Bab 25

104 11 0
                                    

"YA TUHAN, KAMBINGNYA NGOMONG!"

Gegerlah seluruh pengunjung kantin dengan teriakan Julio yang tidak biasa. Apalagi ketika telunjuk Julio mengarah ke wajah Kesya sambil dirinya tertawa terbahak-bahak. Menurutnya itu receh namun dari pandangannya memang ia melihat rupa kambing di wajah Kesya.

Semua orang tertawa—hanya saat mereka menertawakan Kesya juga yang disebut kambing. Tingkah Julio ini belum sampai di situ juga, ia kembali meneriaki Kesya kambing dan berkata, "Kambing makannya buah-buahan? HAHAHA, bukannya makan rumput?"

"Gila! Julio berani banget bilang ke cewek itu pakai sebutan kambing! Keren," seru seseorang dadi pojok kantin dan disusul dengan seruan setuju dari yang lainnya.

"Kamu kenapa, Julio? Kenapa jadi kayak gini?" tanya Kesya baik-baik, herannya justru Julio semakin agresif dan naik ke atas meja. "Astaga. Ayo turun dari situ, Iyo. Gak boleh berdiri di atas meja kayak gitu, gak sopan."

Bukannya turun, Julio malah melompat-lompat dari satu meja ke meja lain dengan perasaan gembira. Lalu, ia juga menatao semua orang dan merasa semuanya memiliki wajah seperti kambing. Apa yang terjadi di dalam dirinya bukanlah bagian dari kesadarannya, ia sungguh tidak bisa mengendalikan dirinya yang begitu gila.

Ketika ia turun dari meja terakhir, di hadapannya ada seorang cowok berkulit sedikit gelap sedang memakan mie geprek. Lalu Julio menatap cowok tersebut dan kembali terbahak-bahak.

"Kenapa lo? Kesurupan setan?"

"Muka lo kayak kambing jelek. Hahaha."

"Anjing lo!" Cowok bernama Didik itu marah, tak terima dihina. "Setan! Anjing!"

"Tapi sendirinya juga kambing," balas Julio dengan wajah meledek.

Tangan Didik yang semua memegang sendok dan garpu kini melemparkan dua benda tersebut dan mencengkram kerah seragam Julio. Cengkramannya begitu kuat hingga Julio dibuat sesak olehnya, lehernya pun terasa sakit karena ada yang tertarik.

Emosi yang meledak-ledak, satu tinjuan keras melayang di pipi kanan Julio dan membuat cowok tersebut jatuh tersungkur di atas lantai. Didik kembali mencengkram kerah Julio lalu memukul wajah itu berulang kali sampai terdapat sedikit memar. Baru kali ini Didik merasa dibuat kesetanan.

Beberapa orang mencoba melerai keduanya. Tubuh Didik ditarik paksa ke belakang, sementara Julio pun berdiri dengan sedikit ngilu di sudut bibirnya yang robek kecil.

"Huwaaa! Mama! Julio dipukuli sama manusia kambing jelek!" Tangis Julio pecah dengan keras. Tingkahnya kini menjadi seorang bocah yang baru dipukul atau dimarahi oleh temannya. Apalagi dengan suara sesenggukan yang ia buat.

"Gak usah cengeng lo setan!" teriak Didik.

"Kambing jelek gak usah marah-marah!"

Julio menghempaskan tangan orang-orang yang semula menahannya, ia berlari menuju ke arah lapangan dan diikuti oleh Kesya dan juga yang lain. Firasat Kesya tidak bagus, keanehan Julio hari ini patut membuatnya bertanya-tanya mengenai penyebab pasti. Tidak mungkin karena narkoba, bukan?

Begitu tiba di lapangan yang ditumbuhi dengan rerumputan hijau, tak disangka Julio akan bertindak yang mencengangkan semua orang.

Keadaannya sekarang adalah sedang memakan rumput langsung melalui mulutnya. Apalagi dengan tubuh yang dibungkuk dan kedua tangan menapak di tangan semakin membuatnya bertingkah seperti seekor kambing.

Kenapa hari ini Julio dan kambing saling berikatan? Dari Julio terus meneriaki sebutan 'kambing' ke semua orang, sekarang dia malah menjadi kambing—simulasi tepatnya.

"Astaga, ini sebenernya Julio kenapa? Kesambet sama penjaga sekolah atau apa?" Kesya masih menatap dengan mulut yang menganga.

Beberapa orang merekam peristiwa unik tersebut menggunakan ponsel pribadinya. Mereka tidak peduli jika Julio ini bergood looking, yang penting mereka bisa memviralkan Julio melalui sosial media. Ada pula yang merekam dengan jarak yang sangat dekat, dan Julio sesekali bertingkah seperti kambing yang sedang marah.

