28- Secercah Raga Yang Fana

185 54 9
                                    

Ikrar telah terangkum,
di dalam raga yang bersumpah,
tak menyerah.

Namun, tatkala pinangan duka,
lebih berkuasa di tudung awan derita.

Aku hanyalah denyut nadi,
yang kapan saja terhenti.
Menghadap alam yang dinanti.

Insan yang menghakimi diri,
menjadi santapan setiap hari.

Menyudut sana sini,
mengkaji pikiran sendiri.
Kemudian,
meraih investasi dosa murni.

Mungkin, itu adalah jiwanya.
Yang senang meramal kesalahan,
tanpa beradu pada alasan.

Hebat mencaci,
kendati tidak menjernihkan diri,
bagaimana nanti.

Sesama insan,
tak perlu berkelut dengan kesan,
yang tak berkepentingan.

Karena kita rendah,
kita akan memecah,
pada detik yang telah berlaku.


Diorama Kata [Antologi Puisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang