3

1.2K 131 1
                                    

Kavin tampak marah kala melihat gadis itu, ia akan membuat pelajaran pada gadis ini.

"Heh siapa lo? Berani-beraninya lo ikut campur urusan gue!" tanya Kavin tidak suka, saat kesenangannya diusik.

"Gue Vina siswi baru disini, kenapa hah gak suka?! " tanya Vina.

"Oh ...  Siswi baru, lo tau siapa gue? " tanya Kavin sambil, menatap Vina dari atas sampai bawah. 'Cantik juga,' imbuhnya dalam hati.

"Gak penting buat gue tau siapa lo, emangnya lo siapa sih yang harus banget diketahui semua orang?" tanya Vina acuh tak acuh.

"Asal lo tau sekolah ini punya bokap gue, dan lo harus hormat sama gue!" ujar Kavin penuh penakanan dengan nada sombong seperti biasanya.

"Sekolah punya bokap aja bangga, kalau punya lo sendiri baru. Belagu banget lo jadi cowok, jangan mentang-mentang ini sekolah punya bokap lo. Lo jadi seenaknya ngerendahin orang, gak diajarin sopan santun lo?" ucap Vina panjang lebar, sambil senyum merendahkan.

Seluruh siswa yang menyaksikan perdebatan itu, tercengang kala mendengar penuturan Vina. Gadis itu sangat berani menurut mereka, selama ini belum ada yang seberani itu pada Kavin. Para guru pun enggan menghukum, atau memarahi dirinya.

"Lo!" tunjuk Kavin dengan tatapan penuh kemarahan.

"Apa? Gak terima? Gue bicara fakta, lo itu cuma anak manja yang berlindung dibalik kekuasaan orang tua!" tuturnya lalu menarik lengan Damar, dan pergi meninggalkan mereka.

"Awas aja lo, liat gue gak bakal diem sama perlakuan lo tadi, cewek cupu! " teriak Kavin dari tempatnya.

Vina yang mendengar dirinya disebut cewek cupu, menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Kavin dan berkata. "Cupu? Cupuan mana, cewek yang bicara fakta, atau cowok yang berlindung dibalik kekayaan orangtua?" Setelah mengatakan itu, Vina langsung pergi dengan Damar yang setia mengikuti langkah Vina. Lagipula tangannya di tarik oleh Vina, jadi Damar hanya bisa menurut.

***

Kini Vina dan Damar sedang berada ditaman sekolah, Vina sengaja mengajak Damar kesini. Karna ia sangat penasaran dengan cowok yang ada disampingnya ini, kenapa dia sama sekali tidak melawan saat dirinya diperlakukan demikian.

"Gue boleh tau nama lo?" tanya Vina memulai percakapan.

"Boleh, nama aku Abimanyu Damar Bwana. Panggil aja Damar," jawab Damar sambil menunduk menatap sepatunya.

"Bagus juga nama lo, btw tadi gue gak salah denger 'kan? Lo pakek aku kamu?" tanya Vina sambil tertawa menatap Damar.

Damar yang melihat Vina tertawa pun mengerutkan keningnya heran, memangnya salah jika dia memakai aku-kamu? Vina yang merasa Damar tak nyaman menghentikan tawanya, dia memperhatikan penampilan Damar dari atas sampai bawah. Sesaat dia dibuat mengerti kenapa Damar ditindas, dari penampilannya terlihat kalau dia sangat lemah.

Melihat dirinya yang diperhatikan dengan detail, Damar pun berseru. "Kamu kenapa lihat aku segitunya banget, aku aneh ya?"

Sementara Vina dia menghentikan aktivitasnya yang dari tadi mempertahankan Damar, dan dia pun menjawab. "Gak, gue cuma heran lo pinter, tapi kok mau dimanfaatin?" tanya Vina.

"Kamu tau dari mana kalau aku pintar?" tanya Damar penasaran juga heran.

"Tau lah, buktinya iti trio serigala manfaatin kepintaran lo," jawab Vina dengan diselingi kekehan.

Tak lama kemudian, Aksa datang, ia terlihat buru-buru menghampiri mereka. Saat sampai ia melihat Damar dengan seorang gadis, yang ia yakini murid baru yang telah menolong sahabatnya ini.

"Damar gue kira lo kemana, gue khawatir banget sama lo, tadi katanya Kavin gangguin lo lagi ya?" tanyanya saat Aksa sampai dihadapan Damar.

"Maaf Aksa, aku gak maksud bikin kamu khawatir, tadi aku diajak ke sini sama Vina. " ucapnya menjelaskan.

"Lo murid baru yang tadi nolongin Damar 'kan? Kenalin Gue Aksa Delvion Arion, panggil aja Aksa, lo sendiri?" tanya Aksa yang penasaran dengan nama gadis ini.

"Owh kenalin, gue Rafeyza Delvina Kalanka, panggil aja Vina gue siswi pindahan dari Bandung. Btw kalian sahabat atau sodara? Kelihatannya deket banget."

"Kita sahabatan dari SMP, makanya kelihatan kek sodara. Oh iya lu masuk kelas mana kalau boleh tau? " tanya Aksa.

"Gue-" ucapan Vina terhenti karna teriakan melengking seorang gadis, yang memanggil namanya.

"VINAAA!" Damar dan Aksa yang mendengar teriakan itu menutup kuping mereka, Vina yang melihat itu langsung membekap mulut sahabatnya, yang kelewatan cempreng itu.

"Febi lo bisa gak sih gak usah teriak-teriak gitu?" tanya Vin geram setelah dia melepaskan tangannya dari mulut Febi. Mengganggu suasana saja.

"Ya maaf Vin, gue 'kan kangen sama lo udah lama kita gak ketemu," ucapnya diiringi senyuman.

"Lagian yang namanya Febian Artha Kamila, mana bisa sehari gak teriak," celetuk Aksa seraya menatap Febi dengan malas. 

"Apaan sih lo sok tau banget!" sahut Febi tak terima sambil menatap Aksa dengan tatapan membunuh.

"Ekh, bukan sok tau, emang fakta kali," jawab Aksa.

"Berisik lo jelek!"

"Woo cuman orang buta yang bilang gue jelek," jawab Aksa sombong. Semua orang mengakui ketampanan seorang Aksa terkecuali Febi.

"Maksud lo gue buta?" tanya Febi dengan nada kesal.

"Udah tau ngapain nanya," jawab Aksa seraya mengidikan bahunya acuh.

"AKSAAAAA JELEEEK!" teriak Febi kembali mengeluarkan suara emasnya.

"FEBIII BUTAAAA!" teriak Aksa tak mau kalah.

"BERISIK!" teriak Vina kesal, membuat mereka semua terdiam. Sedangkan Damar ia hanya mampu menutup telinganya.

"Aksa tuh yang mulai," ujar Febi seraya menunjuk Aksa.

"Ada juga elo," jawab Aksa tak terima.

"ELO!"

"ELO!"

"Pokoknya elo!"

"Gak bisa, lo tuh yang salah!"

"Cewek gak pernah salah ya!"

Saat Vina akan kembali berteriak, Damar langsung berujar. "Mending kita pergi aja dari sini."

Vina menyetujui usulan Damar, mereka pergi meninggalkan Aksa dan Febi yang masih asyik berdebat.

"Ekh si Febi sama Aksa emang sering debat gitu?" tanya Vina.

"Iya, mereka udah kaya tom&jerry," jawab Damar. Vina hanya memangut-mangut mengerti.

Kembali lagi dengan Aksa dan Febi, kedua insan itu masih saja berdebat, mendebatkan siapa yang salah. Sampai-sampai mereka tak sadar bahwa Damar dan Vina sudah tidak berada di situ.

"Oke, kita tanya sama Vina dan Damar siapa yang salah," ujar Febi memberi ide.

"Oke," jawab Aksa.

"Vin–" ujar mereka bersamaan terpotong ketika melihat sudah tidak ada siapa-siapa di sana.

"Tuh kan, Vina jadi kabur gara-gara lo nih!" ujar Febi emosi. Baru saja ia bertemu dengan teman lamanya dan sekarang ia harus kehilangan jejak Vina.

"Gara-gara lo lah, kalau aja lo gak ngajakin gue debat, Damar gak bakal pergi!"

"Ck, tau akh!" Fabi pergi meninggalkan Aksa seraya menghentak-hentakan kakinya karena kesal.

~Tbc~

Nerd Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang