Lila pikir dia akan bahagia bersama Dewa, pria yang telah di utuskan sang Ayah menjadi suaminya sebelum sang Ayah meninggal dunia. Lila masih mengingat kata kata sang Ayah bahwa Dewa lah yang akan menjaganya, yang akan selalu ada untuk Lila kapan pu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
" Hujan seperti ini? Aku pikir kamu lupa sama ku, Mas. "
Dewa terbungkam oleh seribu kata. Mendadak hatinya panas mendengar kalimat itu. Tetapi Lila benar.
Dewa mendekat. Menarik tangan Lila lalu katanya.
" Jangan seperti ini. Aku lebih suka kamu lembut Lila. " Ucap Dewa terlalu jujur Dan membuat Lila lupa dengan rencananya untuk menghindari Dewa.
" Alya. Kamu bisakan pulang sendiri? "
" Tidak bisa. Aku pulang dengan Alya, kamu pulang saja sendiri. " Jawab Lila dengan mata menatap Alya tajam agar sahabatnya itu mengangguk membenarkan kalimatnya.
" Kenapa? " Tanya Dewa menatap Lila kecewa. Lila melepaskan cengkraman Dewa pada pergelangan tangannya cukup kasar. Lalu matanya beralih pada motor yang di bawa Dewa.
" Ini hujan. Kamu rela aku sakit besok? "
Dewa mundur selangkah, mengacak rambutnya karena kesal. Kesal pada dirinya sendiri yang terlalu bodoh. Mengapa dia tidak membawa mobil tadi?. Dewa menghela nafas pasrah. Ini akibatnya bila dia terlalu khawatir karena memikirkan keadaan Lila. Tanpa berpikir panjang Dewa pergi dari rumah membawa motor kebut kebutan untuk menemui Lila di tempat kerjanya.
Dewa bisa menerimanya ketika Lila permisi untuk bekerja 2 hari yang lalu. Tetapi Dewa tidak pernah menduga bahwa Lila akan pergi bekerja sepagi itu di awal masuk kerjanya. Pergi tanpa ada ucapan " Aku pergi ya, Mas" seperti biasanya bila mereka tidak ada masalah apapun untuk di pertengkarkan.
Kecuali, bila mereka membahas rumah tangga, perasaan dan Aline. Lila akan menutup mulut tanpa mau membuka suara. Dewa sungguh sungguh mengenal sifat dan tabiat Lila selama beberapa bulan ini.
" Oh oke, kita tunggu hujan berhenti. " Dewa memilih bungkam dan terduduk di anak tangga lobby. Melamun memikirkan Lila yang terlihat dingin padanya. Mengapa ketika Lila memperlakukan nya seperti itu Dewa merasa tak terima. Dewa hanya ingin Lila tetap tersenyum dan lembut padanya seperti biasanya.
" Jahat banget sih lo. Tuh kan dia bawa jas hujan pastinya Lila. Dia pasti khawatirkan lo tadi karena gak pulang pulang. " ucap Alya geregetan. Gemas sekali melihat ekspresi tak bersahabat Lila ketika Dewa datang menjemput sahabatnya itu.
" Lagian kalau aku pulang duluan, kamu yakin aku tinggal? Yaudah Mas---" Alya membekap mulut Lila dengan telapak tangannya dengan mata melotot.
Dewa yang mendengar Lila memanggil nya. Memutar kepalanya cepat sambil tersenyum lebar.
" Kamu mau pulang? "
Alya meringis, tak enak hati melihat binar antusias Dewa ketika Lila memanggil suaminya itu.
" Ngg-bukan Mas Dewa. Salah dengar itu. Kami lagi gegosip. Yakan Lila. Hehehe" Lila hanya diam. Memilih menatap jalan raya yang jauh dari pandangan nya, masih ramai dengan kendaraan.