SJ 14 - Bertemu Yusra

778 83 1
                                    

"Kamu udah nggak papa?" tanya Galang. Tentu saja, saat ada Yusra, di sana akan ada Galang.

"Iya, Kak. Aku nggak papa," jawab Jingga. Seva di sebelahnya melirik Galang sinis.

"Kalau ada yang sakit, kamu langsung hubungi aku, ya?" pinta Galang. Ia menatap Jingga cemas.

"Kemana aja, lu, waktu Jingga dibully sama golongan lu? Golongan setan, lu semua," sinis Seva. Andai saja ia ada di sana saat Zennith berulah. Sudah habis dulu Zennith, bahkan sebelum dia mulai bicara.

"Gue udah belain Jingga. Harusnya gue yang tanya, lu dimana waktu Jingga dibully?" Galang balik bertanya.

"Udah, udah! Kalian itu kenapa, sih?" Anya memprotes, tak nyaman dengan Seva dan Galang yang selalu membuat kerusuhan.

"Gue cabut. Males gue sama lu lu pada." Galang beranjak. Tak seperti biasanya, ia kini terlihat tidak seperduli biasanya dengan Jingga. Dan untungnya, itu membuat Jingga lega.

"Lu nggak ikut?" tanya Seva dengan nada tak ramahnya, mengingat Yusra adalah salah satu penjaga Galang. Dan kini ditambah Yusra adalah tetangga Jingga.

"Lu nggak liat, gue lagi makan?" jawab Yusra acuh. Ia menikmati makanannya, mengabaikan tatapan sinis Seva.

"Ih, apaan, sih, Kak? Orang Kak Yusra nggak ada cari ribut, lu sinisin juga." Anya kesal.

Ya, Seva dan Anya memang kurang bisa akur. Setiap bertemu pasti ada selisih pendapat. Terkadang Jingga sampai mendoakan mereka agar berjodoh.

"Mentang-mentang cakep aja dibelain."

OoO

"Ih, PPKn pelajarannya rumit banget. Gue lupa terus."

"Iya, euy. Aing juga begitu."

Hari Sabtu inj, Anya sedang belajar bersama Jingga di kediaman Jingga. Tepatnga di kamar pribadi Jingga. Minggu depan, ulangan akhir semester akan dimulai. Artinya, mereka sudah melewati 6 bulan di kelas sebelas.

Hari Sabtu mereka akan belajar dengan keras. Dan di hari Minggu, mereka tidak akan menyentuh buku. Hitung-hitung mengistirahatkan otak sebelum dipakai untuk kerja rodi.

"Sebutkan fungsi presiden sebagai kepala negara." Jingga mengeja latihan soal.

Anya mengerutkan kening, mencoba mengingat kembali. Tadi dia sudah membaca materi itu. Walaupun ini pelajaran SMP, nyatanya kedua orang itu sangat payah.

"Ini." Anya menjentikkan jari, tanda jawabannya sudah ia temukan dari otaknya. "Salah satunya memberikan grasi dan rehabilitasi atas persetujuan... bentar, gue lupa."

"Pokoknya kalo nggak MA, MK," jawab Jingga.

Jingga akui, dia dan Anya memang sangat lemah di bidang hafalan. Maka dari itu, mereka belajar keras menghafal materi hafalan. Dan kebetulan, hari Senin besok—hari pertama Penilaian Akhir Semester— pelajaran yang diujikan adalah PPKn.

"Next question," imbuh Jingga. Ia kembali membaca soal di bukunya.

"Apa fungsi DPR?"

"DPR? Sebagai badan legislatif," jawab Anya lugas.

"Tugasnya apaan?"

"Apa, ya?" Anya berpikir lagi. "Korupsi?"

"Yeu, gelo sia. Dimarahin guru kalo lu jawab gitu." Jingga kesal, membuat Anya terkekeh. Dia hanya bercanda. Lagipula, ia juga sering melihat anggota dewan yang tertangkap KPK saat OTT.

Senja Jingga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang