"Iya, Om, maafkan saya, lepaskan saya. Saya mohon."
"Jangan dekati Natalie."
"Iya. Saya mohon lepaskan—"
Regan memberi satu pukulan lagi sebelum melepas Nico. Nico menatap ke arah Natalie sebelum masuk ke mobilnya dan hal itu lagi-lagi menyulut kemarahan Regan.
"Jangan melihatnya!" bentak Regan.
Nico dengan tangan bergetar mulai menyalakan mobilnya, meninggalkan tempat itu.
"Om," panggil Natalie yang melihat Regan masih mengepalkan tangannya sementara matanya tak lepas dari mobil Nico yang menjauh. Pria itu sepertinya belum puas meski telah membuat Nico babak belur.
Regan berbalik menatap Natalie. Ia mengembuskan napas kasar sebelum melepas jaketnya. "Pakai."
Natalie hanya menatap jaket itu. "Tapi aku nggak dingin."
"Pakai," ulang Regan. Lagi pula ini bukan soal dingin atau tidak. Natalie memakai gaun yang bagian pundaknya terbuka, memperlihatkan kulit putih dan mulus gadis itu. Regan bisa membayangkan dirinya mengecup pundak itu, meninggalkan jejak basah hingga leher Natalie.
Natalie menurut meski tak paham kenapa Regan memintanya memakai jaket, ia tak mau membuat masalah, karena aura kemarahan Regan masih begitu terasa.
"Ayo masuk."
"Om, mau masuk ke rumahku?"
Regan mengangguk. "Kau harus menjawab beberapa pertanyaan dariku."
Natalie menggigit bibirnya. Ia merasa seperti anak perempuan yang akan mendapat vonis dari ayahnya. Ia lalu berjalan menuju pintu rumahnya. Mengeluarkan kunci dari dalam tas kemudian membuka pintu bercat putih itu.
"Oh iya, Om, terima kasih sudah menolongku."
Regan hanya menjawab dengan gumaman. Ia duduk di sofa ruang tamu tanpa menunggu Natalie mempersilakannya.
"Tapi ... apa yang Om lakukan di sana tadi?" tanya Natalie penasaran. Tidak mungkin Regan hanya tidak sengaja lewat. Mobilnya jelas terparkir di pinggir jalan.
"Menunggumu pulang."
Natalie semakin bingung. "Hah? Apa Om mau mengantar sesuatu lagi?"
Regan menggeleng. Ia sedikit mencondongkan tubuhnya, menatap Natalie dengan tatapan tajamnya. "Aku mengawasimu, Natalie."
Natalie terbelalak. Jantungnya berdebar tak karuan. "M ... maksud, Om? Kenapa aku diawasi? Apa Mama yang menyuruh—"
Lagi-lagi Regan menggeleng. "Kau hanya perlu tahu kalau kau aman. Tidak ada yang akan menyakitimu seperti bajingan tadi."
Natalie tak puas dengan jawaban itu. Ia ingin bertanya lagi ketika Regan justru mengajukan pertanyaan padanya. "Apa saja yang dilakukan bajingan itu padamu?"
"Nico? Dia tidak melakukan apa pun. Hanya tadi ... mungkin dia lepas kontrol karena aku menolaknya."
Alis Regan terangkat. "Kau menolaknya?"
Natalie mengangguk pelan dan entah dia salah dengar atau tidak ia seperti mendengar Regan bergumam 'goodgirl'.
"Apa di pesta tadi juga ada yang kurang ajar padamu?"
Natalie menggeleng. "Tidak ada kok, Om. Semuanya baik," jelasnya. Ia takut kalau Regan marah seperti tadi.
"Ya sudah, sekarang berikan ponselmu."
"Untuk apa?" tanya Natalie kebingungan.
"Memasukkan nomorku, Ba— Natalie."
Natalie sedikit memiringkan kepalanya. Penasaran dengan apa yang akan Regan katakan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Girl
RomanceSelama ini, Regan pikir dirinya normal. Namun, ketika ia melihat gadis itu untuk pertama kalinya ... well, sepertinya dia tidak senormal itu. Menjadi penguntit sudah seperti rutinitas baginya, menyelinap ke kamar gadis itu adalah salah satu hal yang...