.
.
.
"Anya. Hei! Anya, kamu baik?"
Tubuh gadis itu diguncang dengan kencang. Seketika Anya membuka mata lantas meraup oksigen dengan rakus. Wajahnya kian memucat dan peluh membasahi tubuhnya. Ketika kesadarannya mulai muncul, manik cokelatnya melebar saat menangkap sosok Rayland tepat di depannya, tengah memegangi kedua bahunya. Anya sontak menjerit dan meronta. Saat gadis itu mencoba melompat dari ranjang, Rayland segera menahan pun memeluknya dengan kuat, berharap Anya segera berhenti mengamuk.
"Anya diam!" Suara pria itu meninggi. Tetapi pelukannya tidak mengendor sama sekali.
"Jangan bunuh aku!"
"Hah? Kamu ini bicara apa?" Nadanya terdengar khawatir, "Anya buka matamu!" Tetapi gadis itu tidak kunjung membuka mata. Bahkan sekarang mulai menangis. Anya ketakutan dan Rayland menyadarinya. Tapi kenapa?
Sedikit geram Rayland berucap, "Anya, buka matamu dan lihat aku!"
Karena bentakan Rayland, Anya kembali menemukan kesadarannya. Matanya langsung melebar terbuka lalu ditatapnya Rayland yang juga menatapnya dengan mimik aneh yang gadis itu sulit mengerti. Tatapannya seolah mengantarkan arus penenang yang berhasil membuat Anya merasa sedikit lebih baik.
"Kamu mimpi buruk?" Anya mengangguk. Menghela nafas Rayland melanjutkan, "katakan!"
Memutus kontak mata dengan Rayland. Anya memilih menunduk dan mencoba mengatur perasaannya yang sungguh kacau. Oh! Dia sangat ketakutan. Mimpi itu benar-benar mengejutkannya setengah mati. Mengapa harus Rayland? Pikirnya. Tanpa dia sadari, sulur auranya yang abu-abu perlahan muncul menandakan ketakutannya. Setelah merasa bersahabat dengan perasaannya sendiri Anya memberanikan diri untuk menatap tepat di manik Rayland.
"Aku bermimpi__" Rayland masih menunggu dengan sabar sembari menatap Anya, " kamu membunuhku dengan cara mencekik leher ku."
Perkataan itu berhasil membuat manik segelap malam milik Rayland melebar sampai beberapa detik. Lalu menghilang dangan cepat digantikan mimik datar andalannya. Dia jelas tidak menduga jika mimpi Anya yang satu ini cukup aneh. Bukan hanya itu--Anya pun terkadang bertingkah selayaknya bukan dirinya dan sering bermimpi semenjak berada di Bali. Yang membuat Rayland tidak habis pikir adalah, mimpi-mimpi Anya selalu mengenai keluarga juga dirinya.
Ada apa sebenarnya?
Mungkinkah__
Bagi Rayland, saat ini Anya terlihat tertekan. Padahal dua hari belakangan gadis itu sudah baik-baik saja. Mimpi-mimpinya jelas mempengaruhi keadaan psikisnya. Tepat ketika semua orang berkumpul kembali di dalam kamar hotel milik Rayland dan Anya. Pria itu mengatakan bahwa besok pagi mereka akan kembali ke mansion. Sempat Anya menolak tetapi Rayland tidak ingin dibantah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiptara Family's [END]
FantasyTerkadang, dunia selalu dipenuhi misteri juga rona fantasy yang membawa hal tidak mungkin menjadi mungkin. Lalu hal-hal mistis pun terkesan menjadi hal yang biasa. Tidak jauh berbeda dengan kedua insan berikut; Menikah muda? Di usia 17 tahun? Tidak...