9

766 92 0
                                    

Happy Reading🤗

  ****

Kini terlihat seorang MC tengah berdiri di atas panggung, sepertinya acara akan segera dimulai.

"Oke, selamat malam semua. Di sini saya mewakili Mila dan keluarganya, mengucapkan banyak terimakasih pada seluruh tamu undangan yang telah hadir. Pada malam ini seperti yang kita ketahui, saudari Mila merayakan ulang tahunnya yang ke 18. Untuk mempersingkat waktu, kepada saudari Mila ada yang ingin disampaikan?" tanya sang MC, Mila pun mengangguk dan mulai maju melangkah.

"Pertama saya ucapkan banyak syukur kepada Tuhan, dan keluarga besar saya yang selalu ada hingga saat ini. Dan terima kasih atas kedatangannya, saya sangat berbahagia malam ini. Karna seluruh orang yang saya undang datang, dan-" ucapan Mila terpotong karna microphonenya direbut, saat menoleh ternyata itu ulah Kavin sepupunya.

"Sorry kalau gue potong ucapan Mila, tapi ada satu hal yang harus kalian tahu. Kalian semua datang kesini karna diundangkan? Lalu kenapa ada orang yang tidak diundang, tapi datang? Itu emang gak punya muka atau, emang dasar sok polos. Tampilan sok dirubah, kalau emang dasarnya cupu ya cupu aja. Gak usah banyak gaya lo cupu! Bagusnya sebutan buat orang yang gak diundang, tapi dateng?"  tanya Kavin dengan wajah sok berpikir.

"Maling!" sahut Kenzo dan Andrian kencang lalu di akhiri dengan gelak tawa riang.

Mila membelalakan matanya ketika mendengar ucapan Kavin, ditambah dengan Kanzo dan Andrian, Mila menarik baju Kavin berusaha menyadarkan lelaki itu agar tidak menghancurkan acara ulang tahunnya.

"Ah, iya maling! Baru inget gue, berani banget ya dia dateng ke acara ini padahal gak diundang sama sekali. Buat apa lo kek gitu? Pakek sok rubah penampilan lagi, lu pikir dengan lo rubah penampilan lo, semua orang suka sama lo?! Mimpi lo cupu! Kenapa lo ngeliat gue gitu?  Gak suka lo? Mau ngelawan?  Emang lo bisa? Berlindung di balik temen aja bangga, mana perempuan lagi. Yakin lo laki?!" pungkas Kavin tajam.

Vina yang sudah tidak tahan akhirnya maju, mendekati Kavin.

"Gue yang ajak dia kesini lo mau apa? Mau protes? Lagian udah aturannya 'kan kalau setiap tamu wajib bawa pasangan? Gue bebas dong mau bawa siapa aja. Lantas urusannya sama lo apa huh?!  Yang ajak dia ke sini 'kan gue, kenapa lo yang sewot cupu!!" tutur Vina dengan tatapan menusuk, sambil menunjuk Kavin.

"Dan tadi lo bilang apa? Damar berlindung di belakang temen perempuannya? Seharusnya lo juga malu dong, justru yang lemah dan cupu itu lo. Lo berlindung dibalik kekayaan orang tua lo, karna lo anak pemilik sekolah lo pikir lo pantas buat bully Damar? Jijik banget gue liatnya tiap hari maksa Damar buat ngerjain tugas, dan kalau ada guru yang kasih hukuman besoknya dipecat, yakin laki lo?" ucap Vina meremehkan Kavin.

"Kenapa diem? Apa yang gue bilang bener semua kan?" tanya Vina remeh.

"Jaga ucapan anda!" sahut suara bariton, suara itu berasal dari Abi, papa Kavin.

"Anda tidak ada hak sama sekali berkata seperti itu, siapa anda huh?!" Bentak Abi yang mulai tersulut emosi.

"Maaf ya om, saya berkata seperti ini karna anak anda yang mulai. Jika dia tidak mengusik teman saya, saya juga tidak akan buka suara!" bela Vina.

"Atas dasar apa anda mengatakan bahwa anak saya berlindung di balik kekuasaan saya?  Yang saya tau anak saya adalah anak yang pintar dan mandiri." Ucapan Abi sontak membuat seluruh teman sekolah Kavin terkejut, apakah Pak Abi tak mengetahui sifat asli dari putranya itu.

"Atas dasar fakta. Faktanya memang seperti itu, maaf jika saya lancang berbicara seperti ini, tapi ini faktanya. Biar saya jabarkan bagaimana kelakuan putra anda yang sebenarnya," ujar Vina tegas dan penuh penekanan, ia tidak gugup sama sekali padahal ia tahu ia sedang berhadapan dengan siapa di sini.

"Apa Bapak tahu bahwa selama ini Kavin sering sekali melakukan tindakan tidak terpuji seperti bullying, dan Damar, teman saya, dia adalah salah satu korabannya, bahkan Kavin pernah membuat teman saya sekarat, dan apa reaksi sekolah? Mereka tidak melakukan sanksi yang pantas untuk Kavin, karena anda melindunginya. Saya ingatkan lagi pada kejadian beberapa tahun silam, di mana ketika Kavin melakukan kesalahan lalu di hukum, keesokan harinya guru yang menghukumnya yang di pecat, dan Kavin tidak pernah mengerjakan tugas sendiri, dia selalu menyuruh orang untuk mengerjakannya, apa itu yang dinamakan pintar dan mandiri?" Vina berhenti sejenak untuk mengambil napas.

