6

951 112 4
                                    

Terhitung sudah satu lamanya Vina menjadi murid baru di sini, dan semenjak kehadirannya membuat Damar bisa bernapas lega. Karna ia tak pernah lagi diganggu oleh Kavin dan kawan-kawan, tetapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk hari ini. Damar kira Kavin dan kawan-kawannya sudah benar-benar bertaubat, tetapi ternyata dugaan Damar salah, mereka tidak berani mengganggu Damar karena saat ini ada orang yang membela Damar selain Aksa, siapa lagi kalau bukan Vina.

Hari ini, Kavin berulah lagi, mereka kembali menjadikan Damar budak mereka lagi, dan membully nya seperti biasa. Kalian mungkin akan bertanya di mana Vina berada? Kini Vina tengah berjuang membawa piala dalam lomba Taekwondo antar SMA.

Meskipun siswi baru, gadis itu terpilih untuk mewakili tim putri, sudah dua hari ia pergi berlomba, dan hari ini adalah penentuan siapa yang akan jadi pemenang. Di lain tempat, seperti biasa Damar kini sibuk mengerjakan seluruh tugas Kavin yang sempat tertunda selama satu sebulan ini. Para guru tidak adil, di saat semua siswa harus mengumpulkan tugas tepat waktu, tetapi beda lagi dengan Kavin, tidak ada yang berani menegur siswa yang satu itu.

Bukan hanya milik Kavin saja, tetapi juga milik kedua temannya, meskipun tugas yang mereka berdua abaikan tidak sebanyak tugas milik Kavin.

Di saat seperti ini, Damar hanya mampu menghela napas sabar. Ia tak akan melawan, kini bel istirahat berbunyi nyaring. Damar tetap diam di tempatnya, mengerjakan tugas Kavin. Ia tak mau lagi dibully, saat sedang hanyut dalam mengerjakan tugas, terdengar sorakan riuh dari seluruh murid di lorong sekolah, ia sempat penasaran, tapi ia tak urung keluar.

Karena rasa penasaran yang begitu menggebu akhirnya Damar memutuskan untuk menunda pekerjaannya untuk sekedar melihat apa yang terjadi di luar sana, baru saja Damar akan mendekati kerumunan orang-orang, Kavin dan kawan-kawan datang menghapiri dirinya.

"Eh cupu mau kemana lo?! Mau kabur? Jangan coba-coba kabur, atau lo bakal gue hajar sampai mati disini!" ujar Kavin diiringi kekehan.

"Paling tu si cupu kepo sama yang terjadi di koridor utama sekolah," Sahut Kenzo, yang sedang berdiri di samping kiri Kavin.

"Ternyata cupu bisa kepo juga ya," ejek Ardian.

"Eh cupu jawab pertanyaan gue tadi, lo mau kemana huh?!" tanya Kavin dengan tangannya, yang mulai mencekram kerah kemeja sekolah Damar.

"Woy jawab! Bisu lo?!" ucapnya penuh penekanan tepat di depan wajah Damar.

Mau menjawab pun rasanya Damar kehilangan keberaniannya, ia takut duluan dengan perlakuan Kavin yang selalu terlihat menakutkan di matanya. Sudah terlalu banyak luka yang Kavin buat sehingga membuat Damar ketakutan hebat jika berhadapan dengan Kavin.

"Udahlah Vin keknya dia minta dielus dikit ama tangan lo," ucap Kenzo yang mulai melangkah mendekat.

"Lo mau gue tinju dulu baru jawab?!  Oke kalau itu mau lo!"

Bugh!

Satu pukulan mendarat di wajah Damar hingga membuatnya jatuh tersungkur ke atas lantai, ia tak bisa mengelak pukulan super keras dari Kavin. Saat Kavin akan memukul Damar kembali, ada sebuah bogeman mentah yang lebih dulu mendarat di wajah Kavin hingga membuat lelaki sok berkuasa itu ikut terjatuh, semua orang yang menyaksikan berteriak histeris, apalagi para cewek-cewek alay. Seusai memberikan pelajaran kepada Kavin, Vina berjalan menghapiri Damar dan membantunya berdiri untuk di bawa ke UKS.

Sebelum meninggalkan tempat kejadian, Vina mendekati Kavin. "Lo itu yang cupu, beraninya lawan orang yang lemah. Giliran gue balas balik eh taunya langsung jatuh, untung gak pingsan," ucap gadis itu diselingi kekehan.

Kavin hanya terdiam seraya memegangi wajah tampannya yang mendapatkan bogeman itu, jika sudah berurusan dengan Vina ia malas meladeni, jika boleh jujur ia takut terkena bogeman dari gadis itu, walau Vina perempuan tapi pukulannya seperti lelaki yang memang sudah ahli bertarung.

