Part 15

12.9K 1.4K 26
                                        

                Jiwon memarkirkan motor di depan garasi rumahnya. Jisoo yang barusan turun dari motor langsung berlari riang melewati teras. Tanpa menunggu Jiwon sang pemilik rumah, Jisoo dengan santainya masuk ke dalam karena ia sudah tahu password kunci otomatis rumah Jiwon. Udah kayak rumah sendiri.

Jiwon hanya geleng-geleng kepala.


Jiwon masuk ke rumah dan melemparkan kunci motornya sembarangan di atas meja. Ia tidak perlu repot mencari keberadaan Jisoo, karena suara gadis itu terdengar jelas dari ruang tamu.


"Tante kok ga bilang-bilang kalo mau pulaang, Jisoo kan kaget baru dikasi tau Jiwon tadi pagi." Ucap gadis itu yang ternyata sedang ada di dapur bersama ibu Jiwon.


Jiwon hanya mengintip sebentar dari balik pintu dapur. Saat dilihatnya dua perempuan itu sibuk berbincang tanpa mengindahkan keberadaannya, Jiwon akhirnya pergi ke kamar untuk ganti baju.


Saat balik ke dapur, ia sudah melihat Jisoo tertawa-tawa dengan ibunya.

"Iya tante, abisnya Jiwon batu sih, dibilang pedes masih aja dimakan, eh besoknya dia bolak balik toilet mulu di sekolah. Ampe minta tolong Jisoo ambilin tisu di toilet cewe soalnya tisu di toilet cowo udah abis semua sama dia." Ucap Jisoo sambil tertawa puas.

"Ooh, pantesan pada ketawa-tawa, ternyata gosipin guaa." Sahut Jiwon sambil duduk di samping ibunya di meja makan. Ayahnya belum pulang kerja, jadi hanya mereka bertiga yang ada di meja makan saat ini.

"Jisoo cuma ceritain hal-hal yang mami lewatin selama mami di Amerika. Kan mami juga pengen tahu anak mami ngapain aja di sini." Ucap Ibu Jiwon sambil mengelus kepala anak laki-lakinya itu dengan lembut.


Jangan terkejut kalau Jiwon sangat disayang oleh kedua orangtuanya. Itu karena Jiwon adalah anak bungsu dari 3 bersaudara yang semuanya laki-laki. Namun dua saudara Jiwon semuanya sudah menikah dan punya anak. Tinggallah ia yang masih sekolah ini hanya berdua dengan ayahnya di rumah, sedangkan ibunya sering dipanggil ke luar negeri karena pekerjaan.

Selanjutnya mereka mengobrol sambil makan. Setelah selesai, mereka pindah ke ruang tengah. Jiwon menonton tv, sedangkan Jisoo sedang asyik membuka oleh-oleh dari Ibu Jiwon yang ternyata adalah satu set pewarna, kuas, dan cat air beserta kanvas yang ukurannya 1 meter. Jisoo memang hobi melukis dari dulu. Juga tidak lupa tas, serta boneka beruang yang ukurannya hampir sepinggang Jiwon.


Yang anak kandung sebenarnya siapa sih sekarang... batin Jiwon.


Tapi jangan salah paham. Jiwon sama sekali tidak keberatan. Justru ia senang melihat ibunya sayang pada Jisoo. Pasalnya Ibu Jiwon dan almarhum ibu Jisoo adalah teman dekat di kampus dulu.


Jiwon tersenyum mengingat momen pertama kali ia bertemu dengan Jisoo. Saat itu mereka baru saja daftar untuk masuk SD. Ibu Jiwon dan ibu Jisoo mengobrol sangat lama sampai lupa dengan mereka berdua. Jiwon yang benci anak perempuan kala itu, ogah bermain dengan Jisoo. Tapi Jisoo dengan percaya dirinya menghampiri Jiwon dan berkata,


"Kamu boleh jadi teman aku, tapi kamu harus bisa loncat satu kaki."


Itu adalah syarat paling absurd sekaligus paling cemen yang pernah Jiwon dengar. Tapi anehnya Jiwon kecil malah melakukan syarat itu, dan jadilah mereka berteman sampai sekarang.


Senyum Jiwon memudar saat teringat masa dimana ibu Jisoo sakit keras. Bertahun-tahun lamanya Jisoo harus berhadapan dengan ibunya yang menderita kanker rahim. Pasalnya tidak hanya itu, karena menderita sakit parah, ibu Jisoo mengalami stress akut sehingga perilakunya sering diluar kendali. Hampir mirip dengan orang yang gangguan jiwa. Padahal Jisoo saat itu masih kelas 6 SD.


Jiwon tahu betul Jisoo adalah gadis yang kuat saat ia menyaksikan Jisoo dengan sabar merawat ibunya, karena ayahnya mau tidak mau harus banting tulang mencari biaya pengobatan istrinya. Sedangkan Haruto dititipkan di rumah neneknya karena masih kecil. Sebab Ibu Jisoo pernah satu kali melempar barang sehingga barang itu pecah dan hampir saja mencelakakan Haruto. Oleh karena itu, yang menjaga ibu Jisoo hanya Jisoo dan ayahnya. Sampai akhirnya ibu Jisoo dipanggil Yang Maha Kuasa.


Jiwon menoleh ke samping dan melihat Jisoo yang sedang memamerkan oleh-oleh tadi kepadanya.

Jiwon memasang muka datar dan melempari Jisoo dengan bantal sofa. Tapi Jisoo dapat menghindarinya dan balas melempari Jiwon dengan bantal yang sama. Jiwon tak mengindar, malah menangkap bantal itu dengan satu tangan. Lalu memeletkan lidahnya ke arah Jisoo.


Ya, Jiwon tidak keberatan sama sekali jika kini ia harus berbagi kasih sayang ibu dengan sahabatnya. 

Fallin' For You [Vsoo] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang