♡sembilan♡

893 64 0
                                    

"Humpf... Maaf."

***

Semua langsung menatap ezhar dengan berbagai tatapan, diba memandang ezhar dengan pandangan sulit dibaca. Sementara ezhar bersikap seperti seseorang tanpa dosa.

"Apa maksud kamu ezhar." tanya arsen menatap putra bungsunya dengan tatapan kesal.

"maaf pak buk. Ezhar saat ini belum bisa menerima perjodohan ini karena menurut saya ini terlalu mendadak," ucap ezhar dengan tenang, entah kenapa diba bukannya bernafas lega malahan dia seperti ada sesuatu yang menjanggal padahal ia mengharapkan bahwa ezhar menolak perjodohan ini, ada apa dengan diba??

Keempat paru bayah itu saling tatap dengan berbagai tatapan sementara diba hanya diam tanpa ada niat membuka suaranya.

"Dan juga ezhar gak bermaksud untuk mempermalukan pihak keluarga atau besan tapi ezhar belum siap, tapi bisa kah beri ezhar waktu untuk menetapkan keputusan karna ini bukan hanya menyangkut masa depan saya saja tapi masa depan diba. Jika kami bukan jodoh yah gimana tapi tolong beri waktu saya untuk berfikir." ucap ezhar dengan raut wajah seriusnya matanya menatap diba yang hanya diam menatap kosong ke depan.

"Diba bagaimana dengan mu nak?" tanya agus menatap putri satu-satunya, diba tersentak dan mengerjabkan matanya beberapa kali.

"umm, diba nurut aja apa kata ayah sama bunda. Diba tau ini menyangkut masa depan diba, diba paham kok sama pa-pak ezhar. Jadi diba hanya nurut karna diba gak tau mau bilang apa." ucap diba dengan pelan sembari menunduk. Semua saling tatap tapi tidak dengan ezhar yang menatap diba dengan tatapan intes.

Beberapa hari kemudian ●_●

Setelah kejadian makan malam itu diba maupun ezhar menjadi canggung. Seperti saat ini ezhar sedang berada di kelasnya sembari menjelaskan materi, diba yang biasanya akan santai dan tenang berubah menjadi gugup dan tak fokus. Para sahabatnya diba hanya diam karna sejak makan malam dengan sang calon suaminya diba nampak murung dan mereka tak berani bertanya walau mereka itu kepo setengah mati.

"Oke, sampai disini dulu. Selamat siang." ucap ezhar dengan tenang dan tegas lalu ia keluar kelas, diba melirik perginya ezhar lalu ia menghela nafasnya.

Cia menatap diba yang berada di samping sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Diba sumpah gue gak tahan lagi lu kenapa dib? Sejak lu makan malem sama tu calon lu eh ralat keluarga calon suami lu itu, lu jadi diem mulu seriusan gue bukan orang yang bakalan tahan liat lu kek gini dib. Kenapa lu jan sok sok an rahasia-rahasia deh." cerocos sembari menatap kesal diba, diba menghela nafasnya lalu menatap satu persatu sahabatnya dari smp itu.

"A-aku....., Ya Allah kek gimana jelasinya yah." ucap diba dengan frustasi ia menutup wajahnya dengan tangan.

"Apasih jan plin plan bisa. Gue kepo dib, gue sama kek cia gak bisa liat lu kek gini. Ngelamun aja, dimana pun kapan pun lu ngelamun mikirin apaan sih, bukannya lo udah janji sama kita buat nyeritain tentang calon lu tu."ucap nanda menatap kesal ke diba.

Diba mengigit bibirnya dan menunduk.

"Kenapa sih? Wait! Jangan bilang calon suami lu nolak lu dib!" pekik dinda untung kelasnya sepi sehingga tak mengundang perhatian banyak orang dengan teriakan dinda. Sontak diba menatap dinda dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Beneran dib?" tanya cia memegang lengan diba, diba mengusap wajahnya dengan gusar lalu mengangguk pelan.

