SJ 15 - Belajar

1.4K 88 14
                                    

CMIIW

OoO

Andai saja Jingga adalah pengendali cuaca. Pasti Indonesia sudah hujan badai bencana tsunami sejak pagi.

Setelah kemarin tahu kalau Yusra adalah tetangga barunya, hari Minggu yang seharusnya dihabiskan Jingga di kasur harus diganti dengan main ke rumah Yusra.

Dari jam 9 pagi tadi, Anya sudah datang ke rumahnya. Meminta izin pada Jia dan Elvano untuk pergi ke rumah Yusra dengan dalih belajar.

Tak sampai situ, belun selesai Anya meminta izin, Seva dan Rekal tiba-tiba datang membawa setumpuk buku. Katanya Rekal ingin diajari Jingga.

Rekal tidak satu jurusan dengan Seva, jadi Seva merekomendasikan Jingga yang jurusannya sama. Rekal dan Seva tidak peduli kalau Jingga adalah adik kelasnya. Yang penting masih satu jurusan.

Jadilah mereka berempat ada di sini. Di ruang tamu rumah Yusra. Yusra mengizinkan karena mereka semua beralasan ingin belajar saat bertandang ke kediamannya.

"Diminum, dulu." Airin, kakak ipar Yusra datang dengan nampan gelas minuman di tangannya.

"Makasih, Tante," ujar mereka semua serempak. Rekal yang posisinya paling dekat dengan Airin, berdiri. Ia membantu Airin membagikan minuman pada teman-temannya.

"Lu belajar sama Kak Yusra aja, Kal. Kan kalian satu angkatan." Jingga menyarankan. Ternyata Rekal minta diajari kimia. Mana tahu Jingga tentang materi kimia kelas 12.

"Iya, iya. Setelah lihat lu, gue juga jadi nggak yakin," canda Rekal.

"Biru nggak ikut?" tanya Yusra mengalihkan. Yusra tahu betul, kalau Biru tidak pernah keluar rumah kalau tidak diajak.

"Kan Biru anak SMP. Gimana, sih?" Rekal bingung.

"Ya nggak papa, dong! Malahan bagus kalau Biru ikut. Bisa dapet materi dari kita-kita. Gitu, kan Kak?" Anya memberikan pembelaan pada Yusra. Yusra mengangguk.

"Bucin sih, bucin aja. Tapi yang rasional, dong, Nya," kata Seva. Benar, kan, Seva dan Anya selalu ribut.

Sekarang ditambah adanya Rekal. Rekal yang selalu memihak Seva. Mereka dan Anya merupakan kubu yang selalu tak satu pemikiran. Jingga dari tadi diam. Terlalu malas dan bosan menanggapi ketiga sohibnya.

"Apa, sih? Iri aja, lu," balas Anya.

"Biru ajakin ke sini aja. Bukannya besok dia juga ujian, ya?" tanya Yusra memastikan.

"Kok lu tau kalo Biru besok ujian? Stalker, ya?" selidik Rekal.

"Nggak!" Yusra membantah. "Orang kemarin Biru bilang ke gue."

" Kapan? Kemarin Biru pulang malem," tanya Jingga penasaran.

"Di chat," jawab Yusra.

"Udah-udah, ribut mulu kapan belajarnya?" Anya menginterupsi.

"Iya, iya, bawel." Seva menjulurkan lidahnya pada Anya, bercanda.

Dan mereka berlima pun benar-benar belajar. Yusra yang mengajari Rekal, Anya dan Jingga yang masih menghafalkan tugas-tugas DPR, dan Seva yang seorang diri mempelajari sosiologi.

Jadwal setiap angkatan dibuat berbeda. Dan jadwal setiap jurusan juga dibuat berbeda.

Di tengah waktu mereka belajar, Airin tiba-tiba muncul kembali sambil menuntun Relia yang baru belajar berjalan.

"Mbak mau arisan dulu di rumah bu RT. Kalau butuh sesuatu, itu ada masmu di dalem," pamit Airin kepada Yusra.

"Iya, Mbak. Relia dibawa?"

"Mbak Biyuu." Bukan Airin yang menjawab, tapi Relia.

"Kamu mau ke rumah Mbak Biru?" tanya Yusra. Semua yang tadinya fokus belajar, mengalihkan perhatiannya pada Relia. Mereka mengamati bagaimana gemasnya Relia dengan rok tutu merahnya.

"Iya. Mau Mbak titipin ke Dek Biru. Mbak udah bilang, kok," jelas Airin sambil tersenyum.

"Oalah... Sini Abang anter," tawar Yusra sambil merentangkan tangannya, memanggil Relia supaya digendong.

"Nggak usah, Dek. Kamu lagi belajar, kan? Mbak juga sekalian mau berangkat bareng Bu Jia," tolak Airin. Yusra mengangguk setelahnya.

"Beyaja," Relia menirukan ibunya, membuat Yusra dan teman-temannya tertawa geli. Belajar maksudnya.

Setelah Airin dan Relia keluar dari pintu, mereka melanjutkan belajar mereka yang tertunda.

"Masa lu nggak inget, sih? Ini materi kelas 10." Yusra menunjuk salah satu soal di buku. Ia heran pada Rekal. Rekal itu sekolah di mana?

"Gue pas kelas 10 nggak pernah, tuh, disuruh nyari kadar Pb pada air sungai," bela Rekal.

"Ih, lu lama-lama gue tendang, ya." Ternyata susah juga mengajari Rekal. Yusra hampir menyerah. Yusra menarik napas lalu mengembuskannya pelan. Tenang...

"Ini kan udah gue ingetin rumusnya. Lu tinggal masuk-masukin angkanya. Ini harus dikali 10 pangkat 6. Harus 10 pangkat 6. Awas aja kalo diganti," jelas Yusra lagi. Rekal mengangguk dan fokus mencoret-coret bukunya, menghitung.

"Massa Pb-nya 10 mg. Massa airnya 10 kg. Ini penyebutnya disamain?"

"Hmm." Yusra mengiyakan.

"10 mg per 1.000.000 mg dikali 10 pangkat 6. Hasilnya... 10!" Rekal Bersorak senang saat jawaban yang ia temukan ada di antara lima pilihan jawaban.

"Thanks, bro." Rekal menepuk bahu Yusra. "Kalo soal yang ini berarti caranya sama, kan? Bedanya dia pake volume," tanya Rekal.

"Iya. Lu tuh aslinya pinter. Tapi kelamaan pura-pura bego. Jadi begonya nyaman sama lu," umpat Yusra yang mampu membuat Anya, Jingga, dan Seva ikut menertawai Rekal. Sedangkan Rekal tak peduli karena fokus menghitung.

Tiba-tiba, pintu rumah yang tadinya tertutup menjadi terbuka. Berdiri Biru dan Relia di luar pintu. Biru tampak kaget dan salah tingkah. Tak menyangka kalau rumah Yusra sedang dijadikan sekolah dadakan.

"Eh, sorry, Kak. Aku nggak tahu kalau kalian lagi belajar di sini. Kata Mbak Airin aku langsung disuruh masuk," jelas Jingga sembari melangkahkan km kinya masuk.

"Santai, Ru. Nggak ada ganggu, kok." Jingga menenangkan adiknya. Biru tersenyum lega.

"Oke, deh, Kak. Aku main sama Relia di dalem, boleh?" Biru meminta izin.

"Ada Mas Danuar, Ru. Main di kamar Relia aja, gimana?" tawar Yusra. Takutnya, Biru akan canggung jika berada dalam ruangan yang isinya hanya dirinya, Danuar, dan Relia. Mengingat Biru yang tak se-extrovert Jingga.

"Ngga mau." Relia buka suara.

"Relia main sama kakak ganteng aja, sini," kata Seva. Relia malah menyembunyikan dirinya di belakang Biru.

"Biasa, alergi jamet." Anya terkekeh.

"Terus Relia mau main dimana?" tanya Jingga.

"Kamay Abang."

"Oh, yaudah, kamu sama Relia ke kamarku aja, Ru," ujar Yusra santai.

OoO

APA CUMA AING YG NGESHIP YUSRA-BIRU???

Senja Jingga Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang