23. Tentang Nabila(2)

156 73 30
                                    

Masih dengan kemelowan gan, masih tentang Nabila juga nih.
Mari berimajinasi tentang perasaan nabila lagi yah, huhuhu😩😩:'(

Happy reading.....
.
.
.
.
.
.

Masih banyak typo gan....!!!

"Apa kalian pernah menyadari, jika aku membutuhkan peran kalian di hidupku?" tanya Nabila sarkas

Lepas sudah pertahanan yang sudah ia bendung sedari tadi....ya, Nabila menangis
________________

Nabila tersenyum miring memandang kedua orang tua didepannya itu.

"Saya rasa kalian tidak menyadari itu!" ucapnya lantang.

"Nabila..." panggil mamanya lirih

Belum sempat Desi melanjutkan ucapnnya, Nabila langsung memotongnya.

"Apa kalian sudah pernah berperan penting dalam hidup saya?" tanya Nabila lagi.

"Saya rasa tidak.. " ucap nya menjawap pertanyaan tersebut.

Nabila menghapus kasar airmatanya yang lancang keluar tanpa ia suruh. Ia merasa tak pantas menagis didepan orang tuanya.

"Hahaha yah... yah... ya...," Nabila menyeringai.

"Tadi kalian biang apa?, kalian tak pernah mengajari aku untuk bicara tidak sopan?" tanya Nabila, raut wajahnya dibuat seakan ia syok.

"Ya, kalian memang tidak pernah mengajari aku cara bersopan santun. Aku mendapatkan pelajaran itu dari orang lain,,emm... dari bunda Riana lebih tepatnya" gurat wajah Nabila kembali terlihat datar.

Aryo hanya melihat datar putrinya itu. Sedangkan Desi menunduk , suara isakan Desi semakin memperjelas kalu ia tengah menagis. Desi merutuki dirinya yang tak pernah becus megurus anaknya.

"Saya hanya mendapat sosok orangtu dari bunda Riana dan ayah Mahardika" tekan Nabila.

"Kadang saya bertanya pada diri saya sendiri, haruskah saya memanggil kalian dengan sebutan mamah dan papah?" sarkas Nabila.

Seketika Desi mendongkak, menatap putri tnggalnya itu tak petcaya.

"Sedangkan saya saja tidak pernah menemukan peran itu dalam diri kalian."

"Bahkan hanya untuk menerima raport pun kalian harus menitipkan itu pada bunda Riana!,"

"Apa kalian tau alasan utama saya menjadi murid yang urakan dan pembangkang di sekolah?" tanya Nabila lantang, semakin besar kobaran api yang membara di dadanya. Seakan ia ingin memuntahkan itu saat itu juga.

Kembali air mata Nabila turun. Ia sudah tak bisa lagi membendungnya, pertahannya telah runtuh. Kakinya bergetar seolah ia tidak tahan lagi menopang berat badanya.

Tidak. Ia harus bertahan, ia tidak boleh jatuh, ia tidak boleh terlihat lemah didepan orang tuanya itu.

"Nabila..." kembali panggilan itu menyapa Nabila, kali ini Aryo lah yang membuka suara. Sama halnya dengan istrinya kini Aryo pun mengeluarkan air mata.

Tak ingin mendengarkan pembelaan dari papanya, Nabila segera berucap.

"Saya melakukan itu hanya demi kalian." ucapnya lirih. Nabila menunduk seketika, sepersekian detik ia kembali mendongkak, memandang kecewa orang tuanya bergantian.

"Saya melakukanya demi mendapatkan perhatian dari kalian. Tak perduli kalimat apa yang akan kalian ucapkan nanti, cacian kah, hianaan kah, atau peringatan dengan baik. " Nabila menjeda ucapnya sebentar
"Tapi nyatanya, kembali kalian menitipkan peran itu pada bunda Riana" lanjutnya lirih.

THE BAD GIRL'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang