33- Melukis Diri

211 28 38
                                    

Beraksilah kanvas kehidupan,
dan jiwa- jiwa yang
bergelayut dekap harapan.

Mewarnai raga pada nestapa,
memerahkan mimpi pada tempatnya.

Merapal pongahnya,
hati batu yang bertapa.
Jemputan kelabat hitam tertawa,
bagaikan derita setelah hujan reda.

Mengacungkan raga
yang berwajah kuning tua.

Menampakkan luka, di antara,
air mata yang jatuh
di kulit indah bak senja.

Sentral pengingat diri,
telah berkerja bakti.
Merantau ke dalam nurani,
dan membiru pada urat nadi.

Awan merah di selaput kepala,
sudah mendapat peta,
alur kisah nyata.

Penopang diri pun terlepas,
dari ikatan bilur yang menghempas.

Diorama Kata [Antologi Puisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang