12. Pregnant

17.7K 979 14
                                    

Terima kasih bagi yang sudah vote dan komen.

Selamat malming dan selamat membaca😊



Selamat malming dan selamat membaca😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kondisi Seyeon begitu terpuruk saat ini. Pandangannya kosong menatap ke atas namun pikirannya entah kemana. Semua bagai badai yang menghantam jiwa raganya. Seyeon tak sanggup hidup lagi. Ia merasa ingin mati saja dari pada menghadapi kenyataan hidup yang pahit ini. Air mata mulai bercucuran dan penyesalan mulai menderanya.

Liburan yang semula begitu menyenangkan dan bisa memulihkan hati, namun malah justru liburan terburuk dan tidak ingin diingatnya lagi. Akibat insiden malam itu. Ia menyesal telah keluar malam dan pergi ke pub. Apalagi kalau bukan untuk minum untuk melepas penat dan beban pikirannya. Ritual yang lumrah dan sering dilakukannya jika di Korea bersama teman atau keluarga. Bedanya kali ini ia tidak bisa meminum soju atau makgeolli di negera itu. Jadilah ia meminum bir dan vodka sebagai alternatifnya sampai ia mabuk dan tak sadarkan diri.

Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin itu peribahasa yang tepat bagi Seyeon. Ia tak tahu mengapa kesialan malah datang padanya. Sudah patah hati melihat seniornya menyatakan cinta pada sahabatnya, Kang Haneul. Ditambah lagi dengan kejadian sial dan menghancurkan hidupnya. Bagaimana ia berhadapan dengan murid les privatnya, Bella? Jika kenyataannya, dia pernah tidur bersama ayah dari muridnya itu. Apakah Bella masih mau berteman dan masih mau belajar bahasa Korea dengannya?

Seyeon takut, merasa dunia seakan runtuh. Entah apakah Seyeon masih mampu bertahan hidup? Apalagi sekarang dia tidak hidup sendiri, dalam perutnya sedang tumbuh makhluk kecil yang sangat bergantung padanya.

🌸🌸🌸

Melihat kondisi Seyeon yang begitu memperihatinkan, Yuri pun nekad mendatangi kantor Belverra Corp. Setelah memastikan Seyeon tidur pulas akibat obat dan makanan yang diberikan oleh perawat, barulah teman sejolinya itu berangkat menuju salah satu gedung tinggi nan megah di New York City.

Sesampainya di sana...

"Selamat sore, apakah saya bisa bertemu dengan Mr. Black?" Tanya Yuri pada sang resepsionis.

"Maaf Nona apakah sebelumnya anda sudah membuat janji?"

Yuri menggeleng pelan dengan raut wajah kecewa.

"Maaf Anda tidak—."

"Tapi ini sangat penting. Saya harus bertemu dengannya. Kekasihnya sedang di rumah sakit dan mengandung anaknya," sela Yuri dengan penuh keyakinan.

Resepsionis itu mengerutkan dahi, merasa wanita di depannya ini sudah gila. Entah berapa wanita yang mengaku kekasih bosnya itu. tapi baru kali ini ada yang mengaku-ngaku telah hamil. Dengan kekayaan yang dimiliki bosnya itu, tak heran banyak wanita yang mengincar hartanya. Dan sang resepsionis tidak akan mudah terhasut oleh bualan wanita asing tersebut.

Mr. Black (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang