10. Menjemputnya Pulang Untuk Pertama kali

4.7K 371 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Pagi pagi sekali tepat 06.55 Lila sudah keluar dari Apartemen Dewa. Meninggalkan pria itu dengan keadaan yang berbeda. Tak ada lagi bunyi wajan yang berdentang dentang sekaligus tak ada sarapan di atas meja yang selalu Lila siapkan biasanya. Tak ada lagi bunyi ketukan pelan di depan pintu kamar Dewa agar suaminya itu bangun menyambut pagi.

Semuanya berubah.

Hanya Sebentar dan hal itu telah menjadi keputusan Lila. Memilih menghindar dan tak ingin mempercayai segala perkataan manis Dewa. Perkataan yang membuat Lila ragu apa yang telah pria itu tawarkan kepadanya.

Hanya Tuhan yang tahu apakah pria itu benar benar tulus untuk membuka hatinya atau hanya untuk meninggalkan kenangan bersama Lila karena Lila tak akan lama lagi di dunia ini.

Bekerja akan membuatnya lebih tenang tanpa memikirkan Dewa akan segala sikapnya. Bekerja dan bekerja hingga tubuhnya kurus, rambutnya yang akan rontok sedikit demi sedikit dan akhirnya hanya menunggu sang kuasa akan takdir kematiannya.

Hanya itu yang ingin lakukan. Mencoba untuk tak menyalahkan siapa pun. Mencoba untuk menerima hidupnya lebih baik tanpa ada Dewa. Mencoba untuk memiliki kenangan untuk dirinya sendiri sebelum nantinya Lila akan menutup mata.

Suara bunyi Klakson mobil jeep bewarna hitam milik Bram membuat Lila mengembangkan senyum cerianya. Bram membuka kaca itu lalu menatap keponakannya dari sana. Lila tampak sangat pucat hari ini dan hal itu mampu membuat Bram ingin memutar balik mobilnya dan meninggalkan Lila. Namun, Bram hanya mengerang pasrah ketika Lila semakin mengembangkan senyum tulusnya.

" Aku tidak akan menerima penolakan pagi ini, Ya Om. Kita sudah sepakat semalam. Remember? "

" Ya. Ya. Ya... Lila Up to you. Masuk lah nanti kita telat" Ucap suara asing dari belakang kemudi. Ketika kaca itu juga turun Lila hanya dapat mendengus melihat siapa yang sedang mencengir kearahnya.

Lila masuk. Menatap cemberut pada Bram ketika harapannya untuk menenangkan diri pupus. Salah satu yang membuat Lila ingin bekerja, dia bebas melakukan apapun tanpa ada yang mencegah. Melihat ALYA di belakang kemudi dengan kemeja putih dan celana kulot coklat membuat Lila tahu pasti sahabatnya itu akan berada di sampingnya selama bekerja.

" Karena kamu tidak sehat, Om memutuskan agar Alya yang akan menjadi asisten kamu di kantor. " Lila menghela nafas pasrah. Sungguh tak terima dengan pemikiran Om nya.

" Lila anak ku. Om tidak akan bisa duduk tenang lihat kamu kerja dengan keadaan fisik yang----"

" Rusak? Udah mulai gak berfungsi? " Tanya Lila dengan mata sendu.

Sedangkan Alya yang berada di belakang kemudi hanya menggigit kuku dengan gemas. Antara takut dan khawatir. Inilah resikonya karena Alya terlalu asal menjawab Ya tawaran Om Bram.

Duh... Mati deh gue. Lila.. Izinin gue dong, ah lo gak asik banget sih. Gue kan mau jagain lo siapa tau ada apa apa di kantor. Gue kan juga mau lihat cogan, La.... Parah banget sih lo bagi bagi pencuci mata.

Terlanjur Mencintai || SUDAH TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang