Regan memperhatikan seorang gadis yang baru keluar dari rumahnya. Gadis itu tersenyum manis pada seorang pria yang sudah menunggunya di luar sejak beberapa menit lalu.
Mereka mengobrol sebentar, lalu sang pria yang berdiri di samping motornya itu tampak memberikan sesuatu pada gadis itu. Kali ini bukan hanya senyum yang diberikan gadis itu. Melainkan tawa merdu yang membuat Regan iri pada pria muda yang entah siapa namanya.
Tak lama kemudian pria itu pergi dan gadis itu masuk ke rumahnya.
Regan menghubungi seseorang sebelum turun dari mobilnya dan menghampiri rumah berlantai 1 yang cukup luas itu. Ia mengetuk pintu. Menunggu gadis yang tinggal seorang diri itu untuk membuka kan pintu.
Ia sedikit kesal mengingat gadis ini tinggal sendiri. Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya? Gadis ini bahkan baru lulus sekolah menengah.
Pintu di depannya terbuka. Menampilkan wajah Natalie yang terkejut melihat Regan.
"Kau kan ... teman Om Will?"
Regan mengangguk. "Aku mendapat titipan dari Patricia."
Wajah bingung Natalie tampak sangat menggemaskan di mata Regan.
"Mama?"
Regan mengangguk, menunjukkan dua buah paperbag berlogo restoran cepat saji favorit Natalie.
Raut wajah Natalie yang tadinya bingung, berubah menjadi penuh senyum. "Terima kasih. Om tadi ketemu Mama ya?"
"Iya, boleh aku masuk?"
Natalie mengangguk ragu. Ia jarang sekali memasukkan orang ke rumahnya. Orang tuanya selalu mengingatkannya untuk waspada. Ayahnya bahkan menyimpan senjata di rumah ini, jika Natalie membutuhkannya, ia boleh menggunakannya.
"Kau sudah makan siang? Aku baru makan siang dengan Will dan ibumu."
"Belum, Om. Baru mau pesan." Natalie sungguh tidak nyaman dengan keberadaan Regan. Ia tidak terlalu mengenal pria ini. Kenapa juga ibunya titip pada Regan? Ia masih tidak mengerti.
"Untung kau belum pesan. Makanlah, aku pulang dulu."
Natalie mengangguk. Lega karena Regan ternyata tidak lama. Bahkan hanya beberapa detik.
"Lain kali, jangan mudah mempersilakan orang lain masuk."
"Tapi kan, Om teman Mama dan Om Will."
"Ya, kecuali aku."
Natalie tertawa kecil. Mengira itu adalah sebuah candaan.
"Ingat, Nat ... jangan memasukkan orang sembarangan. Termasuk teman laki-lakimu," ujar Regan serius dan hal itu pun disadari oleh Natalie yang langsung mengangguk.
"Baik, Om. Terima kasih sudah mau direpotin Mama buat antar makananku."
Natalie menutup pintu setelah kepergian Regan. Ia tak terlalu memusingkan pesan Regan. Toh selama setahun menghuni rumah ini sendirian, ia sudah melakukan hal itu. Ia sangat jarang mengundang teman-temannya ke rumah. Lebih baik ia bertemu mereka di luar, entah di kafe atau tempat lain.
***
Malamnya, Natalie bersiap untuk pergi ke pesta ulang tahun salah satu temannya. Ia sudah memakai gaun pendek berwarna biru muda kesukaannya, kakinya terbalut high heels berwarna senada yang tidak terlalu tinggi, wajahnya yang pada dasarnya sudah cantik hanya perlu make up tipis untuk menyempurnakannya.
Kebetulan teman-temannya juga sudah mengabari kalau mereka hampir sampai di rumahnya.
Natalie mengecek ponselnya karena terdengar nada pesan masuk. Ia tersenyum ketika membaca pesan dari sang ibu yang menyuruhnya untuk pulang sebelum jam 10. Natalie hanya membalas 'iya' tidak berjanji untuk melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Girl
RomanceSelama ini, Regan pikir dirinya normal. Namun, ketika ia melihat gadis itu untuk pertama kalinya ... well, sepertinya dia tidak senormal itu. Menjadi penguntit sudah seperti rutinitas baginya, menyelinap ke kamar gadis itu adalah salah satu hal yang...