"Home sweet home!" teriak Natalie begitu membuka pintu rumahnya.
Regan tersenyum di belakangnya, tangannya penuh dengan tas dan bawaan Natalie. Ia langsung menuju kamar Natalie untuk meletakkan barang-barang yang dibawanya.
"Terima kasih, Om." Natalie tersenyum manis, kebahagiaan tampak jelas di wajahnya.
"Kau bahagia karena akan tinggal sendiri atau bahagia karena kembali ke rumah ini?"
"Dua-duanya."
"Kau menyukai rumah ini?"
"Tentu saja, ini rumahku."
"Kalau aku memberimu sebuah rumah, apa kau juga akan menyukainya?"
Natalie yang mulai membuka tasnya pun menjawab dengan tegas, "Jangan melakukannya."
Regan masih berdiri, tidak membantu Natalie yang mulai sibuk bergerak ke sana kemari, mengembalikan pakaian dan barang lainnya ke posisi semula. "Aku hanya bertanya."
"Aku tidak bisa menganggap itu sebagai sebuah pertanyaan biasa. Aku takut Om benar-benar membelinya. Rumahku jadi banyak barang memangnya karena siapa? Aku tahu Om banyak uang, tapi jangan menghamburkannya padaku. Ingat, Om punya wanita yang Om sukai kan? Nah hamburkan saja ke dia."
Regan tertawa, membuat Natalie bingung. "Kok ketawa sih?"
Regan keluar dari kamar Natalie tanpa menjawab pertanyaan gadis itu.
"Dasar aneh...," gerutu Natalie.
Selesai menata barang-barangnya ia membersihkan lantai kamarnya. Regan entah pergi ke mana, karena saat Natalie keluar dari kamarnya, ia tidak melihat Regan di mana pun.
"Pulang kok nggak bilang," gumam Natalie. Sambil memakai headset di telinganya, ia mulai membersihkan rumahnya. Seperti biasa, ia menyetel musik dengan cukup keras hingga ia hanya fokus pada musik itu. Ini membantunya untuk mengalihkan pikirannya dari capeknya bersih-bersih. Sesekali bibirnya menggumamkan lirik lagu.
Baru beberapa menit, Natalie sudah berkeringat. Mungkin karena cuaca siang ini cukup panas. Ia menyeka keringatnya dengan bajunya. Karena ia merasa hanya sendiri di rumah itu, Natalie membuka bajunya, ia memakai sport bra di baliknya. Saat di rumah sendirian, biasanya ia akan memakai apa pun yang dirasanya nyaman. Kadang bahkan hanya kaos yang kebesaran dan celana dalam. Sekarang bisa dibilang lebih tertutup karena ia masih memakai celana selutut.
Natalie merasa begitu bebas di rumahnya, itulah kenapa ia suka tinggal sendiri.
Pekerjaannya hampir selesai ketika Natalie merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Natalie menoleh, ia terkejut mendapati Regan berdiri di depan pintu. Untungnya pintu di belakang Regan sudah tertutup. "Om!" teriak Natalie sambil melepas headsetnya.
"Apa? Aku dari luar membeli makanan. Kau lanjutkan saja bersih-bersih biar aku siapkan makanannya."
"Aku pikir Om sudah pulang."
"Kenyataannya belum," jawab Regan sambil berlalu begitu saja.
Natalie berniat memakai bajunya kembali, tapi kemudian ia mengurungkannya. Masa bodo, Regan saja terlihat tidak peduli dengan apa yang dikenakannya. Natalie kembali memasang headset dan melanjutkan kegiatannya.
Natalie menghampiri Regan yang berada di dapur. Ia begitu lapar setelah bersih-bersih. Padahal di rumah ibunya tadi ia sudah makan.
"Aku lapar."
Regan tertegun melihat Natalie yang belum memakai bajunya, gadis itu baru saja mencuci wajahnya sehingga tampak segar. Badannya ia seka dengan handuk, sehingga keringat yang tadi dilihat Regan sudah tak tampak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Girl
RomanceSelama ini, Regan pikir dirinya normal. Namun, ketika ia melihat gadis itu untuk pertama kalinya ... well, sepertinya dia tidak senormal itu. Menjadi penguntit sudah seperti rutinitas baginya, menyelinap ke kamar gadis itu adalah salah satu hal yang...