Suara derap sepatu pentofel itu bergema mengisi lorong lorong rumah sakit itu. Seiring langkah kaki, matanya menyelusuri setiap ruangan kamar inap yang tertutup rapat dengan nomor angka yang berbeda beda.
Nafasnya terasa terkejar kejar. Dan dadanya terasa pedih saat itu.
Kakinya berhenti pada pintu putih kamar inap. Benar, tidak salah lagi bahwa ini kamar inap sang Istri. Dewa menggenggam knop pintu. Lalu dengan perlahan di dorongnya pintu itu hingga berderit halus.
Dewa tersenyum sedih. Matanya mendadak panas. Melihat Lila yang tengah terlelap tenang membuat rasa pedih di hatinya tercurah begitu saja.
Bagaikan hujan yang terjatuh membasahi tanah, Dewa menangis. Dia bergerak mendekati Lila yang terbaring rapuh dengan raut tenang. Dewa melihat sebuket bunga Lily pada genggamannya. Meletakkannya di sisi Lila kemudian dia menunduk hanya untuk mencuri ciuman dari bibir Lila.
Mendengarkan Lila masuk rumah sakit membuat Dewa khawatir setengah mati.
Tangannya terulur, menyentuh kening itu dengan perlahan. Mengusapnya dengan ibu jarinya. Dewa meraih bangku besi yang tak jauh darinya. Terduduk di sana sambil memandangi wajah itu. Menggenggam tangan Lila begitu lembut, menatap nanar disana dengan hati yang begitu sakit.
Mengapa melihat Lila seperti ini hatinya terasa remuk? Apa yang telah terjadi pada hatinya? Apa yang telah dia lakukan pada Lila selama ini?
Dewa menunduk, menghapus jejak basah pada pipinya.
" Mas...Dewa? " Lila bersuara, menatapi Dewa dengan wajah pucat pasi. Bibir itu terlihat kering dan terkelupas, membuat Dewa terburu buru mengambil gelas berisi air di atas meja nakas. Membantu Lila untuk minum.
" Alya baru saja pulang. Bagaimana keadaan mu? " Lila yang saat ini bersandar pada ranjang brankar menunduk menutupi suasana hatinya pada saat ini.
Dewa ikut menunduk, hanya demi melihat raut wajah Lila saat ini. Dengan begitu mesranya dan tanpa seizin Lila. Dewa memyentuh rambut Lila hanya agar ditemukan olehnya wajah istrinya itu.
Senyum Lila merekah. Sedikit memerah pada pipi membuat Dewa terkekeh geli.
Keduanya terdiam bersama. Saling memandang satu sama lain. Lalu Dewa berkata " Maafkan aku. Atas segala yang telah ku lakukan. Maafkan aku menjemput mu di bawah rintikan hujan hingga membuatmu sakit. "" Jangan menjauh dariku. Jangan menganggap aku tidak serius, Lila. " Lila tetap terdiam. Mengapa Dewa berkata seperti itu? Seolah pria itu tidak merasa bersalah.
Apa yang di lakukan pria itu kemarin? Terlihat dekat padanya. Terduduk berdua menatapi hujan, bercerita panjang lebar dan sesekali menyentuh tangannya? Apakah Dewa tidak mengerti bahwa perlakuan itu semakin membuat Lila sulit menghilangkan wajah dewa dalam benaknya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Terlanjur Mencintai || SUDAH TAMAT
RomanceLila pikir dia akan bahagia bersama Dewa, pria yang telah di utuskan sang Ayah menjadi suaminya sebelum sang Ayah meninggal dunia. Lila masih mengingat kata kata sang Ayah bahwa Dewa lah yang akan menjaganya, yang akan selalu ada untuk Lila kapan pu...