Kini seorang cowok tengah memanasi motor vespa birunya, saat sudah dirasa siap ia pun menjalankan motornya. Mebelah jalanan ibukota yang lumayan padat, walau masih pagi jalanan lumayan rame. Tapi tak sampai menimbulkan macet, ia membawa motornya dengan kecepatan sedang. Saat sampai ia langsung memakirkan sepeda motor itu, dari arah belakang ada sesosok orang yang sedang mengendap-endap."Woy bro!" teriak Aksa dibelakang Damar. Ya, cowok yang membawa motor Vespa itu Damar, cowok cupu yang sering di bully jika dia tak bersama Aksa sahabatnya.
Damar yang dikejutkan hanya diam sambil tersenyum simpul, Aksa yang melihat Damar tak bereaksi apa-apa ikut tersenyum juga. Teapi senyumnya sangat manis, sehingga mampu mebuat kaum hawa yang sedang lewat mencuri pandang padanya.
"Ayok gue anterin ke kelas, ntar keburu bel lagi," ajak Aksa seraya menaik turunkan alisnya.
Mereka pun berjalan beriringan menuju kelas Damar, banyak yang memberikan tatapan memuja pada Aksa, sementara Damar? Banyak yang memberikan tatapan aneh, dan tak suka padanya. Kadang Damar merasa iri akan hal itu, tapi ia bisa berbuat apa. Ia hanyalah cowok lemah yang dimanfaatkan kepintarannya, untuk melawan saja ia tak berani.
Terkadang Damar heran, mengapa Aksa mau menjadi sahabat Damar, padahal Damar dan Aksa itu bagaikan langit dan bumi, sangat jauh berbeda, Aksa si most wanted, kapten tim basket mau bersahabat dengan Damar si nerd boy.
Kini mereka sampai dikelas Damar, Aksa sengaja mengantar Damar sampai masuk kedalam kelas. Dan dia tidak akan beranjak sampai bel masuk tiba, karna dia sangat mengkhawatirkan sahabatnya ini. Ia tidak bisa melihat Damar selalu di tindas, andai saja mereka satu kelas, mungkin Aksa akan dapat banyak waktu untuk melindungi Damar.Nampak dari arah pintu datang Kavin, dan kedua sahabatnya. Mereka yang ingin menghampiri Damar mengurungkan niat mereka, karna ada Aksa disamping Damar. Aksa yang melihat Kavin mundurpun berseru dari tempat ia duduk.
Hari ini lagi-lagi Kavin lupa tidak mengerjakan tugas kimia, bukan lupa sih, tetapi sengaja. Kavin sudah memiliki Damar yang selalu mengerjakan tugasnya, jadi ia tidak perlu repot-repot mengerjakan tugas. Namun, rencananya gagal karena ada Aksa di samping Damar.
"Napa lo gak jadi masuk? Takut? Katanya anak pemilik sekolah, coba sini gue pengen lihat lo tindas Damar di depan gue" ucap Aksa sambil tersenyum remeh.
Kavin yang tak terima pun menyahutinya, "Ngapain gue takut, emangnya gue Damar yang takut sama segala hal," belanya.
"Hilih, sini buktiin kalo gak takut! Pake bawa-bawa Damar lagi!" tegas Aksa.
"Hah, gak ada waktu gue ladenin lo, guys, cabut," ujar Kavin tersenyum miring lalu keluar dari kelas meninggalkan Aksa dan Damar.
"Beraninya pas gak ada gue doang, pengecut!" ujar Aksa seraya menatap kepergian Kavin dan kawan-kawannya.
"Udah, gak usah di ladenin nanti yang ada kalian berantem terus di panggil ke ruang BK, aku gak mau ya kamu terkena masalah karena aku," ungkap Damar panjang kali lebar seperti rumus matematika.
"Dan gue gak mau liat lo di tindas sama mereka!" tegas Aksa tenang seraya menatap Damar dengan tajam.
"Aku gak keberatan, kok," lirih Damar seraya mengidikan bahunya.
"Masa?" tanya Aksa seraya menatap Damar dengan tatapan menyebalkan.
"Udah, mending kamu ke kelas sekarang, sebelum bel bunyi," ujar Damar mengalihkan topik pembicaraan.
"Gak, gue tau kalau gak ada gue mereka datang lagi terus nindas lo lagi."
"Dasar batu," jawab Damar.
"Gue cuman mau lindungin sahabat gue, itu aja," sahut Aksa.
"Iya," jawab Damar. Lalu Damar mengeluarkan bukunya mulai membaca tanpa menghiraukan kehadiran Aksa di sampingnya.