***

Vina mulai menuntun Damar perlahan, untuk duduk di brankar yang ada di UKS. Lalu ia mengambil kotak obat P3K,  dan mulai mengobati luka Damar, sementara Damar ia hanya meringis saat obat merah itu mulai menyentuh kulitnya.

"Aw ...," ringisnya.

"Yeh cemen lu, gitu doang kesakitan" ejek Vina.

"Kamu kan udah biasa Vin, sementara aku kan enggak," balasnya.

"Lagian jadi cowo kok lemah banget sih, gitu aja udah tepar," ejek Vina, ia sengaja mengejek Damar siapa tahu hati Damar tergerak mengiyakan ajakan Vina untuk berlatih beladiri.

Damar yang bisa melihat wajah Vina sedekat ini, tersenyum tipis, ia mengagumi makhluk Tuhan di hadapannya ini, Vina begitu cantik bak dewi Yunani. Saat sedang sibuk memperhatikan Vina, mata mereka tak sengaja bertemu tepat saat tangan Vina yang memegang kapas berada diujung bibir Damar.

Sebenarnya Damar juga tak kalah keren dari cowok-cowok yang populer di sekolah ini, dia tampan, baik, pintar, penurut, karena saking penurutnya Damar hingga tidak bisa melawan orang yang menindasnya, itu sih keterlaluan banget, mungkin ini yang dikatakan kelebihan bisa menjadi kelemahan.

Aksa berdecak sebal saat melihat pemandangan itu, membuat jiwa jomblonya meronta-ronta, Aksa cowok populer tidak susah untuk ia mencari pacar, tetapi yang membuat Aksa tetap mempertahankan kejombloannya adalah karena selama ini Aksa belum menemukan perempuan yang bisa ia jadikan seorang pacar, Aksa itu tipe orang yang serius dalam menjalani hubungan.

"Woy kalau mau mojok jangan di UKS dong! Nyesel gue dateng kesini, kalau tau bakal kek gini mending nyantuy di kantin," ujar Aksa kesal.

Vina dan Damar mengalihkan pandangannya pada Aksa dan Febi yang sudah berdiri di dekat mereka. Saking asyiknya menatap mata satu sama lain hingga membuat mereka tidak menyadari kedatangan Aksa dan Febi.

"Cie-cie yang lagi berduaan, cilok ya kalean?" tanya Febi seraya menatap mereka dengan tatapan penuh tanya.

"Cinlok bego bukan cilok!" sahut Aksa.

"Heh berani ya lo bilang gue bego! Yang ada elo tuh yang bego, temen lagi kesusahan bukannya dibantuin malah nyantuy di kantin," ejek Febi mencari-cari kesalahan Aksa.

"Heh mak lampir, gue 'kan gak tau kalau Kavin beraksi lagi!"

"Udah-udah stop, napa jadi berantem sih? Kirain gue kalian dah tobat, ternyata belum."

"Dia nih Vin." Febi menunjuk Aksa.

"Ekh enak aja nyalahin gue, elo kali."

"Elo!"

"Elo!"

"Udaaaaaah! Kalian berdua itu sama-sama salah!" bentak Vina yang jengah melihat mereka berdua. Sedangkan Damar hanya tersenyum tipis.

"Ekh Mar lo gapapa, 'kan?" tanya Aksa mengalihkan pembicaraan seraya menatap Damar.

"Mana ada orang yang gak kenapa-napa abis dibogem," desis Febi pelan, namun masih bisa di dengar.

"Diem! Gue gak nanya sama lo," jawab Aksa lalu kembali mengalihkan perhatiannya pada Damar.

"Aku gak kenapa-napa kok, lebam dikit gak masalah."

"Makanya lo itu harus bisa beladiri biar gak ditindas mulu," geram Vina seraya menekan luka yang terdapat di sudut bibir Damar membuat lelaki itu meringis kesakitan.

Aksa dan Febi juga ikut-ikutan meringis, padahal mereka tidak merasakan sakitnya.

***

Maap nih di chapter kemarin ada kesalahan penulisan nama Febi yang jadi Feby, maaf banget ya hehe, kami benar-benar meminta maap atas kelalaian kami. Keterlaluan banget kan ya sampe lupa sama nama tokoh sendiri 🙈

Mau bilang apa sama Damar?

Mau bilang apa sama Vina?

Mau bilang apa sama Kavin?

Mau bilang apa sama Aksa dan Febi?

Satu lagi, mau bilang apa sama authornya? Awokwok

Sampai jumpa di chapter selanjutnya ya, salam sayang dari auhtor 🤗

Nerd Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang