Makan siang hari ini terasa berbeda bagi Kesya Adhiamita, terutama dari keramaian meja yang dia tempati. Mulanya hanya diisi tiga orang mendadak bertambah menjadi sepuluh orang dengan tambahan tujuh cenguguk yang tak dikenalinya. Bukan tidak suka, hanya saja dia terkejut dengan kedatangan teman-teman Julio seperti rombongan haji menyerbu meja yang dia tempati.
Sementara Julio sendiri terlihat pasrah melihat teman-teman kelasnya malah mencari muka di depan Kesya. Tentu saja dia cemburu! Mata mereka baru melek kecantikan Kesya saat cewek itu sudah mulai mengurus dan wajahnya sudah mulus.
Untung saja ada Kevin yang siap melindungi kembarannya jika teman-teman Julio mulai modus. Dia hafal betul dengan setiap wajah karena Kevin pernah setidaknya sekelas dengan mereka sekali saat kelas 10 atau 11 dulu. Beruntungnya dia juga galak ke teman cowok, jadi mereka tidak bisa berkutik jika Kevin sudah menggertak meja.
Makan siang kali ini Kevin dibawakan bekal dengan karbohidrat yang lebih kompleks dan dilarang makan sembaranga dulu. Selain fokus agar organ pencernaannya tidak sakit lagi, dia juga sedang menjalani program menaikan berat badan.
Anak kembar tersebut sudah terlihat mirip wajahnya satu sama lain dengan kepribadian yang sebenarnya berbeda jauh dan tengah menjalani program yang berbeda pula. Kevin menaikan berat badan dan Kesya menurunkan berat badan.
"Sya, bantuin gue lagi ya kerjain matematika," kata Kevin baru saja menghabiskan makanannya.
"Materi apa lagi? Materi sebelumnya udah paham belum? Bentar lagi mau PAS loh, Vin. Aku gak mau ya naik darah kalau kamu gak paham-paham materinya pas aku ngajarin," ucap Kesya.
"Udahhh." Kevin berseru kecil. "Kalem, ini mau tanya buat soal SBMPTN aja. Gue kayaknya buat materi UN atau ujian biasa masih bisa pakai nalar. Merem aja bisa buat dinalar."
"Pake nalar matamu. Matematika mana bisa pake nalar doang," timpal Julio yang mendengar keremehan Kevin.
Kevin menghendikan bahu. Terserah dia mau meremehkan matematika atau tidak, toh dia memang menggunakan nalar saat mengerjakan ujian. Dia memang lemah menghafalkan rumus matematika dan berkebalikan dengan rumus ekonomi.
Teman-teman Julio suka dengan gaya Kevin. Maklum, mereka pernah jadi teman nongkrong cowok itu meski tidak terlalu dekat.
Respon Kesya hanya terkekeh melihat Julio terlihat kesal karena ulah kembarannya. Lucu sekali, Kesya gemas dan ingin mencubit pipi Julio namun sayang dia tak bisa melakukannya karena malu dan berada di tempat umum.
"Kalian jangan berantem. Malu udah gede masa berantem cuman karena masalah sepele," tukas Kesya menatap keduanya secara bergantian.
"Enggak, kok. Aa gak berantem," balas Kevin.
"Anying. Pake Aa segala. Geuleuh pisan urang teh," celetuk Marviel—teman yang duduk di samping Julio dengan ekspresi wajah menunjukan kegeliannya mendengar panggilan itu. "Si Kepin kesurupan odading mang oleh sambil goyang dumang pasti."
Yang lain tertawa mendengar celetukan dari Merviel. Emang tuh anak suka ceplas ceplos juga, udah gitu muka Marviel memang cocok jadi pelawak.
Umpatan hanya bisa diceploskan Kevin di dalam hatinya. Sabar, sabar, dia tidak boleh marah-marah karena baru saja sembuh. Takutnya dia bukannya kambuh, namun mendapat penyakit baru. Darah tinggi dadakan.
"JULIOOO."
Teriakan centil memanggil namanya membuat bulu kuduk Julio merinding seketika. Dia mengenal suara ini, suara yang dia hindari selama satu setengah tahun lebih karena sosok pemilik suara tersebut tidak membuatnya nyaman.
Benar saja. Baru dibilang tidak nyaman, cewek dengan rambut terurai dengan jepit berwarna merah muda di kepalanya itu langsung duduk di samping Juluo persis. Cewek itu mengernying genit padanya dan menyisipkan anak rambutnya ke belakang telinga dengan senyum penuh godaan.
"Perasaan gue baru nemu bidadari surga, kenapa malah ketemu lagi sama jelmaan setan ini sih," gumam Julio dengan suara yang begitu pelan.
