CHAPTER 16 Malapetaka yang Sesungguhnya

225 50 17
                                    

      

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

      

.

.

.

Warning! Adegan kekerasan!

      Blood Rain berjalan mendekat, tangan kirinya memegang sebelah kaki Anya yang sedang ter-telungkup di lantai, semakin ditarik dengan kuat agar ia bisa menjangkau gadis itu. Anya sudah menjerit ditempat, wajahnya basah karena dipenuhi sisa air mata. Dia tidak tahan sebab benar-benar merasa sakit. Dalam sekali tarikan kuatnya Blood Rain berhasil membuat Anya berdiri dari posisi sebelumnya. Pria itu menjadi semakin kuat. Sebelah tangannya yang memegang pisau dia arahkan tepat ke tengah leher pucat milik Anya yang hanya bisa menangis.

       Pria mengerikan itu sontak tertawa jahat diselingi desiran remeh pada Anya yang tidak bisa melakukan apa-apa. Rasanya dia tidak puas. Dijambaknya rambut panjang gadis itu agar mendongak, lantas memposisikan pisaunya dengan tepat; posisi yang akan membunuh Anya hanya dalam sekali sayat. Tubuh gadis malang itu kian gemetar. Dia terlalu takut membuat gerakan tambahan yang berujung pada kemurkaan Blood Rain, lantas membunuhnya saat itu juga.

        Di sela tangis dan rasa takutnya, dia berdoa memohon pertolongan kepada siapa pun, asalkan dia tidak mati sekarang juga, ditangan pria berdarah dingin ini. Tetapi, harapannya musnah saat mengingat dimana lokasinya sekarang. Ia berada tengah hutan dan tidak akan ada yang tahu mengenai tempat ini selain dirinya juga Rain asli. Memikirkan sosok pemilik aslinya, Anya jadi berniat untuk menyadarkan Rain dari Blood Rain--seperti saat ia menyadarkannya dari jiwa mesumnya.

      Yah! Anya masih punya harapan.

      "Rain, kumohon sadarlah!" Anya berteriak, matanya yang lengket karena air mata terpejam saat melakukan tindakan nekatnya.

       Tidak ada tanggapan selain tawa jahat milik Blood Rain yang semakin terdengar keras menyambut telinganya.

        Pria itu jelas mengejeknya!

       Namun Anya tidak ingin menyerah begitu saja. Dia bertekad untuk hidup, jadi ia harus menyadarkan Rain asli secepatnya. Tepat ketika pengawasan Blood Rain teralih saat tertawa, Anya meraih pisau tersebut lantas melemparnya ke sembarang arah. Sayangnya dia tidak berhasil keluar dari kukungan pria itu. Sontak saja Blood Rain begitu marah. Diseretnya Anya menuju wastafel lantas menenggelamkan kepala gadis itu selama beberapa menit, sebelum akhirnya menariknya kembali.

        Anya kepayahan, disatu sisi dia harus menahan rasa sakit di kepalanya akibat benturan juga cengkraman kuat pria itu--pun, dia harus meraup oksigen sebanyak-banyaknya untuk bernafas. Lagi-lagi dia menangis. Kenapa hidupnya selalu saja sial.

       Dengan gerakan kasar, Blood Rain membalik tubuh Anya menghadap padanya, kemudian mencengkram dagunya dengan kekuatan tidak main-main dan Anya meringis karena perlakuan itu. "Sebenarnya aku tidak berniat membunuhmu hari ini," dia berbisik tepat ditelinga Anya. Membawa rasa takut yang nyata kepada gadis malang itu, "tetapi karena kamu terlalu banyak tingkah dan membuatku kesal, aku jadi sangat ingin melihatmu mati, sekarang."

Adiptara Family's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang