•••
Alunan merdu suara rintikan hujan mampu menciptakan ketenangan untuk seorang perempuan yang sedang terduduk di depan jendela. Menekuk kan lututnya dengan kedua tangan melingkar memeluk kakinya.
Lila menyandarkan kepalanya pada kosen jendela. Menjelajah kan penglihatannya pada rintikan hujan deras yang membasahi tanah.
Tak ada suara menggelegar petir. Hanya suara rinai hujan yang mampu menenang kan perasaannya. Menggenggam horden jendela yang terbang tertiup angin, dan sesekali percikan air hujan membasahi wajahnya.
Lila termenung, menatap sayu pada langit hitam. Gelap dan kosong, seolah tak ada apa apa di dalam sana. Sama seperti dengan hatinya saat ini. Tengah menangis, dan tak tahu ingin menangisi apa. Mungkin Dewa, atau keluarga yang telah meninggalkannya seorang diri. Atau... Nasibnya.
Wajah sayu Lila berubah sendu. Membayangkan apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu. Sebuah kejadian yang mampu menyayat hatinya.
Aku bersusah payah menjemputmu, tetapi kamu memilih taksi? Pergilah. Lain kali aku harus memikir ulang untuk menjemput mu.
Entah mengapa. Perkataan itu berputar putar dalam benaknya. Seperti radio rusak, yang tak habis-habisnya berhenti untuk ribut. Lila mencengkram rambutnya. Mencoba untuk tak memikirkan apa yang sudah terjadi. Namun, mengapa dia tak mampu?Mengapa Lila tak bisa tak memikirkan Dewa? Mengapa dia menjadi wanita bodoh seperti ini? Mengapa hatinya lemah di perlakukan seperti ini?
Lila terisak. Ingin menyerah saja dengan semuanya.
Apa perlu, kita menyudahi ini semua?
Dari pada aku semakin sakit untuk berharap dengan semuanya, Mas.
Lila mengusap pipinya cepat ketika mendengar ketukan pintu dari balik sana. Mbok Amin membuka lebar pintu kamar tamu yang sedang di tempati Lila. Tersenyum teduh sambil berjalan mendekat.
Lila tersenyum tipis, lalu membuang pandangannya kembali pada jendela.
" Mbok akan pesankan Go-car. Pulang lah, nak. Kasihan suami mu. " Lila masih diam membisu, membuat Mbok Ami menghela nafas pasrah. Di peluknya punggung Lila, lalu membawa kepala Lila agar bersandar dalam dada Mbok Ami. Wanita tua itu menangis. Ikut sedih dengan apa yang di rasakan Lila saat ini. Memang, Lila tak mengatakan apapun. Lila hanya menangis, menatapnya di depan pintu rumah kontrakan nya lalu memeluk tubuhnya.
" Mbok... Lila tak akan pulang. Lila hanya ingin di sini. " Jawab Lila jujur. Hanya Mbok Ami lah salah satu bagian hidupnya. Salah satu saksi perjalanan hidup Lila selama ini.
Lila ingin kembali ke rumah lamanya. Namun, tak ada orang di sana. Seorang diri akan semakin membuatnya sakit. Lila tak tahan berada di rumah lamanya. Tak tahan dengan kenangan kenangan manis yang sekarang hanya menjadi mimpi buruk baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlanjur Mencintai || SUDAH TAMAT
RomanceLila pikir dia akan bahagia bersama Dewa, pria yang telah di utuskan sang Ayah menjadi suaminya sebelum sang Ayah meninggal dunia. Lila masih mengingat kata kata sang Ayah bahwa Dewa lah yang akan menjaganya, yang akan selalu ada untuk Lila kapan pu...