[mengandung unsur kekerasan]
i don't expect that innocent girl to make my life like a bastard!
_
sequel of My Autism Husband
⚠️ this story only written by qtherroine- in wattpad
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⚠️ Mengandung kata-kata kasar!
"Polos polos ternyata lonte!"
"Bocah udah gak perawan lagi,"
"Cabe-cabean!"
"Munafik!"
"Sebentar lagi ada bocah hamil nih!"
"Dibayar berapa sih?!"
"Makanya jadi orang jangan terlalu polos, di ambil kan tuh perawan, ahahaha!"
Reva menangis sejadi-jadinya, menutup kedua telinganya berusaha agar omongan-omongan pahit itu tak masuk kedalam indra pendengarannya.
"HEH, CABE!"
"Bukan.. Reva bukan cabe-cabean!"
Ini bukan sekolah.
Ini neraka.
Reva harap ia akan terbangun dari mimpi paling buruk dalam hidupnya ini.
Ketiga cowok dengan tubuh yang tegap dan wajah yang kelewatan ganteng itu berjalan menelusuri koridor sekolah, tepat di keramaian ini, mereka menjadi pembungkam mulut para cewek ember yang dari tadi sibuk menggosipi gadis polos yang ketakutan di tengah-tengah keramaian itu.
Mereka terbungkam melihat pesona ketiganya, ya.. cuma tiga., kalo sama Jojo, mereka bukan cool, malah bobrok!
Selain karna pesona mereka yang sempurna, lagian mereka juga para anggota osis yang bertanggung jawab besar di sekolah ini, kalau mereka ngomong yang enggak-enggak, yang ada dengan mudahnya Calvin menyeret mereka ke depan kepsek. Simple kan?
"Kenapa diem?" ucap Calvin dingin, netra tajamnya menatap satu persatu murid yang dari tadi mengoceh pedas.
"Lanjut, silahkan ngatain bocah ini!"
Reva masih menutup kedua telinganya, masih dalam keadaan terisak.
"Gak berani?!"
Hening. Semua membungkam mulutnya rapat-rapat.
"Sekali lagi gue tawarin, silahkan ngatain cewek yang ada di depan kalian ini!"
Mereka tau Calvin hanya menyindir, Calvin hanya unjuk rasa, makanya tak ada satu pun yang berani mengatai Reva lagi.
"Bubar!"
Para murid itu mulai meninggalkan tempat ini satu persatu.
Sekarang, hanya ada mereka berempat.
Arga dan Bryan tak mengatakan apapun, membiarkan Calvin berbicara pada Reva.
"Reva, jangan takut lagi," ucapnya lembut. Reva masih menangis, bahkan semakin kencang, ia tak berani membuka telinganya.
"Ini Calvin, Calvin nya Reva, pacar Reva,"
Reva mendanga, benar. Itu Calvin, ia tersenyum manis disana, Reva perlahan membuka telinganya.