Keluhku

14 7 0
                                    

Hari ini Dunia terlihat indah.
Tapi besok, bisa saja dia terlihat-
kejam.
Hari ini Dunia begitu cerah.
Tapi besok, mungkin akan mendung-
bahkan bisa saja akan ada hujan.
Hari ini Kamu bahagia.
Tapi besok, Bisa saja kamu terluka-
karena kecewa.
Hari ini Kamu terlihat cantik.
Tapi besok, mungkin terlihat biasa-
saja.
Hari ini Kamu tersenyum.
Tapi besok, Bisa saja kamu bersedih.
Hari ini Kamu tertawa.
Tapi besok, Bisa saja kamu menangis.
Hari ini kamu terlihat cerdas.
Tapi besok, bisa saja kamu terlihat- bodoh karena kesalahan.

Itulah skenario Tuhan.
Begitu sempurnah sampai kita tak-
bisa menebaknya.

Dan hari ini...
Entah kenapa, aku merasa takut.
Gelisah.
Resah.
Bahkan ingin rasanya aku mati saja.

Hari ini Dunia terlihat kejam bagiku.
Sehingga membuat aku berfikir
Bahwa menjadi orang yang dewasa-
mungkin adalah sebuah kesalahan.

Kemarin aku bangga, bahagia-
karena telah menjadi dewasa.
Tapi hari ini, aku ingin kembali-
menjadi anak kecil yang tak paham-
segalanya.
Aku ingin menjadi anak kecil.
Yang tak akan disalahkan atas-
kebodohan yang aku lakukan.
Aku ingin menjadi anak kecil.
Yang tak mengerti arti dari-
kedewasaan.

Kini aku menyadari.
Kedewasaan adalah hal yang-
menakutkan.
Takut mempertahankan keinginan.
Takut melangkah sendirian.
Takut akan kesalahan.
Takut akan kebodohan.
Takut untuk mengambil keputusan.
Takut akan perasaan.
Dan takut akan tanggung jawab-
yang semakin besar.

Tapi mungkin, aku bukan takut-
karena menjadi orang yang dewasa.
Hanya saja aku tidak siap.
Dengan segala hal yang akan terjadi.

Maaf atas setiap kataku yang tak-
jelas ini.
Aku hanya sedang bingung.
Bagaimana caraku untuk-
mengungkapkan perasaanku.
Bagaimana caraku menyampaikan- kekecewaanku.
Tapi mungkin ini hanya bagian dari-
keluhku saja.
Atau apakah saat ini dunia memang-
sedang tidak adil padaku.
Ataukah, ini hanya ketidak jelasan-
atas kemarahanku.
Atau aku yang terlalu berlebihan-
atas perasaanku.
Tapi aku tak punya jawaban yang-
aku butuhkan.
Sehingga membuatku berfikir tak-
karuan.

Haruskah aku bertahan dengan- merekah yang selalu merendahkan.
Meremehkan.
Suka menyepelekan orang yang-
tidak dipantaskan oleh mereka.

Haruskah aku diam.
Dengan kesombongan.
Penghinaan.
Orang yang sedang bahagia atas-
penderitaan orang lain.
Iyaaaaa.
Aku sadar.
Aku bukan siapa-siapa.
Aku hanyalah orang biasa.
Yang hidup atas belas kasih-
orang lain.

Aku hanyalah tumpukan debuh.
Yang berserakan, diantara debuh"-
yang sedang berusaha mereka- singkirkan.
Aku hanyalah orang yang tak paham-
akan kebaikan yang orang lain-
lakukan.
Mungkin hari ini aku masih dihargai.
Tapi besok mungkin saja tidak lagi.
Aku hanyalah salah satu orang kecil-
yang sedang mencari kebahagiaan-
diantara ribuan orang besar.

Mungkin bukan kedewasaan yang-
salah.
Tapi aku, aku yang selalu bersembunyi dibalik kebodohan.
Dan hinaan orang yang selalu-
Merendahkan.
Sehingga membuatku takut untuk-
melangkah ke depan.
Membuatku merasa kalah sebelum-
berjuang.
Membuatku jatuh sebelum mencoba-
berdiri.

Aku.... Hanyalah salah satu orang-
dari ribuan orang yang sedang-
mencari kesuksesan.
Kebahagiaan.
Dan kenyamanan tanpa adanya-
bantuan.
Selain berharap dan  meminta pada yang maha pemberi pertolongan.

By: Jessi

03 Oktober 2020

RuangpenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang