Part 16 : Tak ada Pilihan

1.8K 181 75
                                    

.
.

Draco terdiam cukup lama memandang wajah cantik yang tertidur dengan sangat pulas di hadapannya. Berkali-kali dia mencoba memberi energi positif pada wanita itu. Mencium keningnya, mencium pipinya, menggenggam tangannya dan membisikkan kata-kata menguatkan padanya. Dia berharap wanita yang tengah mengandung anaknya saat ini segera tersadar. Berbicara mengenai anaknya, lelaki itu sangat berharap tuhan mau memberinya kesempatan berjumpa dengan mereka dalam kondisi baik-baik saja dan sehat, mengingat betapa kejamnya perlakuan orang yang menyakiti ibu dari bayi-bayinya.

Informasi Harry tadi cukup mengguncangnya, mungkin Ron juga merasakan hal yang sama. Bahkan mungkin lebih parah dari dia, Draco tidak mencintai Astoria, mungkin berbeda dengan Ron yang mencintai Pansy dan melaporkan orang yang kau cintai ke kementrian sama saja memberikannya cuma-cuma pada kematian yang sudah menunggunya. Ya~ Cruciatus bukanlah mantra yang bisa di ucapkan sembarangan pada seseorang, mantra itu sudah masuk dalam kategori tak termaafkan sejak lama.

Karena ketika kau mengucapkannya maka penjara kelam Azkaban lah yang menantimu, dengan ratusan Dementor yang siap menghisap sari-sari kebahagian milikmu dan menyisakan kenangan-kenanganmu buruk saja. Dan kau tentu tak akan ingin hidup dengan kenangan pahit seperti itu seumur hidup. Dan Draco dengan senang hati melihat Astoria dan Pansy merasakan itu semua.

"Cepatlah sadar berang-berangku yang jelek" Bisiknya pada wanita itu.

"Hey apa kau tak ingin marah-marah padaku? Aku akan terus mengejekmu seperti dulu saat kita masih bersekolah" dia mengecup keningnya.

"Kau boleh memukulku sekarang dan mengutukku, karena kau sangat jelek dengan gigi bajingmu dan aku sangatlah tampan. Bahkan hampir semua teman wanita dari asramamu dulu mengakui karismaku, dan bodohnya aku malah menyukaimu yang ternyata malah menyukai si bodoh Weasley yang tak ada apa-apanya denganku" dia melanjutkan mencium pipi kanan wanita itu.

"Peristiwa kecil di dapur Hogwarts dulu membuatku yakin kau wanita yang ku inginkan, tetapi sampai lulus pun kau bahkan yang katanya paling cerdas tak paham dengan kode-kode yang kuberikan padamu. Dan status pahlawanmu membuatku sedih karena kau tak akan bisa aku jangkau lagi. Tak ada pahlawan yang mencintai penjahat" dia mencium pipi kirinya. Menatapnya sendu, wanita itu tak bergeming sedikitpun. Tetap tertidur dengan cantiknya.
Draco mengelus pipinya dengan telunjuknya.

"Lalu kau menghilang, dua tahun aku selalu dibayangi wajahmu. Aku menjadi Auror dan sebisa mungkin mencarimu jika aku di tugaskan keluar negeri tetapi pernyataan Kingsley bahwa kau meninggal membuatku hancur dan berharap itu hanyalah mimpi buruk di akhir pekan. Dan ketika kau berada di kantorku pertama kali, di Lift itu aku merasakan aroma yang ku kenal dan aku menyukainya dan tak menyangka kau masih ada di dunia dan sangat cantik"

"Kau tak mengingatku, aku tidak sedih. Hey bahkan aku sangat bersukur pada Merlin saat itu. Aku bahkan memaksa menggantikan father waktu acara kuliahmu waktu itu agar aku bisa bertemu denganmu kembali dan bersyukur hubungan kita bisa terjalin dengan sangat cepat"

"Aku bahkan sudah tak perduli lagi dengan perusahaan yang akan ku bangun disini dan aku tak butuh lagi informasi mantra penghilang bekas kutukan dan kejayaan yang akan ku peroleh jika bersamamu. Aku mencintaimu dengan sungguh-sungguh, dan mungkin hanya aku seorang Slytherin yang berani mengungkapkan cinta seperti ini. Jadi aku mohon, sadarlah Hermione" Lanjutnya mencium bibir pucat wanita itu. Sungguh tak ada gairah yang membalasnya seperti dulu.

"Kuatlah untukku, dan keturunanku. aku berjanji padamu Hermione, ketika kau sadar nanti aku akan melamarmu kembali jika kau mau dan membangun rumah tangga impianmu bersamaku. Aku tak akan membuatmu marah, kecewa bahkan terluka. Kau harus menjadi Malfoy bersamaku. Kau tak bisa menolakku Hermione, ibu dan ayahmu menginginkanku menjadi suamimu bahkan Merlin berpihak pada hubungan kita walaupun dengan cara menyakitkan" Ucapnya pelan sambil mengenggam dan meremas kecil tangan dingin itu. Tak ada respon sedikitpun. Tetapi Draco yakin wanita itu mendengarnya.

HEY MALFOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang