Happy reading
Kejadian tadi pagi adalah hal yang di luar ekspetasi Damar, ia tidak pernah mengira atau berharap bahwa Kavin akan meminta maap padanya, tetapi hal itu cukup membuat hidup Damar semakin berwarna.
Sekarang Damar bahagia, bahagia yanh sesungguhnya, orang tuanya tidak lagi mengekang dmDamar serta membebani Damar dengan permintaan-permintaannya, Vina yang kini menjadi pacarnya, serta ia tidak perlu lagi mengkhawatirkan dirinya akan dibully, karena sekarang Kavin sudah meminta maaf dan menyatakan perdamaian.
Hidup Damar semakin bahagia, hanya satu yang masih Damar pikirkan saat ini yaitu, ujian yang harus ia lewati minggu nanti, masih mending jika di uji dengan pertanyaan seputar akademik kalau di luar itu bagaimana? Damar ragu bahwa ia akan lolos dari ujian ayahnya Vina.
"Ada yang dipikirin, Mar?" tanya Vina seraya menatap wajah Damar.
"Enggak, kok, cuman mikirin minggu nanti gimana," jawab Damar.
"Tenang aja, papah sebenernya gak galak cuman tegas aja," jawab Vina.
"Sama aja," sahut Damar. Lalu mereka tertawa, entah apa yang mereka tertawakan.
***
Saat jam istirahat tiba, orang-orang berlarian menuju lapangan, Vina dan Damar yang masih berada di kelas keheranan dengan siswa-siswi yang ada di sekolah.
Memangnya ada apa di lapangan? Kalimat itulah yang terlintas dalam benak mereka berdua. Tanpa banyak bicara Damar dan Vina ikut serta menuju lapangan. Dan ternyata yang mereka lihat benar-bener suprise.
Tepat di tengah-tengah lapangan, berdiri dua sejoli manusia mars jadi-jadian.
"Mereka lagi ngapain?" tanya Vina pada Damar.
"Gak tau, kita lihat aja," jawab Damar.
"Febri Haryadi," ujar Aksa.
"Nama gue bukan Febri Haryadi," dengus Febi kesal.
"Oke-oke maaf. Febi cewek cantik sejagat raya, di hadapan seluruh siswa maupun siswi sekolah kita tercinta–"
"Udah deh buruan lo mau ngapain ajak gue ke sini?" tanya Febi yang sejujurnya sudah merasa malu menjadi tontonan.
"Oke, untuk mempersingkat waktu gue cepetin. Intinya gue cinta sama lo, lo mau gak jadi pacar gue?" tanya Aksa cepat seraya menekuk satu kakinya di depan Febi dengan satu tangkai bunga mawar di tangannya.
Febi seperti mimpi, mimpi yang begitu indah, mimpi yang selama ini ia impikan, dan semuanya menjadi nyata. Rasanya Febi ingin menangis saking bahagianya.
"Seriously?" tanya Febi karena masih tak percaya dengan apa yang sedang terjadi.
"Sure," jawab Aksa cepat.
"Jadi lo mau gak jadi pacar gue?" tanya aksa sekali lagi.
Febi tidak menjawab ia hanya mengangguk sebagai jawaban, setelah itu langsung terdengar gemuruh tepuk tangan serta sorakan dari siswa maupun siswi yang hadir di sana.
Aksa langsung memangku Febi lalu ia ajak berputar-putar berlari mengelilingi lapangan. Semuanya tidak ada yang menyangka hal itu akan terjadi, karena sangat aneh kedua orang yang biasanya seperti kucing dan anjing kini malah berpacaran.
Semua itu terjadi karena sejak awal Aksa memang sudah menyukai Febi, tingkah lakunya, segalanya, bahkan Aksa menyukai Febi sebelum ia mengetahui bahwa nama gadis itu adalah Febi.
Dahulu mereka sempat bertemu, namun Febi tidak sadar, saat itu hanya Aksa yang sadar, sejak saat itu ia mulai mengagumi Febi sampai akhirnya mereka kembali di pertemukan oleh tuhan, tetapi tidak langsung jadian banyak drama yang harus mereka lalui salah satunya saling mencaci.
Begitulah cinta, unik, tapi nyata. Kelihatannya mereka saling membenci, saling mencaci padahal nyatanya mereka saling mencintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Boy
Teen Fiction"Eh cupu, Kerjain nih tugas gue! " perintah Kavin. Damar yang menerima perintah hanya diam sambil menganggukan kepalanya patuh, ia terlalu takut untuk melawan. "Denger gak lo?! " bentak Kavin. "I ...ya gue denger," jawabnya gugup. "Sekalian juga...