BAB 62

11.3K 565 62
                                    

Masa kecil yang harusnya aku mendapat kasih sayang yang tulus dari keluarga. Tapi, nyatanya semua palsu hanya demi pencitraan.
-Angkasa

Bab 62

Sekitar pukul sebelas malam. Angkasa merebahkan tubuhnya dikasur. Hari ini dia sangat lelah. Mengerjakan tugas,praktek, bahkan berkumpul bersama teman-temannya sampai larut malam.

Dia mengedarkan pandangan ke sudut kamarnya. Senyum kecil terukir dari wajah Angkasa. Rumahnya sangat sepi. Dia sendirian tidak ada keluarga dalam kehidupan Angkasa. Semua kebahagian yang dia dapat waktu kecil hanya sebuah pencitraan.

Angkasa memicingkan matanya. Melihat sebuah kotak sedang yang berdebu berada di atas lemari. Dia akhirnya bangkit lalu mengambil kotak itu.

Angkasa meniup kotak itu karna debunya yag begitu tebal. Entah sejak kapan kotak itu ada dikamarnya. Dia mulai membuka kotak itu. Angkasa melihat sebuah bingkai foto kecil yang berdebu.

Angkasa membersihkan kaca bingkai itu menggunakan tisu yang ada diatas nakasnya.

Dia terdiam. Melihat anak kecil laki-laki yang sedang tersenyum lebar bersama dengan keluarga kecilnya. Angkasa membalikan fotonya. Dia melihat ada tulisan di bingkai itu.

Angkasa, mamah dan papah

Angkasa tersenyum getir. Melihat foto yang terlihat sangat bahagia. Namun, semuanya ternyata palsu hanya demi sebuah pencitraan dan mengambil sesuatu yang sejak dulu orang tuanya inginkan.

***

"Angkasa jangan lari-lari sayang nanti kamu jatuh," kata Nina.

Nina adalah sosok ibu yang sangat baik, penyayang, lembut, penuh kasih sayang. Angkasa sangat menyayangi ibunya.

"AKU UDAH KELAS 2 SMP MAH! KATA OMA JUGA GAK PAPA AKU LARI-LARIAN," Triak Angkasa.

Nina menggeleng heran. Melihat tingkah Angkasa. Oma dan opa nya terlalu memanjakan Angkasa seperti ini.

Tak lama Rasya ayah dari Angkasa datang menghampiri Nina yang sedang duduk di kursi sambil memperhatikan Angkasa yang sedang lari-larian.

Angkasa yang melihat Rasya datang. Cowok itu langsung berlari menuju Ayahnya.

"PAPAHHHH!!" Angkasa langsung memeluk pinggang Rasya dengan erat.

"Papah. Angkasa kangen sama papah,"

Rasya yang dipeluk sama Angkasa pun langsung mendorong Angkasa hingga terjatuh. Angkasa meringis sakit. Rasya selalu bersikap seperti ini padanya. Angkasa bahkan tidak tahu. Kenapa Papahnya selalu bersikap tidak suka dengannya.

Nina pun bangun dan membantu Angkasa agar berdiri.

"Mas jangan kaya gitu,"

Rasya meraih tangan Nina," aku mau bicara sama kamu!" Ucap Rasya dengan sorot mata tajam.

"Terus Angkasa gimana?" Tanya Nina.

"Aku panggil Oma dulu biar jagain dia!"

Rasya pun pergi meninggalkan Nina dan Angkasa. Nina pun langsung mengecek keadaan Angkasa. Wanita itu menyentuh pipi Angkasa.

ANGKASA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang