part 12

683 81 5
                                    

Happy reading 🤗

***

"Ya Allah, Damar lo jangan mati dulu, baru juga belajar beladiri udah tepar, inget lo belom nikah Damar," ujar Aksa dramatis seraya menggoyang-goyangkan tubuh Damar.

Febi memukul Aksa hingga membuat lelaki itu meringis.

"Aksa lo bantu gue gotong Damar, dan lo Feb cari minyak," ujar Vina cepat.

Febi mengangguk lalu ia berlari mencari warung terdekat untuk membeli minyak seperti yang Vina katakan. Vina dan Aksa menggotong tubuh Damar memindahkannya ke pinggir.

Sementara Vina dan Aksa sibuk mengurus Damar yang pingsan, Lano dengan tampang datarnya malah asyik melahap makanan seraya memperhatikan mereka dari jauh.

"Mar, bangun dong, kalau lo gak bangun gue pukul nih," ujar Vina khawatir seraya menepuk-nepuk pipi Damar.

"Buset, bukannya bangun yang ada Damar malah pingsan untuk selama-lamanya," sahut Aksa.

"Udah deh, komen mulu lo," jawab Vina kesal seraya memutar bola matanya malas.

"Vin, ini minyaknya," ujar Febi menentang kresek berisi minyak dengan napas yang masih ngos-ngosan, gadis itu berusaha mengatur napasnya.

Vina melongo melihat minyak yang Febi beri. Sedangkan Aksa lelaki itu malah tertawa terbahak-bahak.

"Ini maksudnya apaan?"

"Ini minyak," jawab Febi polos.

"Ikh anjir goblok," sahut Aksa masih dengan kekehannya.

"Apanya yang goblok sih? Ini 'kan emang minyak," ujar Febi seraya menenteng minyak goreng satu liter dengan merek bibir monyong lima senti.

"Maksud gue minyak angin bukan minyak goreng, buat apaan minyak goreng," jawab Vina emosi. Gadis itu habis pikir dengan kelakuan Febi, kenapa jadi goblok sih?

"Lah, mana gue tahu," sahut Febi dengan wajah polos tanpa dosa seraya mengidikkan bahunya.

"Nih." Lano melemparkan minyak angin kepada Vina, dengan sigap gadis itu menangkap minyak anginnya. Lano tidak sampai hati melihat mereka panik, atau mungkin karena Lano muak dengan tingkah mereka.

Vina langsung membuka tutup botolnya lalu ia mengoleskan di sekitar kepalanya, ia juga mendekatkan botol minyak angin itu ke dekat hidung Damar supaya Damar menghirupnya.

Setelah beberapa saat, akhirnya sudah mulai ada pergerakan dari Damar yang artinya lelaki itu sudah tersadar dari pingsannya.

"Alhamdulilah, lo gak jadi mati, Mar," ujar Aksa seraya memeluk Damar.

"Diem dulu, arwah Damar belom ngumpul nanti kabur lagi gimana coba," sahut Vina.

"Iya, nih, Aksa gak bener!"

"Yang ada elo yang gak bener, orang pingsan dikasih minyak goreng," sahut Aksa diakhiri dengan kekehan, humornya yang receh membuat Aksa tidak mudah untuk berhenti tertawa.

"Kalian semua gak ada yang bener," sahut Lano membuat yang lainnya terdiam, memang sih mereka semua gak ada yang bener.

Damar masih terdiam, ia masih merasa pusing akibat pingsan di tambah dengan ocehan-ocehan teman-temannya.

"Gimana Mar, lo masih pusing?" tanya Vina. Damar hanya mengangguk pelan.

"Mar, lo inget gue gak? Gue Aksa, sahabat lo, cowok tertampan sejagat raya," potong Aksa.

"Damar pingsan bukan hilang ingatan, ikh anjir goblok," sahut Febi menjitak kepala Aksa, ia meniru gaya bicara Aksa saat menyebutkan kata 'ikh anjir goblok', hitung-hitung balas dendam 'kan.

Damar sudah merasa baikan, namun lelaki itu tidak langsung pulang ataupun ikut makan ia hanya duduk seraya memperhatikan teman-temannya yang sedang makan.

"Btw, ini minyak goreng punya siapa?" tanya Damar, entah mengapa pertanyaan itu terlintas dalam benaknya, padahal tidak penting juga ia tahu.

"Itu punya Febi, tau gak Mar buat apa?"

"Buat apa emang?" tanya Damar seraya menatap Aksa penuh tanya.

"Biat goreng lu, hahahha," ujar Aksa kembali tertawa.

"Dek, gue pergi dulu, ada urusan. Latihannya segini aja dulu, besok latihan lagi," ujar Lano.

"Dan buat lo Mar, kalau mau jadi pacar adik gue jangan lemah!" lanjut Lano membuat Vina dan Damar gugup, keduanya saling pandang lalu kembali melepaskan pandangan mereka.

Lano sebenarnya tahu kalau Damar menyimpan rasa terhadap adiknya, begitupula dengan Vina, gadis itu juga menyimpan rasa untuk Damar, karena jika tidak memiliki rasa apa-apa, Vina tidak akan sekhawatir itu melihat Damar pingsan, Lano cukup tahu sifat adiknya. Lano hanya tersenyum miring melihat tingkah dua remaja di hadapannya ini, lalu ia mengacak rambut Vina sebelum pergi.

"Ekhem-ekhem!" dehem Febi dan Aksa kompak menggoda Vina dan Damar.

TBC.

***

Maaf ya lagi-lagi isinya sedikit, tapi tenang aja dikit-dikit lama-lama selesai juga hahahaha.

Nerd Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang