Tak Kasat Mata

10 5 0
                                    

Ini adalah kisahku. Kisah kelam yang selama ini selalu menghantuiku dan selalu menggangguku setiap saat. Keberadaannya selalu hadir di dalam pikiranku secara tiba-tiba. Bayang-bayang itu memenuhi isi pikiranku hingga aku kesulitan untuk merasakan hidup tenang. Pasalnya setiap kali aku berusaha menghindar justru dia semakin gencar untuk menghantuiku. Awalnya aku tak takut tetapi lama kelamaan aku merasa takut juga.

Ini adalah sepenggal kisah lama yang lumayan terpendam cukup lama. Aku sengaja menutup semua masalah ini baik-baik supaya tak ada satu orang pun yang mengetahuinya. Dibalik itu semua ada sebuah peristiwa yang menyangkut kehidupannya hingga akhirnya ia tak lagi menampakan wujud aslinya di muka bumi.

Takut? Yaiyalah takut! Secara ini adalah pengalaman pertamaku melihat mereka yang tak kasat mata. Ya kali enggak takut!

Aku terpejam cukup lama sehabis pulang sekolah malah seragam sekolah yang ku kenakan masih melekat ditubuhku. Capek, letih dan pegal rasanya. Apalagi sejak pagi sampai siang diadakan ulangan harian mendadak. Mana pelajarannya Matematika, IPA sama Bahasa Inggris lagi! Apa nggak pusing, tuh?

Tubuhku merespon dengan cepat ketika merasakan sebuah selimut yang menggulung tubuhku seketika tertarik begitu saja. Aku berubah posisi menjadi duduk, kedua mataku menelaah seisi kamar dengan detak jantung yang tak bisa ku jelaskan bagaimana kencangnya.

"Ah, nggak ada apa-apa, halu aja pasti," Aku bergumam pelan setelahnya aku kembali tidur.

Baru beberapa menit berjalan hawa panas langsung merasuk. Sontak kedua mataku terbuka lebar. "Aish! Siapa sih yang matiin AC nya??!!!" Aku menggeram kesal lalu beranjak meraih remote control lalu kembali menyalakan AC.

Ketika aku hendak berbalik badan, entah itu pasti atau tidak, aku seperti melihat sebuah bayangan terpantul dari kaca. Posisi kacanya ada di sebelahku, tak jauh juga sih tetapi terlihat cukup dekat untuk saat-saat ini. Saat yang menegangkan. Keringat dingin langsung bercucuran di wajahku hingga mengalir ke leher. Deru nafasku tak beraturan serta bibirku yang tiba-tiba saja bergetar.

Memberanikan diri dengan menolehkan kepalaku perlahan ke arah samping. Secepat itu bayangannya langsung mendekat tepat di belakangku. Sosoknya berdiri tegap dengan kepala yang tertunduk, rambut panjangnya terlihat berantakan serta bola mata berwarna kemerahan menatap tajam iris mataku yang saat itu tengah memandangnya juga. Oh tidak! Dia semakin mendekat! Tangannya yang panjang langsung terulur ke arahku. Aku semakin dibuat kalut. Kuku jarinya yang panjang langsung membelai leher jenjangku.

Ya Tuhan! Tolong lindungi aku! Jangan ambil nyawaku sekarang!

Aku akan menghabisimu!

Aku teriak sekencang mungkin ketika sosok itu langsung menghilang dengan sekejap mata. Aku terduduk lemas diatas lantai. Jendela kamarnya yang entah kapan terbuka lebar itu menimbulkan hawa dingin yang merasuk ke dalam tubuhku. Gorden kamar berjuntai kasar disertai hembusan angin malam yang bisa dibilang sangat kencang.

Oh ya Tuhan! Aku sungguh takut.

Bukan hanya sekali dua kali saja aku melihatnya. Bahkan berkali-kali.

Paginya aku langsung buru-buru berangkat ke sekolah. Cepat-cepat aku mengikat tali sepatu dan pergi berlari. Ditepi jalan aku menyetop angkot, aku langsung masuk begitu saja tak peduli keadaan angkot ini yang sudah penuh. Tak masalah tubuhku sangat mungil, duduk dimana saja juga bisa.

Tepat didepan sebuah sekolah bernama SMA ANGKASA, aku menepuk bahu si sopir lalu memberinya uang dan segera turun dari sana. Jam hampir menunjukkan pukul 7 pagi untunglah aku sudah sampai di sekolah. Padahal kurang 2 menit lagi gerbang sudah di tutup dan pastinya sampai siang pun tak boleh ada yang membukanya hingga waktu pulang sekolag tiba baru boleh dibuka.

SEPTEMBER HOROR : Let's Sing a SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang