[The First Rule]
"The first rule is everything in this website, in this conversation, keep it a secret."
***
Bisa dibilang malam ini adalah malam yang paling dingin untuk Perth, selama musim dingin tahun ini berlangsung. Jam menunjukkan pukul sembilan malam dan hampir semua warga memilih untuk singgah dalam rumah, menikmati cokelat panas bersama keluarga di depan perapian sebelum menjemput mimpi indah di bawah selimut masing-masing.
Tidak ada yang istimewa di Perth setiap musim dingin, kecuali salju tipis yang terkadang turun dan membuat jalanan kota seolah dilapisi gula tabur—seperti malam ini, contohnya.
Julian mendudukkan diri di depan mini market, mengeratkan jaketnya lalu bermain kepulan asap tipis yang akan muncul saat ia menghembuskan napas. Suasana seperti ini adalah yang paling ia suka. Duduk sendiri, menikmati jalan yang sepi, di tengah hembusan angin dan salju tipis yang perlahan membasahi rambutnya.
"I see swimming pools and living rooms and aeroplanes."
Julian mulai bersenandung kecil di sana, membiarkan raganya kembali diterpa udara dingin yang entah sampai kapan. Julian tidak tahu apakah kebiasaannya ini terbilang aneh atau tidak, namun setiap ia merasa kosong, resah, juga saat seolah ada awan hitam yang memenuhi pikirannya, Julian akan mengalihkan semua itu dengan bersenandung.
Bukan berarti ia merasa suaranya memiliki kekuatan super atau bagaimana, Julian hanya merasa tenang dan terhibur. Walau saat ini suaranya telah banyak berubah—akibat pertumbuhan sekunder setelah pubertas—tidak seringan dan sejernih saat ia masih kecil, tetap saja menikmati kesendirian dengan melantunkan satu-dua lagu adalah favoritnya.
Tubuhnya masih terasa nyeri, kepalanya juga masih diserang pening walau tidak separah siang tadi. Malam ini ia putuskan untuk tidak mengkonsumsi obat pereda nyeri, seperti yang Liam anjurkan saat di ruang kesehatan.
Omong-omong tentang pria itu, Julian tidak ambil pikir, itu jelas bukan urusannya. Mungkin saja Liam yang dimaksud Lisa adalah Liam yang berbeda, mana mungkin ada manusia yang bisa melakukan teleportasi bukan?
"Julian?"
Sial!
Julian yang tadinya masih ingin bersantai di sana segera berdiri dan berlari menjauh, asal ia tidak berhadapan dengan wanita yang ia hindari beberapa hari ini. Masa bodoh dengan nyeri di bagian perutnya, yang jelas ia tidak akan mau berinteraksi kembali dengan sosok yang telah ia gunakan.
"Akh, sshhh." Julian berhenti berlari kemudian merunduk dan bersandar pada dinding di belakangnya, menekan luka di bagian perut.
Setelah dirasa si wanita—yang namanya pun tidak ia ketahui—itu menghilang, Julian segera memasuki gedung apartemen tempatnya tinggal. Bukan apartemen mewah yang letaknya menghadap pantai atau berada di tengah kota yang dikelilingi oleh pusat perbelanjaan. Tidak semewah itu.
Letaknya berada di tepi kota, dan bisa dibilang tidak strategis. Bahkan setiap malamnya Julian dapat mendengar para tetangga bertengkar, memainkan musik atau bahkan saat berbincang satu sama lain, karena memang setipis itu dinding yang memisahkan satu unit dengan yang lainnya. Belum lagi air yang suka mendadak mati, juga listrik yang padam tiba-tiba.
Maklum, harga sewa untuk per unitnya tidak lebih dari seratus lima puluh dolar per minggu. Setidaknya upah dari kerja sampingannya masih lebih dari sekadar cukup untuk membayar harga sejumlah itu.
"Tolong kecilkan musiknya, Tuan!"
Julian disambut dengan ibu tambun berambut keriting, yang tampak sibuk menggedor pintu apartemen—yang terletak di samping kiri unit milik Julian. Ia yang masih merasakan nyeri di bagian perut kirinya itu tersenyum canggung, berinteraksi dengan penghuni gedung ini bukanlah rutinitas yang dapat Julian lakukan, ia akan lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah, tempat kerja, dan kembali ke apartemen saat tengah malam—pengecualian untuk malam ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/237076796-288-k823301.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ALPAS - LAILA ARMY
Dla nastolatkówTheo kira masa remajanya akan diwarna dengan asmara jatuh cinta, kebebalan tiada tara juga kebebasan tuk bersuara. Namun nyatanya menjadi bagian dari ACME International High School justru membuat Theo terlibat dalam narasi abu-abu penuh intrik. Dipa...