalan keluarnya.Aku melihat sekeliling. Puing-puing bangunan ini tidak terlalu buruk. Jika diperhatikan, ruangan ini tampak sedikit dihias. Ya, hiasan khusus untuk acara pesta ulang tahun.
Aku masih mengamati, pengamatan ku berhenti saat melihat sesuatu yang menyala. Seperti ... Lilin?
Entah mendapatkan keberanian dari mana, aku berjalan mendekati cahaya lilin itu. Aku semakin mendekat, mendekat, dan mendekat. Itu ... Itu adalah kue ulang tahun. Kue ulang tahun yang dilapisi coklat.
Aku semakin takut, aku harus segera menemukan jalan keluarnya.
Saat membalikkan badan. Aku melihat seseorang. Seorang wanita yang usianya sekitaran 13 tahun.
Tidak! Itu bukan manusia!
Itu adalah hantu, aku yakin itu adalah hantu Scarlett.
Sekarang, aku benar-benar ketakutan. Apa yang harus aku lakukan?Tidak! Hantu itu mendekatiku.
Aku berjalan mundur, mundur, dan terus mundur.
Tetapi, hantu itu terus mendekati ku. Punggungku sudah terbentur tembok. Aku sudah tidak bisa kabur lagi. Aku hanya bisa menutup mata.Aku merasakan hantu itu semakin dekat denganku. Aku membuka mataku pelan-pelan. Aku melihat hantu itu dengan jelas. Wajahnya penuh luka bakar, rambutnya yang panjang tampak tidak rapi. Menyeramkan, itulah kata yang cocok untuk menggambarkan hantu ini.
Hantu itu tersenyum, "Maukah kamu menjadi tamu pestaku?"
"TIDAAAAAAAKK!"
Huh, aku terbangun. Apa semua ini? Apakah tadi itu hanya sekedar mimpi? Tapi, kenapa semuanya terasa begitu nyata?
Aku melirik jam dinding di kamarku, 02.00. Huh, waktu pagi masih lama. Aku harus melanjutkan tidurku dan menyimpan mimpiku tadi untuk di ceritakan kepada teman-teman disekolahku nanti. Aku harap, mereka mempercayainya.
END

KAMU SEDANG MEMBACA
SEPTEMBER HOROR : Let's Sing a Song
HorrorTok ... Tok ... Tok ... Oh, tidak! Itu Nina yang datang! Seringaiannya terlihat di balik jendela kamarku. Mata bolong berdarah-darah itu terus menatapku. Ini pasti gara-gara ibu yang selalu menyanyikan lagu Nina Bobo setiap sebelum aku tidur! *****...