.
.
.
Tidak ada yang pernah mengira dan menduga akan seperti apa masa depan di waktu mendatang. Hidup adalah misteri dengan segala kemistisannya. Tidak akan ada yang pernah tahu; entah hari ini, esok, atau bahkan lusa--seseorang, akankah masih hidup atau justru telah mati. Akan ada suatu masa, dimana suasana kelam yang nyata menyeruak datang menghampiri siapa saja. Kekelaman tanpa batas yang akan membawa rasa putus asa, tiada dua. Dan memaksa sebuah jiwa beraga memilih mengakhiri hidup. Tetapi, di saat-saat seperti itulah seseorang membutuhkan orang lain untuk membantunya; bangkit, berdiri, dan bertahan.
Anya tidak terkecuali.
Hidup menderita sejak kecil bukanlah hal mudah, orang tua yang egois memaksanya harus bertahan diantara keributan memuakkan orang dewasa. Hidup di panti, tidak lantas membuatnya membaik. Dia harus banting tulang di usia belia memenuhi kebutuhannya sendiri. Sebagai anak paling besar diantara yang lain, turut memaksanya menjadi dewasa untuk adik-adik pantinya.
Mengeluh? Tentu. Adakalanya dia memaki, tetapi pada akhirnya dia tidak punya pilihan untuk tetap melanjutkan hidupnya yang sulit. Dia masih harus menjalani, seberapun dia mengutuk. Gadis itu sudah terlalu kebal pun lelah untuk mengeluh meratapi nasib buruk.
Menikah dengan orang berkuasa juga bukan pilihan yang baik. Lihat, apa yang terjadi dengan hidupnya yang telah hancur itu? Dia terlalu banyak mengenal kata sedih dari pada senang setelah menikah. Tetapi sekali lagi, takdir terlalu kejam mempermainkannya. Pertemuan selalu membawanya pada biang masalah, sama seperti pertemuannya dengan Rayland dan juga Rain.
Jelas, kedua orang itu memberi warna yang sama dalam hidupnya; sama-sama memberi warna merah darah padanya. Hal-hal aneh yang sering ia alami menjadi bumbu yang pas untuk membuatnya bingung dengan semua keadaan.
Gadis itu tidak mengerti, mengapa orang-orang di sekelilingnya saat ini begitu sulit ia terka.
Dia berpikir, Rayland akan mengabaikan dan membiarkan dirinya mati begitu saja. Tetapi sekali lagi, dia harus dibuat tercengang sekaligus kebingungan ketika nyatanya--pria itu--justru datang menyelamatkannya dari sosok Rain.
Anya senang tentu saja, tetapi tidak berlangsung lama. Ini hanya kesenangan seseaat, pikirnya. Sebab setelah ini, akan ada masalah baru yang tentu akan menimpanya kembali. Dia sudah belajar banyak dari kejadian-kejadian sebelumnya. Bahwa kesenangan hanya akan membawanya pada kesengsaraan.
Seperti sekarang__
Bagai bayangan semu yang tidak nyata, Anya menatap sosok Rayland di hadapannya. Berdiri kokoh dengan segala power yang yang mampu mengalahkan apapun, termasuk ketakutannya. Maniknya yang segelap malam menyamai pekatnya suasana mencekam sebab adegan beberapa menit lalu, tepat setelah Rain meninggalkan tempat itu dengan tergesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiptara Family's [END]
FantasyTerkadang, dunia selalu dipenuhi misteri juga rona fantasy yang membawa hal tidak mungkin menjadi mungkin. Lalu hal-hal mistis pun terkesan menjadi hal yang biasa. Tidak jauh berbeda dengan kedua insan berikut; Menikah muda? Di usia 17 tahun? Tidak...