"Dan, ketika dia tidak mengerjakan tugas bahkan melakukan kesalahan yang besar, tidak ada guru yang berani menegurnya, karena mereka semua takut di pecat. Semua itu adalah bukti bahwa Kavin berlindung di balik kekuasaan anda!" lanjut Vina panjang lebar dengan nada bicara yang masih tegas, semuanya di buat terdiam dengan perkataan Vina. Teman-teman sekolahnya berbisik-bisik membenarkan ucapan Vina.

Mereka semua merinding, namun juga salut dengan keberanian Vina, selama ini tidak ada yang berani berbicara seperti itu terhadap ayah Kavin, berbeda lagi dengan Damar, Aksa dan Febi, mereka sama-sama mengkhawatirkan Vina, mereka takut setelah ini Vina akan terkena masalah besar.

Abi sendiri sebenarnya sedikit heran dengan keberanian gadis di hadapannya ini, Abi juga tidak terlalu paham dengan apa yang dilakukan putranya selama ini, karena itu Abi sedikit berhati-hati dengan tingkah lakunya.

Lelaki peruh baya itu sebenarnya tidak pernah terlibat apapun dalam urusan Kavin maupun yayasan yang ia bangun, karena yayasan itu ada di bawah tangan istrinya, bukan dirinya. Abi juga sedikit kaget dengan apa yang dipaparkan oleh gadis remaja pemberani itu.

"Kavin! Apa benar apa yang di katakan oleh gadis ini?" tanya Abi menatap Kavin tajam, jika benar maka bisa-bisa nama baik yang selama ini ia jaga tercoreng oleh tindakan anaknya.

Kavin yang sudah berada di belakang papanya tidak menjawab, ia hanya terdiam dengan wajah pucatnya, sungguh hal ini tidak ada dalam rencana Kavin, ia tidak memperkirakan hal ini akan terjadi, niatnya kavin hanya ingin bermain-main saja.

"Kavin! Jawab papa!" ujar Abi sedikit meninggikan suaranya.

"Iya. Semua yang Vina katakan benar," jawab Kavin lantang, terdapat sedikit nada marah dalam ucapannya, entah marah karena apa, hanya Kavin yang tahu.

Abi menatap Kavin tajam, lalu lelaki paruh baya itu mendekati putranya.

Plak!

Satu tamparan mendarat dengan sempurna di pipi Kavin hingga menyebabkan sudut bibirnya robek dan mengeluarkan darah, Kavin memegang pipinya lalu tersenyum miris, melihat hal itu semuanya menjerit histeris, sungguh moment yang tidak pernah terduga oleh semuanya.

"Apa-apaan kamu hah?! Kamu malu-maluin papa tahu! Papa gak pernah mengajarkan kamu melakukan hal keji seperti itu! Memalukan!" bentak Abi dengan emosi yang meledak-ledak.

Kavin malah tertawa hambar menanggapi ucapan sang ayah.

"Sekarang saya bertanya, memangnya apa yang sudah anda ajarkan terhadap saya? Anda tidak pernah mengajarkan apapun," jawab kavin tegas, penuh penekanan dengan tatapan dingin yang menyatu dengan kekecewaan.

Semuanya menganga mendengar ucapan Kavin, termasuk Vina, otak cantiknya langsung menyimpulkan bahwa Kavin kurang kasih sayang.

"Kurang ajar kamu!" bentak Abi dengan emosi yang menggebu-gebu. Tanggannya sudah terangkat siap menghadiahi Kavin dengan tanparannya, namun suara perempuan melengking menghentikan gerakannya.

"Cukup! Semuanya cukup! Mas udah!" teriak wanita paruh baya dengan dandanan glamor yang ternyata ibu Kavin.

Bersamaan dengan teriakan wanita paruh baya itu, berdatangan beberapa bodyguard yang menyuruh tamu undangan untuk pulang, dan acara pun di bubarkan.

Kavin juga ikut pergi meninggalkan kekacauan yang ia perbuat. Kavin pergi dengan perasaan campur aduk, antara kesal, marah, sedih, kecewa, juga bersalah, ia merasa bersalah karena sudah menghancurkan acara sepupunya, gara-gara dirinya acara ulang tahun Mila hancur berantakan, bukan hanya itu nama baik keluarganya pun akan tercemar.

Di lain tempat, Mila tengah menangis di pelukan sang bunda, siapa yang tidak menangis melihat kekacauan di acara ulang tahunnya? Dan itu semua ulah sepupunya sendiri, Mila malu sekaligus marah. Benar-benar hari ulang tahun yang tidak pernah ia harapkan.

TBC.

***

Terus ikutin kisah mereka ya, jangan lupa tekan bintang untuk mendukung author, salam sayang dari author, bye-bye.

Nerd Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang