Bab 26

110 14 1
                                    

Kepala Julio terasa sakit dan ia memegangi kepalanya sambil meringis pelan. Pandangannya sedikit kabur, perlahan-lahan mulai terlihat jelas. Sekelilingnya sudah ada beberapa guru, mereka semua terlihat lega melihatnya sudah siuman setelah dibuat pingsan. Terpaksa, karena Julio semakin memberontak dan tidak mau tenang. Jadi, ada titik saraf yang diserang kecil agar ia pingsan melalui teknik tertentu agar tidak salah tempat.

Seorang guru memberikannya air putih untuk diminum supaya kondisinya bisa lebih baik, ada juga yang masih memijat-mijat kecil kakinya sedari ia pingsan.

Ada apa ini? Julio merasa heran melihat ia terbaring di atas salah satu ranjang UKS, apalagi ditemani guru-guru. Teman sebayanya pun hanyalah Kesya dan Kevin yang sudah izin untuk menjaga Julio di UKS. Rasanya ia dijaga secara eksklusif.

"Ini saya kenapa ada di sini ya, Pak?" Julio melihat sang wali kelas duduk di sampingnya. "Bapak gak mengajar di kelas saya? Ulangannya gak jadi?"

"Sempet-sempetnya kamu tanya ulangan," heran Pak Juminto dengan siswa dan anak kelasnya ini.

"Kamu tuh habis pingsan, makanya ada di UKS. Apalagi tadi kamu habis ngelakuin hal konyol yang bikin geger satu sekolahan. Sekarang, malah udah viral sampai ke luar sekolah kita," timpal Kesya tak melewatkan satupun info kepada cowok itu.

Pupil mata Julio membesar. "H-hah? Memangnya apa yang bikin aku sampai geger sampai ke luar sekolah? Kayang sambik ngulek sambel?"

"Bukan— anu, coba buka hp kamu. Kayaknya semua temen-temen di sekolah kita ini udah sebarin video kamu yang bikin heboh. Tapi jangan kaget sama diri sendiri di video itu, sumpah persiapin hati dulu," jawab Kesya diselipkan sebuah saran kecil agar Julio tidak shock.

Julio merogoh ponsel dari saku celananya. Hal pertama yang ia lihat di layar ponsel adalah spam chat dari teman-teman kelasnya baik personal maupun di grup kelas. Mereka berseru, capslock sampai mengirimkan voice message kepadanya yang isinya belum Julio dengar satupun. Emoji tawa menjadi dominasi di dalam grup chat.

Serius, ini dia berbuat apa sampai mereka bisa seheboh ini? Bahkan di grup angkatan pula. Jempolnya menggeser layar hingga kini menampilkan deretan story Whatsapp teman-temannya yang nampak kompak.

Di kliknya salah satu story temannya, ia menonton video tersebut dari awal sampai habis. Oke, sekarang dirinya paham kenapa— rasanya ingin menghilang dari muka bumi dan tinggal di Mars saja.

YANGA BENAR SAJA? MAKAN RUMPUT?

Mau dibawa kemana image anak kalem, tampan, dan pesonanya yang begitu berkarisma ini? Kalau sudah seperti ini, dia tidak akan lagi mengecap Kevin sebagai anak aneh karena ia sendiri jauh lebih aneh.

"Begitulah kelakuan kamu tadi," tutur Pak Juminto lalu menepuk-nepuk bahunya. "Saya heran, kenapa kamu bisa seperti tadi. Muka kamu sama sekali bukan orang yang akan memakai narkoba. Kamu terlalu kalem untuk jadi pengguna seperti itu. Tapi, kejadian tadi seolah kamu memakai narkoba dosis tinggi. Kami sudah geledah baju kamu dan tidak ada narkoba. Bapak merasa aneh dan ingin tahu penyebabnya."

"Saya sendiri juga gak tahu, Pak. Habis makan langsung gitu— beneran awalnya dikira mata sliweran lihat kambing di depan meja, ternyata itu halusinasi saja aja," balas Julio sejuju-jujurnya.

"Tadi kamu makan apa?"

"Makan nasi, dibuatin sama Kesya."

Pak Juminto langsung menoleh ke arah Kesya yang sedang berdiri tepat di belakangnya. "Apa benar kamu yang buat masakannya? Kamu gak menaruh bahan aneh di dalamnya 'kan sampai Julio seperti ini?"

Dengan cepat Kesya menggeleng. "Saya berani bersumpah, Pak. Saya juga tadi pagi masak buat Mama juga dan saya sendiri ikut nyicip. Lagipula, saya lagi menerapkan pola hidup sehat jadi gak mungkin mau macam-macam apalagi sama makanan sendiri."

DIETARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang