Happy Reading 🤗
****
Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu, kini Vina tengah melangkahkan kaki menuju parkiran. Niat hati ingin pulang dengan Damar, tetapi tak jadi karna Papanya sudah menjemputnya. Namun, langkahnya terhenti karna ada yang memanggil namanya, dan saat menoleh ia menemukan Mila yang memanggilnya dirinya.
Dia adalah Armila Leila Narendra, atau biasa dipanggil Mila. Ia adalah sepupu dari Kavin, Mila ini sebelas duabelas dengan sepupunya itu. Hobby membully orang, tetapi ia tidak ikut membully Damar.
"Hei Vin, ini gue mau kasih lo kartu birthday party gue, dan lo wajib bawa pasangan, so, jangan lupa ya. Gue harap lo dateng, gue duluan, bye!" ucapnya to the point, setelah itu ia berlalu pergi.
"What birthday party? Bawa pasangan pula, siapa yang mau gue ajak kalau gini," tanya Vina pada dirinya sendiri seraya menatap kartu undangan yang diberikan oleh Mila.
Vina juga sedikit heran, dirinya tidak terlalu akrab dengan Mila, bahkan mereka berkomunikasi bisa dihitung dengan jari, lantas mengapa dirinya diundang ke pesta ulang tahunnya? Akh, mungkin dia mengundang semua orang yang ada di sekolah.
"Vina, ayo pulang kenapa bengong di sini?" tanya seseorang dengan suara bariton. Vina langsung menoleh, ia mendapati ayahnya, Andre Kalanka, beliau adalah seorang Letnan Jenderal Tentara, beliau sering pergi tugas dan meninggalkan putri kesayangannya ini.
"Eh papa, Vina gak melamun kok, Pa. Eum, yaudag yuk pulang, kakak pasti nunggu," balas Vina dengan cengiran lebar.
Selama di perjalanan Vina terus mengobrol dengan Andre, ia sangat rindu dengan pria paruh baya di sampingnya ini. Ia sangat mengagumi sosok papanya, baginya papanya ini adalah sosok yang paling tangguh. Ia mampu membesarkan kedua anaknya tanpa bantuan siapapun, padahal beliau juga disibukkan dengan berbagai hal tugas negara.
Mengingat ibunda Vina yang sudah lebih dulu menemui Tuhan, lelaki yang disebut papa oleh Vina itu berusaha mengasuh serta mendidik kedua anaknya seorang diri, beliau menjadi ayah sekaligus ibu untuk mereka.
Saat sampai di rumah, Vina langsung menuju kamar kesayangannya, lalu ia menghempaskan tubuh rampingnya di atas kasur king size. Baru saja matanya ingin terpejam, ada sebuah panggilan telfon. Ketika dilihat ternyata dari Febi.
"Halo Feb, ada apa?" tanya Vina memulai obrolan.
"Eh Vin, lo dapet kartu brithday party 'kan dari Mila?" tanya Febi langsung pada intinya.
"Iya, kenapa?"
"Nanti lo bawa siapa Vin, buat jadi pasangan lu?"
"Gak tau gue, apa gue ajak Bang Lano aja kali, ya?"
"Eh buset kenapa jadi bawa Bang Lano, yang ada dia jadi artis dadakan ntar," sahut Febi.
"Terus gue ajak siapa lagi bambank?" tanya Vina kesal.
"Mending lu ajak Damar aja, lagian menurut gue dia gak terlalu bikin malu. Tinggal dipoles dikit, pasti jadi ganteng," ujar Febi, memberi saran.
"Gue juga sempet mikir kesana sih, tapi apa Damar mau? Dia kan gak suka sama acara kek gitu?" tanya Vina.
"Urusan itu gampang lu tinggal minta aja si Aksa bujuk Damar, pasti Damar mau."
"Btw dari tadi sibuk bahas gue pergi sama siapa, kek lo udah ada pasangan aja. Biasanya 'kan kalau ada acara begini lu paling ribet, mau pakek baju apa, pergi sama siapa, ini tumben nyantai," tutur Vina yang sangat hafal dengan sifat sahabatnya itu
"Kalau gue pergi sama Aksa."
"What?! Seriously?" tanya vina dengan nada kaget. Bagaimana bisa gadis itu pergi dengan Aksa? Kalian tahu sendirilah mereka seperti apa kalau ketemu, bisa-bisa pesta ulang tahun Mila malah jadi berantakan gara-gara mereka.
"Yes. Kenapa sih kaget banget kayaknya?" tanya Febi dengan santainya.
"Ya gue taulah kalian seperti apa, kok bisa? Lo udah damai nih sama Aksa? Atau jangan-jangan bukan hanya damai, tapi lo juga jatuh cinta ya sama dia?" tanya Vina menggoda Febi, dari roman-romannya, Febi memang terlihat menyukai Aksa.
Jika kalian bertanya dari mana Vina mengetahui hal itu, maka jawabannya adalah beberapa kali Vina sempat memergoki Febi yang diam-diam menatap Aksa, dari tatapan matanya saja Vina sudah tahu bahwa sebenarnya Febi memiliki rasa terhadap Aksa.
"Ekh ... Em–apaan sih? Sok tahu lo!" jawab Febi gelapan dan hal itu sontak membuat Vina tertawa terbahak-bahak.
"Rese lo Vin," ujar Febi sebelum ia mengakhiri sambungan teleponnya.
Vina tersenyum seraya menatap ponselnya, lalu ia mencari kontak seseorang, kemudian ia menghubungi kontak tersebut, terdengar nada sambung yang tak lama kemudian terdengar suara laki-laki menyahut.
"Hallo, Vin?"
"Hai, Damar," jawab Vina.
"Ada apa nelepon?" tanya Damar di ujung sana.
"Rindu," jawab Vina asal.
"Hah?!" tanya Damar terdengar kaget, Vina membayangkan wajah salah tingkah Dmar hal itu sukses membuat Vina terkekeh geli.
"Hehe becanda, gue mau nanya nih," ujar Vina.
"Apa?"
"Kalau gue suka sama lo gimana?" tanya Vina terdengar serius, padahal dalam hati ia terkekeh, hobi Vina setelah mengenal Damar nambah satu, yaitu menjahili Damar dengan kata-katanya ataupun tingkah laku Vina.
"Hah?!"
"Hah-hah terus, kalau gue suka sama lo gimana?" tanya Vina terdengar kesal.
"Eum–itu–itu gak mungkin," jawab Damar terdengar gugup.
"Hm, padahal gue beneran loh suka sama lo," lirih Vina.
"Btw gue mau nanya, ini serius, lo dapet kartu undangan dari Mila gak?" tanya Vina.
"Enggak."
"Lah kok? Kirain gue lo dapet, bukannya dia ngundang satu sekolah ya?"
"Mungkin, dan aku tidak termasuk," jawab Damar santai.
"Kalau gitu lo mau gak dateng sama gue ke pesta ultahnya Mila?"
"Buat apa? Aku 'kan gak di undang."
"Jadi pasangan gue," jawab Vina.
"Hah?!"
"Udah jangan hah-hah mulu, gue gak menerima penolakan, kalau lo nolak siap-siap aja ditanya sama malaikat di liang lahat," ujar Vina santai yang berhasil membuat Damar merinding.
"Sana gih siap-siap, satu lagi lo jemput gue ya ke rumah, acaranya jam tujuh malem, see you," lanjut Vina tidak memberi kesempatan Damar bicara, bahkan untuk sekedar menjawab setuju atau tidak. Gadis itu langsung mematikan sambungan teleponnya.
Di lain tempat, Damar seolah membeku, hal itu terlalu mengejutkan untuk Damar, datang ke acara pesta ulang tahun sepupu dari Kavin? Oh tidak, itu mimpi buruk, yang ada Damar akan dipermalukan di sana. Damar tahu dia akan baik-baik saja jika bersama dengan gadis pemberani yang bernama Vina itu, tetapi bagaimana jika Vina ikut dipermalukan?
Damar jadi bingung sendiri, jika ia menolak ajakan Vina ia belum siap bertemu malaikat, jika ia menerima ajakan Vina bagaimana nasib mereka di sana? Satu hal lagi, ini adalah pengalaman pertama Damar datang ke acara ulang tahun sebagai pasangan.
TBC.
***
Makasih banyak untuk pembaca yang udah baca sampe part ini, salam hangat dari author 🤗
Made&Fiza
KAMU SEDANG MEMBACA
Nerd Boy
Teen Fiction"Eh cupu, Kerjain nih tugas gue! " perintah Kavin. Damar yang menerima perintah hanya diam sambil menganggukan kepalanya patuh, ia terlalu takut untuk melawan. "Denger gak lo?! " bentak Kavin. "I ...ya gue denger," jawabnya gugup. "Sekalian juga...