"Iyo ganteng. Udah lama kita gak ketemu. Tambah ganteng aja sih Iyo tiap hari," kata cewek tersebut bernama Marsha Devilazo atau akrab disapa Marsha saja. Bukan Marsha And The Bear, itu sih judul kartun.
Kalau Julio menyebut Marsha dengan sebutan setan. Kebetulan belakang nama cewek itu adalah Devilazo, ada Devil yang memiliki arti Iblis. Menurutnya, cocok sekali nama dengan kelakuan cewek itu. Sama-sama membuatnya ingin menyingkirkan makhluk yang suka menggoda manusia seperti dirinya.
Satu langkah Julio menggeser badannya menjauh dari Marsha yang mulai menye-menye kepadanya. Raut wajahnya tak menolak fakta bahwa dia benar-benar tidak nyaman dengan kehadiran Marsha di sana.
Kesya berbisik ke dekat daun telinga Kevin, hendak menanyakan sesuatu padanya. "Itu siapa? Kok dia tiba-tiba SKSD ke Julio sampai bikin Julio risi?"
"Namanya Marsha, anak IPS 1. Emang centil banget anaknya. Dulu pas masih kelas 10, dia pernah bolos dari kelas buat masuk ke kelasnya Julio padahal beda kelas coba," jawab Kevin yang merinding melihat Marsha ada di sini.
Reaksi Kesya cuman 'O' dan tidak menatap Marsha lagi. Dia tidak mau jika terus menerus menatap nanti malah disiniskan. Bukan urusannya juga meskipun kasihan melihat Julio merasa tidak nyaman.
"Apaan sih! Gak usah kegatelan ya lo. Gue lagi makan siang, ngapain diganggu," kesal Julio menepis tangan Marsha yang menempel di lengannya.
Marsha cemberut dan memukul kecil lengan Julio dengan kesal. "Julio kenapa sihh. Aku 'kan pengin deket sama ayang beb sendiri. Kok malah gak suka. Julio marah sama Marsha?"
"Bisa bisanya manggil gue ayang beb, gue pengin muntah dengernya," batin Julio.
"Ihhh, Iyo bales aku dong! Masa cewek secantik aku gak direspon sama sekali sama kamu," kata Marsha mencolek dagu Julio.
Demi Tuhan, kalau Julio memiliki kekuatan untuk menghilangkan benda, dia akan menghilangkan Marsha dari muka bumi. Dia jijik! Apa Marsha tidak bisa melihat wajah jijik sekaligus risinya Julio terhadap cewek itu?
Pandangan Julio beralih ke Kesya yang baru saja menutup kotak makan ketika suara tutupnya membuat Julio mendapatkan sebuah ide. Terlihat Kesya mulai pamit dari Kevin dan beranjak dari kursi untuk kembali ke kelas.
Ini kesempatan bagi Julio untuk kabur dari Marsha!
Julio langsung menghabiskan makanannya dan es teh yang dia beli di kantin—untungnya dia bayar di awal. Ia bangkit dan mencengkram pergelangan tangan Kesya lalu menariknya kabur dari kantin dengan berlari cukup kencang.
Tindakannya tersebut membuat Kevin dan Marsha terkejut bukan main, dan beberapa anak memperhatikan bagaimana Julio berlari kencang menjauh dari kantin.
Kini, Julio membawa Kesya menuju ke gudang olahraga yang letaknya di dekat lapangan basket di dekat kelas 12.
Keduanya berhanti dengan napas tersengal-sengal terutama Kesya. Dia tidak pernah berlari secepat itu dari kantin menuju ke gudang olahraga. Untung kotak makannya tidak terjatuh saat berlari tadi dan dia juga bisa menyeimbangkan kecepatan berlari Julio.
"Iyo— hah ... kamu kenapa sih?" tanya Kesya masih berusaha menetralkan irama napasnya.q
"Aku cuman mau menghindari Marsha," jawab Julio. "Maaf ya, Sya. Ini terpaksa bawa kamu biar dia gak kejar-kejar aku lagi."
"Oke. Kebih baik kita ke kelas aja," ajak Kesya.
Julio setuju dan dia berjalan beriringan dengan Kesya menuju ke kelas sebelum berpisah karena kelas keduanya berbeda. Sesekali dia memperhatikan sekitar, memastikan bahwa Marsha tak ada di sekitarnya.
Firasatnya tidak enak setelah dia bertemu dengan cewek itu di kantin tadi.
***
To be continue
• Matcha-Shin
KAMU SEDANG MEMBACA
DIETARY
Teen FictionKesya, merasa selalu dibully karena memiliki tubuh gemuk dan wajah yang tidak cantik. Setiap hari, dia dijadikan objek lelucon yang tidak pantas mengenai tubuh gemuknya. Hal itu membuat dia bertekad akan melakukan diet lagi dengan bersungguh-sungguh...