"What! Oh my god! Ya Allah. L-lo beneran ditolak, sumpah gue speechles dib. Jadi ucapan gue bener yah," ucap dinda, yang tadinya berdiri langsung duduk lemas di kursih.

"Ck, sudah dib ngapain sih lu mikirin hal kek begituan, udah lah jelas-jelas dia udah nolak lu yaudah. Kan kata lo mau jadi orang sukses yaudah sok atuh mungkin dia bukan jodoh lo dib, masih banyak cowok didunia ini." ucap cia mengusap tangan diba, diba tersenyum lembut lalu ia berdiri dan memeluk ketiga sahabatnya itu.

"Iya iya, aku bakalan lupain kok lagian kan aku masih muda buat nikah, haha." kekeh diba, keempat gadis itu tertawa tanpa menyadari ada seseorang yang sedari tadi menguping.

"gue gak salah denger kan, diba mau nikah." ucap orang itu lalu pergi ketika mengyadari bahwa diba dan ketiga sahabatnya akan keluar kelas.

Orang itu menatap punggung diba dengan tatapan sulit diartikan.

"Apa tuhan beneran gak ngejodohi kita yah, gue baru aja mau berjuang tapi udah di dorong mundur sama kenyataan. Diba semoga lo bahagia." ucap orang itu lalu tersenyum kecut.

♡Assalamualaikum pak dosen♡

Ceklek

Diba memasuki sebuah mini market didekat rumahnya karna bundanya menyuruh membeli beberapa bahan untuk membuat kue, ia berjalan ke arah tempat susu yang berjejer rapi sembari melihat catatan di tangannya ketika ia ingin mengambil susu tanpa sengaja ia melirik ke kulkas mini market dan melihat yogurth yang bertenger manis di kulkas. Seketika diba membulatkan matanya ia sangat suka sekali dengan susu hasil permentasi yang masam itu, diba langsung membuka kulkas namun baru saja ia menyentuh gagang lemari pendingin itu ada tangan lain menyentuh tangannya diba langsung menoleh dan mendapati seorang pria dengan wajah yang sangat manis menatapnya.

Deg!

Diba tersentak dan langsung mundur dan kemudian memilih pergi.

"tunggu!" ucap pria itu, diba menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya.

"Iya," ucap diba dengan tenang tapi tidak dengan hatinya.

"bisa bicara sebentar." ucap pria itu diba mengerjabkan matanya.

" gak bisa aku mau beli barang suruhan bunda." ucap diba lalu pergi dari pria yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Derttt

Pria itu tersentak saat ponselnya bergetar lalu mengambil ponselnya.

"halo tante, iya al lagi di minimarket nih." ucap pria itu iya dia alfared, alfared menoleh dan masih dengan jelas menatap diba yang sedang mengambil tepung terigu yang berada tak jauh darinya, alfared tak mengerti sejak pertemuan dengan diba waktu itu alfared sering memikirkan sang mantan padahal dia bukan tipe pria yang suka kembali ke masa lalu.

Alfared menggelengkan kepalanya lalu ia mengambil apa yang ingin beli tadi dan sesekali melirik diba.

Alfared sengaja berjalan ke arah diba dan dia berdiri disamping diba dan kemudian menunduk,

"Aku gak tau kenapa kau menolak padahal aku cuma ngomong sedikit, aku cuma pengen bilang, udah lama yah gak ketemu kamu makin berubah yah debi." bisik alfared dan menekan kata terakhir yang sukses membuat diba menegang.

Alfared langsung menegakkan badannya dan kemudian pergi meninggalkan diba yang masih diam membeku. Diba memejamkan matanya dan melirik alfared entah kenapa alfared masih ingat dengan nama itu.

Sementara alfared tersenyum kecut ia masih tak menyangkah bahwa diba benar-benar berubah.

'Aku merindukan mu, my little girl.' batin alfared menatap diba yang masih terlihat di balik kaca mini market.

****

Vote itu gratis!

Maaf jika ada typo atau kesalahan kepenulisan pada cerita ini.

By: indah p

TBC




.











Assalamualaikum Pak DosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang