Ikrar telah terangkum,
di dalam raga yang bersumpah,
tak menyerah.Namun, tatkala pinangan duka,
lebih berkuasa di tudung awan derita.Aku hanyalah denyut nadi,
yang kapan saja terhenti.
Menghadap alam yang dinanti.Insan yang menghakimi diri,
menjadi santapan setiap hari.Menyudut sana sini,
mengkaji pikiran sendiri.
Kemudian,
meraih investasi dosa murni.Mungkin, itu adalah jiwanya.
Yang senang meramal kesalahan,
tanpa beradu pada alasan.Hebat mencaci,
kendati tidak menjernihkan diri,
bagaimana nanti.Sesama insan,
tak perlu berkelut dengan kesan,
yang tak berkepentingan.Karena kita rendah,
kita akan memecah,
pada detik yang telah berlaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diorama Kata [Antologi Puisi]
PoesíaAntologi prosa yang merupa semesta Pada setiap kalimat Yang menyayat indra. Insan pembaca akan ku ajak ke taman-taman kata. Untuk meringkus nelangsa Pada ujung-ujung peristiwa kelabu di dunia. High Rank 1#mypoem [13-7-2020] 1#Duniasastra [16-7-2020]...