.
.
.
Aura gelap yang suram menguar dengan hebat saat Rayland memasuki ruang utama mansion Adiptara. Rautnya yang tegas semakin mengerikan saat rahang kokohnya menegang, sebab menahan gejolak amarah yang sudah diambang batasnya. Lantas Antonio di belakangnya berjalan dengan cepat mengikuti langkah Rayland yang tidak kalah cepat. Pria itu sangat marah. Dia marah kepada semua orang di mansion itu terlebih kepada Rendi, adiknya.
Dan ketika Rayland yang telah selimuti kabut amarah, menemukan sosok Rendi yang baru saja bangkit dari posisi duduknya di sofa; mencoba menyambut kedatangan Rayland dengan raut bersalah, kemudian segera ditonjok tepat di rahang.
Rendi yang tidak siap langsung saja terjungkal, terduduk kembali di sofa sembari tangannya memegangi wajah bagian rahangnya yang baru saja di hadiahi bogem mentah. Tetapi pemuda itu tidak melakukan perlawanan, sebab tahu ini memang salahnya dan ia pantas mendapatkan pukulan itu.
Semua penghuni mansion terdiam, menyaksikan bagaimana Rayland untuk pertama kalinya menyentuh adiknya dengan kekerasan fisik. Senakal apapun Rendi, Rayland hanya akan memberinya ancaman pun dengan tatapan ganas miliknya. Nyatanya Rayland tidak pernah memukul adiknya.
Tetapi hari ini, pria itu tidak akan berpikir dua kali untuk melakukannya. Rendi benar-benar sudah keterlaluan. Bagaimana bisa dia mengabaikan sosok Anya yang jelas-jelas diculik, lantas meninggalkannya begitu saja hanya karena dia merasa kesal pada gadis malang itu, dan mengira Anya hanya sedang bermain-main.
Rendi sialan!
Waktu itu, tepat ketika mobil Rendi melewati Anya yang sudah diseret menuju lorong gelap, nyatanya pemuda itu masih sempat melihat, meski sekilas. Karena terlalu kesal Anya membiarkannya menunggu seorang diri di depan halte, Rendi ingin Anya mendapat balasan sontak meninggalkan gadis itu begitu saja, mengabaikan fakta apa yang sebenarnya terjadi. Fakta bahwa Anya hendak di culik oleh seorang pria berhoodie.
Hingga untuk beberapa waktu disela Rendi melajukan mobil membelah jalan, pemuda itu; entah kenapa mulai merasa tidak tenang sendiri. Sebab itulah ia putuskan untuk kembali ke sana. Sayangnya, sosok Anya beserta Si Pria Berhoodie tidak lagi dia temukan.
Pemuda itu pun jadi panik!
Dengan perasaan kalut, Rendi mengelilingi dan menyusuri semua lorong serta daerah sekitar, berharap mungkin saja Anya masih bisa ia temukan. Tetapi berapa kali pun pemuda itu menyisiri lokasi paling dekat dengan tempat terakhir kali dia melihat Anya, ia tetap tidak menemukannya. Rendi kian panik dan perasaan khawatir menghampirinya begitu saja. Keringat sudah membasahi kaos putih yang ia kenakan menjadi bukti bagaimana dia berusaha menemukan gadis itu dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adiptara Family's [END]
FantasyTerkadang, dunia selalu dipenuhi misteri juga rona fantasy yang membawa hal tidak mungkin menjadi mungkin. Lalu hal-hal mistis pun terkesan menjadi hal yang biasa. Tidak jauh berbeda dengan kedua insan berikut; Menikah muda? Di usia 17 tahun? Tidak...