CHAPTER 17 Pelarian?

256 51 25
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Anya menatap ke arah hutan rimbun di depan sana. Suasana sejuk udara pagi menyambutnya sejak beberapa menit yang lalu, saat ia terbangun begitu cepat dan berakhir duduk di teras luar berlantai kayu rumah ini. Kegiatan tersebut sudah berlangsung selama tiga hari terakhir sejak kejadian mengerikan itu terjadi.

Kejadian yang nyaris saja membuatnya mati juga hampir hanya menyisakan nama. Bukan saja nyaris mati, kejadian aneh yang dia alami saat melukai Rain ketika peristiwa itu terjadi, juga menjadi hal besar yang menggangu pikirannya. Dia sudah berusaha mencari jawaban melalui sepenggal ingatan yang kadang terlintas. Tapi nihil. Anya masih tidak bisa mengingat dengan jelas.

Anya jadi teringat, Rain adalah orang pertama yang dia lihat saat membuka mata dan Rain pula lah, yang hampir saja ia lempar menggunakan vas bunga di dalam kamarnya. Andai saja Rain tidak menjelaskan sosok aslinya dengan cepat, dia pasti telah bersimbah darah karena Anya.

Jujur saja, Anya sangat syok pun ketakutan jika mengingat apa yang sudah Blood Rain lakukan padanya. Rasanya, dia ingin melakukan hal yang sama dan melihat bagaimana Blood Rain berteriak menyerukan rasa sakit, seperti yang dia rasakan. Tetapi, Anya tidak bisa.

Oh! Anya benar-benar harus segera pergi dari pria ini sebelum nyawanya melayang.

Kala itu, semua luka yang ada di tubuhnya telah di perban dan dirawat dengan baik. Anya pikir itu mungkin saja perbuatan Rain sebab merasa bersalah lantas mengobati lukanya sebagai bentuk permohonan maaf. Tentu saja, Rain harus melakukan pertolongan pertama terhadap luka yang Anya derita. Tidak sekalipun luka itu berhenti mengeluarkan mengeluarkan darah. Jelas, mau tidak mau, Rain harus melakukannya kalau tidak ingin gadis malang tersebut mati sebab kehabisan darah.

Nampaknya, Rain menutup lukanya ketika gadis itu tidak sadarkan diri, dan Anya terbangun tepat setelah Rain memanggilnya--pagi harinya. Tetapi, Rain sungguh tidak menduga kalau Anya akan mengamuk setelah melihat wajahnya. Walau itu hal wajar mengingat apa yang sudah jiwa psycho-nya perbuat kepada Anya.

Rain jadi sangat marah pada dirinya sendiri.

Rain ingat. Benar-benar mengingat dengan jelas apa saja yang sudah Blood Rain lakukan selama mengambil alih dirinya. Hanya saja, dia sungguh tidak sadar saat jiwanya dialihkan. Rain baru akan ingat saat ia telah mengambil alih tubuh dan jiwanya kembali, karena pada dasarnya mereka berbagi ingatan, kecuali Si Jiwa Mesum tentu saja. Rain tidak mengingat apapun bahkan ketika telah sadar, mengenai apa saja yang sudah Rain mesum lakukan.

Intinya, ingatan Rain asli terhubung dengan Blood Rain, tetapi tidak dengan Rain mesum.

Mungkinkah dia adalah bahan percobaan yang gagal?

Adiptara Family's [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang