Tujuh

52.8K 2.7K 40
                                    

Ponsel Natalie yang berdering mengalihkan Regan dari keseriusannya menyimak ucapan dari salah satu anak buahnya.

"Nanti aku hubungi lagi," ucap Regan mengakhiri panggilannya.

Regan mengeluarkan ponsel Natalie dari dalam tas lalu melihat siapa yang menelepon.

"Halo, Nat. Kamu di mana? Kok belum pulang."

"Dia bersamaku," ujar Regan singkat.

"Regan?"

"Iya. Kau tenang saja dia bersamaku. Mungkin nanti dia akan menginap."

Regan mematikan panggilan itu tanpa menunggu jawaban Patricia. Ia meletakkan ponsel Natalie di atas meja, lalu melangkah menuju kamarnya. Dengan perlahan, ia membuka pintu kamar itu. Langkahnya pelan, nyaris tak bersuara. Takut membangunkan gadis yang tengah tertidur dengan lelapnya.

Regan berdiri di samping tempat tidur, memandang wajah Natalie. Gadis itu tampak begitu sempurna, terbaring di tempat tidurnya. Regan tentu saja menginginkan gadis ini untuk tidur di ranjangnya setiap hari, sayangnya ... ia tahu keinginannya belum akan terwujud dalam waktu dekat.

Tangan Regan terulur, menyentuh wajah Natalie pelan. Ia ingin tahu apakah Natalie adalah tipe orang yang mudah terbangun atau tidak.

Tidak ada reaksi apa pun ketika tangannya bersentuhan dengan wajah Natalie. Gadis itu tak bergerak sedikit pun. Regan semakin berani dengan menyingkirkan beberapa helai rambut yang berada di wajah Natalie kemudian menyentuh pipi hingga bibir gadis itu.

Regan tersenyum, mengetahui kalau gadisnya adalah tipe orang yang susah untuk bangun. Hal itu sangat berbeda dengannya, yang dengan sedikit suara atau gerakan saja bisa membangunkannya.

Regan menunduk, mengecup kening Natalie dengan begitu lembut dan singkat. "Sweet dreams, Baby girl," bisiknya pelan.

Ia lalu duduk di sudut ruangan yang terdapat meja dan kursi yang biasanya menjadi tempatnya bekerja. Ia melakukan pekerjaannya sambil sesekali memperhatikan Natalie. Jujur saja, ia tidak bisa fokus sepenuhnya pada pekerjaannya, rasanya ia lebih sering memandang Natalie yang kini sudah mengubah posisinya menjadi berbaring miring ke arahnya.

***

Natalie membuka matanya perlahan, awalnya ia bingung dan sedikit panik melihat dirinya berada di tempat yang asing. Ia terduduk, ingatannya perlahan tersusun. Natalie menghela napas, untung saja ia belum berteriak seperti orang bodoh. Ia sendiri yang ingin tidur di sini tadi.

Natalie memperhatikan kamar luas yang didominasi warna abu-abu itu. Sangat simple dan entah kenapa begitu menggambarkan karakter sang pemilik. Natalie turun dari tempat tidur, ia melihat beberapa paperbag berwarna hitam yang berada di atas meja. Entah apa isi paperbag itu, seingatnya ia tidak melihat benda itu sebelum tidur tadi.

Natalie mengangkat bahunya, tidak terlalu memedulikannya.

Setelah mencuci muka dan melakukan urusannya di kamar mandi, Natalie keluar dari kamar Regan. Hening menyambutnya, hingga ia berpikir kalau Regan meninggalkannya sendiri.

"Om," panggil Natalie. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang santai, tapi tak menemukan siapa pun di sana.

"Om...." Kali ini Natalie memanggil dengan sedikit keras.

"Aku di dapur, Nat."

Natalie mengikuti arah suara itu. Regan tampak sedang memindahkan makanan ke piring. "Aku baru akan membangunkanmu," ucapnya tanpa menoleh ke arah Natalie.

"Sepertinya perutku tahu kalau ada makanan yang menungguku, jadi menyuruhku bangun di saat yang tepat."

Regan tersenyum. "Kalau begitu bantu aku meletakkan makanan ini di meja makan, atau kau mau makan di ruang TV? Kita bisa sambil nonton film."

Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang