Bab 22

125 14 0
                                    

Semingu sebelum memasuki Ujian Akhir Semester (UAS) ini, guru semakin mengefektifkan kegiatan belajar mengajar agar para siswa—kelas 12 khususnya—bisa mendapatkan nilai yang memuaskan di rapot nanti.

SMA Cakrawala Bangsa memiliki sistem yang tidak banyak dikatahui oleh siswa di sana. Guru akan memberikan nilai yang jujur ke hampir semua anak—bila dinaikan pun tidak banyak, dan beberapa beredar rumor jika anak tertentu—khususnya anak pegawai— saja bisa menyuap nilai dengan uang yang tidak sedikit nominalnya.

Maka dari itu, sebelum pindah ke sini Kesya sudah mempersiapkan strategi belajarnya agar ia dapat mendapatkan nilai yang memuaskan supaya targetnya lolos SNMPTN bisa terwujud.

Dua jam pelajaran terakhir, semua siswa mulai menguap dan terkantuk-kantuk oleh penjelasan dari guru Matematika. Mereka mengutuk siapapun yang menempatkan pelajaran yang hampir dibenci seluruh sekolah tersebut di jam terakhir di kelas itu yang rawan ngantuk menjelang pulang sekolah.

"Baik, karena sudah pada tidur, silakan yang mau menggantikan saya dalam menjelaskan bab ini bisa maju ke depan atau nanti saya memberikan nilai C- semua di rapor kalian," ujar Pak Iskandar membuat seluruh mata anak kelas jatuh ke Kesya.

Harapan satu-satunya hanyalah dia, mereka tidak mau jika mendapatkan nilai C- tetapi siapa lagi yang sanggup menjelaskan selain dia yang satu-satunya masuk dalam peringkat 10 besar?

Paham, Kesya mengerti dengan baik kode tersebut. Ia pun mengangkat tangan dan berkata dengan yakin, "Saya bersedia untuk menjelaskan bab ini, Pak."

"Oh, Kesya. Silakan maju ke depan dan jelaskan materi ini kepada teman-temanmu yang tidak mendengarkan bapak sedari tadi. Kamu menyelamatkan kelas ini dari nilai C- dan saya pastikan ada tambahan poin untukmu," kata Pak Iskandar lalu beliau pun duduk di kursinya.

Bergantian dengan Pak Iskandar, Kesya berdiri dan mulai berjalan ke papan tulis putih. Ia mengambil satu spidol dan bersiap untuk menerangkan bab ini yang sudah dipelajarinya seminggu yang lalu.

"Jadi teman-teman, tadi Pak Iskandar sudah menjelaskan mengenai kuartil, desil, simpangan baku, variansi, dan simpangan rata-rata. Saya akan menjelaskan terlebih tentang kuartil dan desil. Secara umum, kuartil membagi data menjadi empat bagian yang sama rata. Pembagian tersebut ada pada Q1, Q2 atau median, dan Q3. Jika data tunggal akan sangat mudah bagi kita menentukan kuartil karena kita bisa mengurutkan data tersebut lebih dahulu mulai dari yang terkecil hingga terbesar, lalu ...."

Penjelasan Kesya begitu jelas dan easy going. Tangannya cekatan menuliskan rumus beserta beberapa contoh soal yang berbeda tipe. Cara penyelesaiannya pun sangat mudah dibandingkan dengan Pak Iskandar sebelumnya.

Coretan demi coretan memenuhi papan tulis yang semula hanya diisi beberapa saja, kini semua soal dan penyelesaian serta rumus sudah dia paparkan di sana. Sebagian besar anak menjadi paham karena memperhatikannya, sedangkan sebagian kecil tidak peduli dengan pelajaran dan memilih untuk melanjutkan tidurnya. Salah satunya adalah Heshi, yang enggan untuk mendengarkan.

Pak Iskandar bertepuk tangan dan memuji penjelasan Kesya yang sangat sistematis. Ia kagum dan juga bangga memiliki siswa unggulan seperti ini yang selalu bisa dia andalkan. Butuh setidaknya satu siswa seperti ini di setiap kelas agar guru tidak pusing kalau semua anak tidak ada yang paham. Ibarat, jadi asisten guru.

"Saya memang selalu percaya dengan kemampuan kamu, Kesya. Penjelasan kamu lebih ringan dan mudah ditangkap dengan baik. Sepertinya kamu cocok buat menggantikan saya mengajar di sini." Pak Iskandar tertawa kecil karena guyon—tersirat bahwa perkataannya merupakan kata sarkas kepada siswa lain yang malas mendengarkannya.

"Terima kasih, Pak Iskandar. Saya cuman membantu bapak dalam menjelaskan materi tadi saja. Terima kasih atas pujiannya," balas Kesya.

"Barusan saya sadar, kamu jadi berubah ya. Dulu saya masih melihat kamu jadi siswa chubby yang pipinya pengin saya cubit. Tidak apa, kamu cantik sekarang. Pasti kamu sudah melakukan banyak hal seperti diet dan berolahraga. Saya yakin banyak orang yang akan sadar sama proses kamu dalam berubah," kata Pak Iskandar, lagi, membuat Kesya jadi tersipu malu.

DIETARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang