"Waktu selesai. Silahkan kumpulkan ke depan dalam waktu 1 menit!"
Intruksi dari Bu Ana, salah satu guru matematika peminatan kelas 12 yang terdengar tegas membuat seisi kelas heboh untuk mengumpulkan lembar jawaban mereka. Ulangan perdana mereka dengan guru cantik tersebut tidak semulus yang dibayangkan.
Ketika yang lain tampak mengerang frustasi oleh jawaban mereka sendiri, Kesya dengan santainya maju ke meja Bu Ana dan menyerahkan lembar jawabannya dengan percaya diri. Tentu saja sebagai seorang siswa yang akan belajar sebelum ulangan, Kesya akan mempelajari materi sampai dia paham. Terutama soal hitung menghitung, dia pun akan mempelajari pola menjawab soal-soal tersebut dengan tepat.
Usai menyerahkan jawabannya dan kembali duduk di bangkunya yang ada di pojok belakang, Heshi dan cs mendekati dirinya setelah memastikan Bu Ana sudah keluar kelas.
"Maksud lo apaan gak kasih jawaban ke kita? Lo mau cari mati, hah?" marah cewek tersebut.
"Tadi 'kan udah kukasih setengah soal jawabannya. Kenapa masih minta lagi? Aku juga butuh waktu buat jawab soal yang lainnya, Shi," balas Kesya.
Heshi marah dengan balasan Kesya atas ketidakterimaannya yang mendapatkan jawaban setengah soal, seharusnya dia mendapatkan semua jawaban sehingga ia akan memperoleh nilai sempurna. Ia tidak suka kalau orang lain seperti Kesya tetap terlihat unggul.
Good looking tetap nomor satu, tapi guru masih saja suka dengan Kesya karena kepintarannya dalam menjawab soal. Maka dari itu, Heshi iri dengan hal tersebut.
"GAJAH JELEK TUH PELIT YA GUYS," teriak Heshi. Dengan sengaja, Heshi bersuara kencang untuk mengajak anak-anak lain menjatuhkan rasa kepercayaan diri Kesya.
"Iya tuh. Pelit banget, katanya jawabannya buat dia sendiri dan gak mau bagi-bagi. Udah pelit, gak bisa dapet temen lagi. Gajah kan hewan ya, badannya gede. Jadinya Kesya ini gak ada temen soalnya temen sesama gajahnya ada di hutan. Ups!"
Teman Heshi ikut kompor dan menyalakan api agar orang-orang bisa mengejek Kesya.
Api yang sudah tersulut ternyata berhasil membakar orang-orang hingga mereka kepanasan. Para cowok yang awalnya duduk di pojokan lain, kini bangkit dan menghampiri Kesya yang mulai takut.
"Heh, Gajah! Jangan mentang-mentang lo pindah ke sini satu tahun terus bisa masuk 3 besar sekolah jadi sombong ya. Nilai lo emang bagus, tapi muka sama badan lo tuh ANCUR! Mending lo ikutin peraturan di kelas ini atau lo bakal kena balasan," ucap Nando, salah satu siswa berandalan yang suka memalak dan bermulut pedas.
Teman-teman Nando saling melempar ujaran kebencian dan ejekan yang mengarah ke tubuh gemuk Kesya. Rasanya ingin menangis saat itu juga, namun cewek itu tidak bisa. Menangis akan membuatnya terlihat lemah dan mereka akan semakin puas untuk menjatuhkan rasa kepercayaan dirinya.
Mereka kembali meneriakinya dengan sebutan gajah. Ulah mereka bertambah, salah satu dari mereka memukul punggungnya dengan buku tebal sambil berujar, "Kuat juga punggung gajah. Pukul sekali lagi, ah. Lo gak usah nangis! Gajah kok nangis."
Siksaan fisik dan caci makian dilakukan sampai waktu istirahat selesai. Para cowok yang membullynya kembali ke bangku mereka saat guru Bahasa Indonesia sudah memasuki kelas.
Kesya tidak bisa fokus, punggungnya sakit karena dipukul keras seperti tadi. Ia hanya bisa mencoba bertahan dan mendengarkan guru tanpa melihat tatapan Heshi yang senang melihatnya tersiksa seperti tadi.
***
"Dede makannya nanti dulu, Ma. Mau kerjain tugas sekolah dulu, besok mau dikumpulin."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIETARY
Teen FictionKesya, merasa selalu dibully karena memiliki tubuh gemuk dan wajah yang tidak cantik. Setiap hari, dia dijadikan objek lelucon yang tidak pantas mengenai tubuh gemuknya. Hal itu membuat dia bertekad akan melakukan diet lagi dengan bersungguh-sungguh...