Sudah dua hari berlalu sejak berkendara di bawah guyuran hujan saat itu.
Lila masih mengingatnya. Hal hal sederhana bersama dewa tetapi mampu menjungkir balikkan hatinya. Malam itu setelah mereka sampai di Apartemen, Dewa menawarkan diri untuk memasak mie instan. Katanya dingin dingin begini enaknya yang hangat hangat.
Lila hanya mengangguk dan mereka berakhir di teras belakang menatapi hujan sambil menyantap indomie. Berbincang walaupun masih terasa canggung dan kaku. Seperti ada yang berbeda, dan itu nyaman bagi Lila.
Se-sederhana itu. Hal yang sederhana Dewa lakukan namun terasa manis untuk Lila terima.
Hanya itu yang mereka lakukan. Setelah dua hari berlalu, tidak ada lagi hal manis yang Dewa lakukan. Seolah tak ada yang telah terjadi. Dewa dengan segala kesibukannya dan Lila dengan segala kesibukan nya sendiri.
Beberapa hari lagi Ujian Akhir Semester akan tiba. Dan Lila meminta izin pada pada Bara agar segala tanggung jawab Lila di ambil alih oleh pria itu. Jadi, sementara ini dalam 10 hari Lila meliburkan diri.
" La... Lo udah rangkum bab terakhir? Gue bagi dong. Gue lupa nih karena semalam nemanin kakak gue lahiran. " Suara Alya mengejutkannya. Sahabatnya itu telah berdiri tak jauh darinya yang saat ini terduduk nyaman sambil bersandar di pohon Mahoni.
Alya mendekat, ikut duduk di sisi Lila.
" Akhir akhir ini gue stress, La. Apa karena sekaligus kerja itu ya? " Lila melirik Alya. Hanya terdiam, lalu kembali menatap buku catatan nya penuh dengan hiasan warna pena.
" Eh... Bye the way, Jared gimana? Mampir yuk. Gue pengin minum latte nih. "
" Kamu aja. Aku gak mau. " Alya cemberut. Kembali memaksa Lila agar mau pergi dengannya. Lila yang sedikit pusing belakangan ini semenjak terkena rintikan hujan dua hari yang lalu merasa kurang vit. Kepala nya seolah berputar putar bila dia terlalu lama berdiri.
Lila dengan wajah pucatnya menoleh kearah Alya. Membuat Alya terkejut dengan wajah panik.
" lo sakit? "
" Semenjak hujan itu seperti nya. " Alya merasa bersalah. Wajahnya tampak sayu. " Maaf ya La. mungkin kalau nggak kena hujan lo gak akan sakit. " Lila menggeleng tegas.
" Nggak, sepertinya aku begini, juga karena belum sempat sarapan. " Akunya. Alya dengan tatapan tak percaya memandang Lila.
" Lo udah sakit terus gak sarapan? Makan siang juga belum? " lila mengangguk dengan wajah meringis.
" Aku gak selera. " Alya berdecak lalu berdiri. Meraih tangan Lila agar ikut dengannya.
" Kalau begitu ayo makan. " Mau tak mau Lila berdiri. Namun hampir saja dia limbung karena kepalanya yang tiba tiba terasa berputar putar. Lila merasakan hidungnya terasa basah. Disentuhnya hidungnya dan ternyata dia mimisan. Alya bergerak cepat mencari tisu di tasnya dengan wajah histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlanjur Mencintai || SUDAH TAMAT
RomantizmLila pikir dia akan bahagia bersama Dewa, pria yang telah di utuskan sang Ayah menjadi suaminya sebelum sang Ayah meninggal dunia. Lila masih mengingat kata kata sang Ayah bahwa Dewa lah yang akan menjaganya, yang akan selalu ada untuk Lila kapan pu...