"Mar," panggil Aksa.
"Hmm," dehem Damar sebagai jawaban.
"Lo gak bosen apa baca buku mulu?" tanya Aksa. Aksa si inceran kaum hawa itu memang tidak terlalu menonjol dalam bidang akademik, ia lebih menonjol dalam bidang non akademik.
Aksa kurang suka membaca, ia lebih senang berhura-hura, bersenang-senang di tengah lapangan.
Mendapatkan pertanyaan seperti itu dari sahabtnya membuat Damar menghentikan kegiatan membaca.
Sebenernya bosen, tapi aturan adalah aturan gue gak bisa ngelawan, ujar Damar dalam hati.
"Enggak," jawab Damar tanpa mengalihkan pandangan dari buku. Ia kembali melanjutkan kegiatan membosankannya.
"Ck, kok bisa? Gue aja yang liatnya bosen."
Damar tersenyum simpul, lalu ia meletakan bukunya di atas meja, kemudian Damar menatap Aksa yang juga menatapnya penuh tanya.
"Gini deh, kamu bosen gak saat kamu main basket?"
"Jelas enggak dong itu kan hobi gue," jawab Aksa dengan keyakinan di atas rat-rata, bermain basket adalah hobinya tentu Aksa tidak akan bosan melakukan hal itu.
"Nah, begitupula dengan aku, aku gak bosen saat baca buku karena ini adalah hobiku," jawab Damar seraya menaikan satu alisnya.
"Iya juga sih," jawab Aksa seraya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Aksa," panggil seseorang. Aksa tidak menjawab ia hanya menaikan alisnya sebagai isyarat bertanya.
"Kita dari tadi nunggu lo, hari ini kita mau bicara soal lomba, gimana sih lo?" ujar lelaki itu seraya berkacak pinggang.
"Oh iya gue lupa," jawab Aksa seraya menepuk jidatnya.
"Mar, gue cabut dulu ya," ujar Aksa lalu beranjak keluar dari kelas Damar.
Damar berdiri dari duduknya, ia lupa bahwa hari ini ia akan meminjam beebrapa buku ke perpustakaan, lagipula jika berdiam diri di kelas tanpa Aksa di sampingnya berbahaya, bisa-bisa Kavin datang dan menindasnya lagi.
Saat di depan pintu terlihat Kavin datang dengan sahabat-sahabatnya menghentikan langkah Damar, ia menyeringai seraya menatap damar dengan tatapan sinis yang terlihat mengejek.
"Mau kemana lo?" tanya Kavin. Damar hanya diam seraya menundukan kepalanya.
"Sekarang udah gak ada Aksa, gak ada lagi yang ngelindungin lo," ujar Kavin tersenyum penuh arti.
"Heh cupu, Kerjain tugas gue!" perintah Kavin dengan tatapan tajamnya.
Damar yang menerima perintah hanya diam sambil menganggukan kepalanya patuh, ia terlalu takut untuk melawan.
"Denger gak lo?!" bentak Kavin.
"I ...ya aku denger," jawab Damar gugup.
"Sekalian juga punya gue, sama Ardian."
Damar hanya diam seraya mengambil buku itu, tetapi saat tangannya baru akan menyentuh buku itu. Ada tangan cewek yang merebut buku itu, lalu ia melempar buku tersebut kebawah. Sontak hal itu membuat mereka berempat terkejut, siapa gadis pemberani yang mebuang buku para penguasa Sekolah?
"Apa? Mau marah? Cemen banget lo jadi cowok, cuma tugas aja sampe dikerjain orang lain, cih!" ucap gadis itu dengan tatapan jijik dan merendahkan.
Ternyata gadis itu diketahui sebagai murid baru, gadis dengan rambut di kucir kuda itu bernama Rafeyza Delvina Kalanka. Siswi pindahan dari Bandung yang kerap kali di panggil Vina, dia pemberani dan sangat bar bar tentunya. Walau begitu, dia memiliki wajah yang sangat cantik, dan dia juga sangat pintar. Vina paling tidak suka jika ada yang berbuat semena-mena, kepada siapapun itu.
Kavin menatap Vina dengan tatapan marah, selama ini tidak ada orang yang berani melawan dia, apalagi karena membela seorang cowok cupu bernama Damar, kecuali Aksa tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Boy
Teen Fiction"Eh cupu, Kerjain nih tugas gue! " perintah Kavin. Damar yang menerima perintah hanya diam sambil menganggukan kepalanya patuh, ia terlalu takut untuk melawan. "Denger gak lo?! " bentak Kavin. "I ...ya gue denger," jawabnya gugup. "Sekalian juga...