Kehebohan tersebut lantas sampai di telinga Kevin yang masih berada di perputakaan untuk belajar. Orang-orang membicarakan tentang Julio yang memakan rumput seperti kambing di lapangan belakang. Sontak saja Kevin tidak langsung mempercayai omongan orang lain.

Tetapi, ia salah menduga. Sebuah video beredar di story Whatsapp beberapa temannya. Rupanya benar Julio memakan rumput dan mulutnya tersebut mengunyah rerumputan dengan lahap. "Anying, kenapa Julio kek kambing beneran? Harus ke sana langsung biar sadar."

Tak mempedulikan temannya yang masih di perpustakaan, kaki Kevin ia seret paksa ke tempat kejadian perkara. Sambil berpikir—bagaimana bisa Julio seaneh ini? Bahkan lebih aneh daripada tingkah Kevin sehari-hari.

Ya, seperti dugaannya selama perjalanan ke sana, Julio kini sedang dicoba untuk didiamkan terlebih dahulu oleh beberapa guru. Tubuhnya sedang ditarik untuk dibawa ke UKS. Kesya mengikuti dan khawatir.

Marsha yang dari jauh menyaksikan pun terkejut dengan Julio. Salah sasaran! Ia tak menduga kalau jamur tersebut justru berefek pada sang gebetan.

Di ruang UKS, beberapa guru membacakan doa kepada Julio. Mereka mengira bahwa Julios edang dirasuki oleh jin yang menyerupai kambing sehingga salah satu anak didiknya itu bisa bersikap tidak wajar seperti tadi. Bukan hanya oleh satu guru, tapi beberapa guru juga ikut mencoba dan hasilnya nihil. Keadaan Julio tak berubah.

UKS menjadi sesak di luar, keadaan Kesya sedikit terjepit oleh badan siswa lain di belakangnya. Marsha juga ikut terjepit berdiri di samping Kesya dengan seseorang menjadi pemisah.

"Sialan, kenapa harus salah sasaran sih!" kesal Marsha memukul dinding. "Gak seharusnya Julio makan jamur ajaib itu, harusnya bukan dia. Ahh, sialan! Jadinya Julio jadi agak gila gini karena efek kuat dari jamur itu. Maafin aku ya, Julio. Sayangku, aku gak sengaja karena salah sasaran."

Kesya geli mendengar Julio dipanggil 'sayang' oleh orang lain, apalagi Marsha. Tapi, tunggu— barusan ia mendengarkan sesuatu yang penting yang bisa saja menjadi akar permasalahan ini.

Jamur? Jamur ajaib? Rasa-rasanya ia pernah mendengarnya, meskipun agak lupa ia mendengarkannya di mana. Kalau tidak salah ingat, Jamur ajaib atau magic mushroom adalah jamur yang memiliki efek paling berbahaya, bukan kematian namun halusinasi tinggi dalam jangka waktu sebentar.

Ah, sekarang Kesya mengerti. Kemungkinan Julio memakan jamur tersebut sehingga tanpa sadar menghalusinasikan kambing seperti tadi.

Akhirnya Kesya pun menarik tangan Marsha untuk keluar dari kerumunan tersebut. Yang ditarik tentu saja terkejut. Ia seketika menghempaskan tangannya saat tau yang menariknya adalah orang yang paling ia benci di sekolah.

"Apaan sih! Gak usah megang tangan gue! Lo gak selevel sama gue," kata Marsha mendramatis.

"Belum puas ya hina aku? Kamu kenapa selalu benci aku hanya karena dekat dengan Julio? Sikap kamu aja buat Julio risi setiap waktu," ucap Kesya.

"Iyalah. Gue benci, BENCI BANGET!"

"Udah berapa kali mau celakain aku?"

"Maksud lo? Lo nuduh gue celakain lo gitu? Tapi emang bener sih, gue yang bikin lo alergi gatel-gatel selama seminggu itu," beber Marsha tak mempedulikan reaksi Kesya yang sangat terkejut.

"Kenapa lo gak sekalian aja bikin aku tambah menderita atau bikin malu?"

"Karena harusnya hari ini emang lo yang menderita dan malu! Bukan Julio! Harusnya jamur itu dimakan sama lo! Eh—"

Bagus, umpan Kesya ditangkap baik oleh Marsha sehingga tanpa repot atau memaksa cewek tersebut sudah mengakui perbuatannya tanpa sadar. Dan sialnya, Marsha dibuat gugup dengan kehadiran Kevin yang tak tahu kapan ada di belakangnya.

"Oh, jadi ini pelakunya."

***

To be comtinue

• Matcha-Shin

DIETARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang