Regan mengantar Natalie pulang, gadis itu lebih sering menatap jalan yang mereka lalui selama perjalanan. Ia baru berbicara ketika Regan mengarahkan mobilnya menuju rumahnya, bukan rumah Patricia.
"Aku kira kita ke rumah Mama."
"Aku ingin kau melihat rumahmu, aku sudah menyuruh orang untuk merapikan semuanya," jelas Regan.
"Terima kasih." Entah ini sudah ke berapa kalinya Natalie mengucapkan terima kasih pada Regan.
Begitu sampai di rumahnya, Natalie langsung turun dari mobil diikuti oleh Regan. Hal pertama yang Natalie sadari ketika masuk ke rumahnya adalah TV nya sudah kembali. Ia menoleh pada Regan yang berada di sampingnya. "Om menggantinya?"
Regan mengangguk.
"Tapi kan ... aku ganti ya uangnya." Natalie berhitung di kepalanya, sepertinya tabungannya masih cukup untuk mengganti TV ini. Ia tidak enak terus merepotkan Regan.
"Tidak perlu. Ayo ke kamarmu."
Natalie melangkah menuju kamarnya, "Jangan bilang Om ganti yang lainnya juga."
"Lihat saja sendiri."
Kamarnya sudah kembali bersih dan Rapi. Natalie mengecek semuanya. Kamarnya seperti tidak pernah disambangi perampok. Semua barang kembali ke tempat semula, bahkan perhiasan yang ia kira hilang, ada di tempatnya. Ditambah perhiasan lain yang tidak ia kenali.
Saat membuka lemari bajunya, ia mendapati pakaiannya bertambah banyak. Ia menoleh, menatap Regan yang masih bersandar di ambang pintu.
"Om ... aku harus ganti berapa?"
"Sudah kubilang tidak perlu ganti, Nat. Anggap saja itu hadiah dariku."
Natalie mengerutkan keningnya. Ini Regan yang terlalu royal atau bagaimana?
Melihat kebingungan di wajah Natalie, Regan kembali berbicara, "Cek semuanya, kalau ada yang kurang atau kau butuhkan bilang saja."
Masih dengan pikiran yang berkecamuk, Natalie mengecek semua ruangan di rumahnya. Kamar yang lain kondisinya memang tidak separah kamarnya, hanya beberapa barang yang berantakan dan kini sudah kembali ke tempatnya.
Sampai di dapur, ia melihat mesin pembuat kopi yang tentu saja tidak ia miliki sebelumnya. Kulkasnya pun terisi penuh. Keluar dari dapur ia teringat dengan senjata yang diberikan ayahnya. Ia kembali ke ruang santai, di mana terdapat sebuah lemari. Ia membuka salah satu lacinya. Pistol dan pisau lipat itu masih ada di sana, seolah tidak tersentuh.
"Siapa yang memberikannya, Nat?" tanya Regan yang berada di belakangnya.
"Papa."
"Kau bisa menggunakannya?"
"Bisa, tapi kadang masih suka meleset dari target."
"Ini tidak mereka ambil ya, Om?"
"Diambil kok."
"Kok bisa balik? Orangnya sudah ketangkap?"
Regan mengangguk. Dua bedebah itu sudah ada di bawah jurang sekarang, tambah Regan dalam hati. Kedua perampok itu adalah orang yang sering merampok di sekitar area sini, sehingga mudah untuk dilacak. Mereka juga pernah sekali masuk penjara.
"Orangnya sekarang di mana?"
"Kenapa? Mau ketemu?"
Natalie menggeleng. Untuk apa juga bertemu dengan para penjahat? "hanya penasaran."
"Mereka sudah jadi urusanku, Nat."
"Bagaimana ceritanya bisa ketangkap secepat ini?"
"Rahasia," jawab Regan yang membuat Natalie cemberut karena lagi-lagi rasa penasarannya tak terjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Girl
RomanceSelama ini, Regan pikir dirinya normal. Namun, ketika ia melihat gadis itu untuk pertama kalinya ... well, sepertinya dia tidak senormal itu. Menjadi penguntit sudah seperti rutinitas baginya, menyelinap ke kamar gadis itu adalah salah satu hal yang...