Part 14

661 79 5
                                    

Happy reading 🤗

***

Berbicara tentang cinta, pernahkah kalian merasakan jatuh cinta? Kalau pernah, rasanya seperti apa? Senang bukan? Tentunya, jatuh cinta itu indah.

Lalu menurut kalian, definisi cinta itu seperti apa? Bagaimana?

Menurut Damar, cinta adalah satu kata dengan sejuta makna, cinta itu indah, walau tak jarang memberi luka, cinta itu istimewa karena terkadang cinta dapat merubah segalanya.

Seperti halnya Damar yang mau berubah, melawan rasa takutnya, karena kecintaanya terhadap Vina, rasanya cinta yang begitu besar hingga tidak dapat diukur oleh apapun.

Damar bisa berubah karena cinta, lalu bagaimana jika orang tua Damar juga bisa berubah karena cinta? Damar yakin, orang tuanya sebenarnya mencintai dirinya, hanya saja mereka mengungkapkannya dengan cara yang berbeda.

Mereka menyuruh Damar belajar agar kehidupan Damar sukses di masa depan, meski cara mereka terdengar berlebihan, mereka melupakan satu hal bahwa anak juga memiliki jalan kehidupannya sendiri, seperti kata-kata yang pernah Damar baca di beranda bahwa kita memang berjalan di atas bumi yang sama, tetapi kita berjalan di atas takdir yang berbeda.

Sebenarnya Damar itu bukan berontak, ia hanya menunjukan pada prang tuanya bahwa ia juga memiliki keinginannya sendiri, ia juga memiliki impinya sendiri, mempunyai cita-citanya sendiri. Dengan dukungan sang kakak, semoga saja orang tuanya mengiyakan keinginan Damar. Ia berharap orang tuanya bisa mengerti maksud dan keinginan Damar yang sebenarnya.

Jamtung Damar berdebar-debar saat menuruni tangga, niatnya, hari ini, saat sarapan pagi Damar ingin mengutarakan semua yang ia rasa. Sang kakak dan kedua orang tuanya sudah duduk di meja makan.

"Mar, gimana sekolah kamu?"

"Baik, Pa," jawab Damar.

"Syukurlah, kamu jadi kan kuliah ngambil jurusan kedokteran?"

"Maap Pah, tapi–"

"Tapi apa?" potong sang ayah dengan nada sedikit meninggi satu oktaf.

"Tapi ... tapi Damar gak bisa," jawab Damar pelan, namun terdengar tegas.

Hening. Semuanya seakan berhenti bergerak.

Brak!

"Apa-apaan kamu? Bukannya sejak awal kamu sudah setuju?!"

"Maap, Pah. Damar sebenarnya gak suka dengan dunia kedokteran, Damar menuruti keinginan Papah karena Damar gak mau Papah dan Mamah kecewa," jawab Damar.

"Tapi sekarang kamu buat Papah kecewa!"

"Papah cuman mau kamu jadi dokter, apa susahnya sih?!"

"Dulu papah pernah bilang sama Damar, kalau Papah sebenarnya gak mau jadi pengusaha, Papah maunya jadi dokter, tapi kakek gak ngizinin. Papah tahu 'kan rasanya gimana? Itu juga yang Damar rasain, Pah," jawab Damar.

Keadaan kembali menjadi hening, semua yang di katakan Damar itu benar, dahulu ayahnya memang tidak ingin menjadi pengusaha dan cita-cita yang sebenarnya adalah dokter, maka dari itu kini ayahnya membebankan cita-citanya kepada Damar, kenapa bukan Bayu? Karena Bayu dengan tegas menolak, Bayu lebih liar dari Bamar, Bayu lebih berontak daripada Damar, bahkan lelaki itu pernah meninggalkan rumah untuk waktu yang cukup lama sampai akhirnya sang ayah menyerah dan menuruti keinginan Bayu.

"Papah sayang 'kan sama Damar? Papah ingin Damar bahagia 'kan? Asal Papah tahu, Damar selama ini gak bahagia, Damar tertekan, Pah," ucap Damar.

Semuanya melihat Damar, ayah dan bundanya sama sekali tidak tahu bahwa selama ini anak bungsunya itu tertekan, yang mereka tahu hanyalah Damar bahagia, padahal nyatanya tidak. Sang bunda langsung memeluk Damar.

"Maafin Mamah, sayang," bisik sang Bunda.

"Tolong Pah, Mah, untuk kali ini saja, izinkan Damar bahagia dengan pilihan Damar," ujar Bayu seraya memanatap ayah dan ibunya bergantian dengan tatapan memohon.

"Maaf kalau Damar gak seperti yang Papah Mamah inginkan, maaf kalau damar gak seperti yang kalian harapkan, tapi inilah Damar. Damar gak mau bersembunyi lagi," ujar Damar lirih.

"Damar pamit." Setelah mengucapkan itu ia beranjak dari duduknya.

"Kamu mau kemana?" tanya sang ayah. Terlihat di wajahnya lelaki paruh baya itu khawatir, khawatir Damar seperti kakaknya dulu, keluar dari rumah.

"Mar, jangan pergi, kita cuman punya kamu sama Bayu," ujar sang bunda seraya menahan tangan Damar.

Sang ayah menghembuskan napasnya sebelum ia berucap.

"Oke, Papah izinin kamu memilih jalan kamu, terserah kamu mau jadi apa, asal jangan ngecewain Papah untuk kedua kalinya."

"Serius Pah?" tanya Damar dengan mata berbinar. Sang ayah mengangguk sebagai jawaban, lalu Damar beranjak dan memeluk sang ayah.

"Tapi, ada tapinya nih, dengan satu syarat."

"Apa, Pah?"

"Kamu jangan pergi dari rumah, jangan ninggalin Papah sama Mamah."

"Emang siapa yang bilang Damar mau keluar dari rumah?"

"Tadi katanya mau pamit."

"Damar pamit mau pergi ke sekolah pah," jawab Damar.

Bayu langsung tertawa mendengar jawaban Damar, sudah Bayu kira, Damar bukan dirinya, lelaki itu tidak mungkin meninggalkan rumah.

TBC.

Nerd Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang